Benarkah Gen Z Banyak yang Menderita Gamaphobia atau Takut Menikah?

- 16 Februari 2024, 11:30 WIB
Ilustrasi terkait benarkah Gen Z banyak yang menderita gamaphobia atau takut menikah.
Ilustrasi terkait benarkah Gen Z banyak yang menderita gamaphobia atau takut menikah. /Pixabay/olcay ertem

KABAR BANTEN - Teman-teman pada up date berita tidak nih? Gen Z kan digital native keseharian nya itu pasti nyempetin scroll medsos untuk mencari tahu apa yang sedang tren.

So pasti tahu kan kasus yang sedang viral banget Beberapa waktu yang lalu yaitu pasangan yang kelihatannya harmonis dan sering mengumbar kemesraan di depan publik ternyata tidak lepas juga dari perselingkuhan bahkan berujung pada perceraian.

Bagaimana setelah anda mengetahui dengan berita ini, baik-baik saja, khawatir atau gimana tuh?

Baca Juga: Siap Menikah tapi Bingung Cari atau Pilih Jodoh? Simak Penjelasan dari Ustadz Khalid Basalamah

Penasaran dengan fenomena ini yang lagi ramai dibahas oleh nitizen termasuk para Gen Z yang sudah memasuki usia siap menikah atau kelahiran 2000 an.

Setelah melihat kasus ini mereka para Gen Z terutama para ciwi-ciwi jadi takut untuk menikah.

Karena khawatir bakalan diselingkuhi suami nama lainnya gamaphobia yaitu ketakutan berkomitmen dan menikah.

Waduh gimana dong kalau sampai takut menikah? Coba kita lihat negara sebelah alias Jepang.

Di Jepang sulit banget ditemukan bocil-bocil loh kok bisa? Soalnya disana banyak yang memilih tidak menikah jadinya pertumbuhan penduduk itu melambat dan satu negara tidak ada generasi penerus lagi.

Waduh bukannya ini jadi bahaya? Lalu siapa dong yang kedepannya hidup di negara tersebut.

Oke dari pada terheran-heran lihat fenomena takut menikah atau gamaphobia, yuk kita simak ulasannya sebagaimana dikutip Kabar Banten melalui kanal YouTube Muslimah Media Center.

Ketika kita bicara soal pernikahan itu artinya kita sedang membicarakan gharizah nau' atau naluri ingin melestarikan keturunan.

Setiap manusia sudah dilengkapi sama Allah dengan naluri ini, naluri inilah yang mendorong manusia jadi suka sama lawan jenis, sayang sama orang lain dan ingin berkeluarga tentu ini normal banget bagi seseorang untuk menikah.

Nah kalau sampai muncul stepman takut menikah atau gamaphobia ini berarti sudah terpengaruh mindset tertentu.

Seperti yang kita tahu perkataan dan perbuatan seseorang itu pasti dipengaruhi oleh oleh mindset.

Orang yang sudah terpengaruh oleh cara pandang kapitalisme sudah pasti midsetnya itu sekuler yaitu misahin agama dari kehidupan.

Otomatis dia akan merasa bebas mengatur kehidupannya sendiri tidak peduli benar atau salah sebab tujuan hidup nya hanya mengejar kesenangan dunia seperti punya banyak uang dan hidup ingin bebas sesukanya.

So ia akan menimbang segala sesuatu dari kacamata untung rugi yang ditentukan oleh manusia, inginnya sih selalu nyaman dan takut untuk memulai sesuatu meski itu sejatinya adalah perintah Allah.

Alasannya simpel hanya karena khawatir hal buruk menimpa dirinya.

Beda dong dengan mindset Islam dalam Islam tidak ada yang namanya kebebasan mutlak soalnya tujuan hidup seorang muslim itu adalah untuk beribadah kepada Allah yang bakalan sadar betul kalau setiap aktivitasnya bakalan dipertanggung jawabkan kelak.

Sehingga akan mengisi hidupnya dengan aktivitas-aktivitas yang diridhoi Allah yang tidak akan memandang sesuatu dari kacamata untung dan rugi ala manusia.

Tapi ia akan menyelaraskan aktivitas nya agar sesuai dengan syariat Islam, seorang muslim akan yakin betul bahwa kataatan akan membawa pada kebaikan.

So pasti dia tidak akan takut pada masa depan, rasa takutnya akan disesuaikan dengan apa kata syariat.

Nah mindset sekularisme kapitalisme tadi juga mempengaruhi gimana cara seseorang memenuhi gharizah nau' nya.

Baca Juga: Sudah Siap Menikah? Pertimbangan 5 Hal Penting Ini Sebelum Memutuskan Untuk Membangun Rumah Tangga

Karena menurutnya kebahagiaan adalah ketika mendapat kesenangan dunia maka ia bakalan memenuhi gharizah nau' nya dengan cara yang menurut mereka sendiri indah dan nyaman.

Mereka para Gen Z memilih untuk pacaran karena pacaran kan bisa menyalurkan kasih sayang tuh, pacaran juga tidak perlu terikat komitmen kan dan ketika ada masalah ya udah broke-up cukup bilang kita putus, inilah mindset kapitalisme it's really a good choice no risk at all.

Sementara menikah dianggap menakutkan karena harus berhubungan dengan keluarga lain, terikat dengan kewajiban nafkah.

Belum lagi kalau diselingkuhi atau jadi korban KDRT waduh sakitnya tuh disini, itulah mindset sekularisme kapitalisme memang memandang segala sesuatu dari kacamata untung rugi dan tidak mempertimbangkan apa kata syariat.

Kalau orang yang bermindset Islam tentu tidak begitu, seorang muslim bakalan memenuhi gharizah nau' sesuai dengan syariat Islam yaitu dengan menikah.

Setelah menikah hubungan antara laki-laki dan perempuan menjadi halal aktivitas keduanya menjadi ibadah dan berpahala.

So pasti seorang muslim tidak akan takut untuk menikah ia justru akan mempersiapkan ilmu-ilmu pernikahan di jauh-jauh hari agar sudah siap ketika jodohnya itu tiba.

Nah pernikahan karena Allah tentu memberikan spirit yang berbeda soalnya niat berkeluarga adalah karena Allah.

Sehingga di dalamnya bakalan selalu ada suasana taat bareng-bareng untuk meraih ridho Allah itu real, suami istri tidak akan mendahulukan ego nya masing-masing dan mereka akan sadar betul bahwa kewajiban laki-laki adalah qowwam (pemimpin) dan perempuan adalah umum warabatul bayt atau ibu dan manager rumah tangga, sehingga keduanya akan menjadi sahabat dan bahu membahu mendidik generasi cemerlang berkepribadian Islam.

Eh tapi kalau melihat banyaknya berita perselingkuhan luar sana jujur nih jadi takut banget loh untuk menikah, kaya susah gituh nyari pasangan yang setia, belum lagi ditambah banyaknya kasus KDRT duh jadi tambah yakin untuk hidup sendirian aja alias jomlo sampai mati.

Tidak dapat dipungkiri penyebab banyaknya pernikahan yang kandas ditengah jalan karena dalam sekulerisme kapitalisme tidak ada aturan terkait interaksi laki-laki dan perempuan semuanya itu diserahkan pada pribadi atas nama kebebasan.

Bayangin aja pengennya setia tapi diluar sana lihat aja tuh mudah banget ditemui aurat di jalan-jalan berdua-duaan curhat-curhatan antara laki-laki dan perempuan yang bukan muhrim juga menjadi pemandangan biasa sudah begitu di tempat umum juga banyak kumpulnya laki-laki dan perempuan ya seperti di kafe, bioskop, hotel belum lagi media sosial hari ini kaya gimana, banyak orang pamer kecantikan, konten pornografi dan pornoaksi mudah diakses di mana-mana.

Anehnya lagi tidak ada sangsi yang tegas bagi pelaku zina bukankah itu memicu keretakan hubungan rumah tangga.

Dalam sistem kapitalisme sekarang kita harus berjuang sendirian untuk bisa tetap dalam ketaatan.

So pasti memang butuh peran negara agar pergaulan dalam masyarakat bisa terjaga dan kasus-kasus seperti perselingkuhan dan KDRT tidak terjadi lagi dan efeknya tidak muncul rasa takut untuk menikah.

Pernah ada negara yang berjaya selama 13 abad terus di dalamnya yang diterapkan sistem Daulah Islam.

Nah negara yang menerapkan Islam secara kafah itu namanya adalah khilafah di dalamnya diterapkan terkait aturan memakai jilbab dan kerudung, menundukkan pandangan dan juga larangan iktilat dan khalwat selain itu negara juga akan mengelola media sehingga konten-konten yang beredar adalah seputar edukasi dan dakwah.

Baca Juga: Ingat! Menantu Bukan ART ataupun Murid Bimbel, Inilah Tips Untuk Mertua Agar Pernikahan Anak Sukses

Sehingga kontennya amat bermanfaat dan selaras dengan tujuan kita yaitu hambanya Allah.

Terus negara juga akan menerapkan sangsi yang tegas bagi yang melanggar, nah sangsi ini mempunyai 2 fungsi yaitu memberikan efek jera dan menghapus dosa bagi pelakunya.

Nah jika semua generasi Gen Z memahami dan menjalankan ajaran agama tentu fenomena gamaphobia atau takut menikah tidak akan terjadi, karena semua aspek kehidupan diniatkan ibadah, semoga informasi ini bermanfaat.***

 

Editor: Yandri Adiyanda

Sumber: Youtube Muslimah Media Center


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah