Memiliki Cerita Unik dan Mistis, Inilah 7 Jembatan Ikonik Menjadi Destinasi Wisata di Sumatera Barat

- 26 April 2024, 12:53 WIB
Ilustrasi terkait 7 jembatan unik dan mistis di Sumatera Barat mulai dari Jembatan Siti Nurbaya, Jembatan Akar hingga Jembatan Sungai Dareh.
Ilustrasi terkait 7 jembatan unik dan mistis di Sumatera Barat mulai dari Jembatan Siti Nurbaya, Jembatan Akar hingga Jembatan Sungai Dareh. /Tangkapan layar/YouTube Creative Hamdi

 

KABAR BANTEN - Seperti yang kita ketahui bahwa fungsi jembatan tidak hanya sekedar sarana infrastruktur transportasi yang menghubungkan antara dua tempat yang sebelumnya terpisah oleh sungai, jalan atau lainnya.

Banyak di antaranya jembatan yang telah menjadi ikon dan juga mempercantik sebuah kawasan dan beberapa diantaranya bahkan ada yang menjadi destinasi wisata.

Di Provinsi Sumatera Barat sendiri terdapat beberapa jembatan yang ikonik, horor bahkan memiliki cerita unik dan mistis.

Lalu jembatan mana saja di Sumatera Barat yang memiliki cerita unik, horor dan mistis tersebut?

Sebagaimana dikutip Kabar Banten melalui kanal YouTube Creative Hamdi, berikut ini 7 jembatan ikonik yang ada di Provinsi Sumatera Barat.

1. Jembatan Siti Nurbaya

Keberadaan Jembatan Siti Nurbaya terletak di kawasan kota tua di Padang, sudah sejak lama kawasan ini menjadi kawasan wisata atau destinasi wisata, oleh sebab itu, keberadaan Jembatan Siti Nurbaya semakin melengkapi keindahan kawasan tersebut.

Dari Jembatan Siti Nurbaya ini, pengunjung akan menyaksikan kawasan aliran Sungai Batang Arau kedua arah Muaro dan arah Ulu Sungai.

Selain itu, pengunjung akan melihat deretan perahu, kapal nelayan dan kapal wisata yang menjadi suguhan keindahan tersendiri.

Pada saat malam hari jembatan Siti Nurbaya dihiasi oleh lampu-lampu yang indah, sebelumnya Jembatan ini sempat semerawut karena banyaknya pedagang kaki lima.

Namun saat ini Jembatan Siti Nurbaya telah ditata dengan baik, sehingga siap menerima pengunjung.

Diketahui Jembatan Siti Nurbaya ini memiliki panjang 156 meter dan mulai dibangun pada masa pemerintahan Presiden Soeharto yaitu pada tahun 1999 dengan biaya berasal dari pemerintah pusat dan daerah

Selain itu juga ada bantuan dana dari salah satu Bank dan Koperasi, pembangunan Jembatan Siti Nurbaya ini telah rampung pada awal tahun 2002.

Untuk nama Jembatan Siti Nurbaya sendiri diambil dari tokoh novel karya Marah Rusli seorang sastrawan Indonesia.

Konon menurut novel itu, bahwa kaki Gunung Padang di dekat Jembatan merupakan tempat peristirahatan terakhir Sang tokoh yang dikenal sebagai korban kawin paksa dengan Datik Maringgih.

2. Jabatan Akar

Jembatan Akar merupakan jembatan unik karena terbentuk dari jalinan dua akar pohon yang tumbuh berseberangan dan membentang di atas aliran Sungai Batang Bayang di Kecamatan Bayang Utara, Kabupaten Pesisir Selatan, Provinsi Sumatera Barat.

Jembatan Akar juga menjadi ikon destinasi wisata unggulan wilayah Pesisir Selatan (Pesel), destinasi wisata ini menjadi primadona dan sangat terkenal.

Sehingga Jembatan Akar ini menjadi destinasi wisata yang tidak boleh dilewatkan saat berkunjung ke Pesisir Selatan, Sumatera Barat.

Dalam bahasa Minang, Jembatan yang letaknya sekitar 90 kilometer sebelah selatan Kota Padang ini oleh masyarakat sekitar dinamakan Titian Aka.

Tidak sulit untuk menemukan Jembatan Akar ini, dengan kendaraan mobil ataupun motor dapat ditempuh sekitar 2 jam saja tiba di lokasi.

Sejarahnya sekitar lebih dari seabad yang lalu di Puluik-Puluik ada anak yang bernama Sokan yang dikenal sangat kreatif.

Setelah dewasa ia dipanggil Pakih Sokan, gelar Pakih adalah penghormatan warga karena ia juga seorang ulama memiliki banyak murid.

Semasa hidupnya Pakih Sokan ini terkenal begitu dermawan serta memiliki kepedulian sosial yang tinggi.

Namun ia begitu gelisah karena diantaranya adalah anak manakan dan murid-muridnya harus menyeberang Sungai Batang Bayang setiap hari.

Sebelum jadi Nagari Puluik-Puluik ada dua kampung yang dibelah oleh Sungai Batang Bayang yaitu kampung Puluik-Puluik dan Kampung Lubuk Silau di seberang.

Jadi setiap harinya warga termasuk anak-anak kampung Lubuk Silau mesti menyeberang sungai jika mau ke pasar.

Begitu juga dengan warga atau anak Puluik-Puluik yang ingin mengaji ke kampung Lubuk Silau.

Singkat cerita, Pakih Sokan pun berinisiatif dengan memikirkan bagaimana cara membuat jembatan untuk menghubungkan kedua kampung tersebut.

Jika jembatan dibuat dari bambu akan sangat rentan ambruk di bawa air bah, nah dari situ kemudian muncul gagasan Pakih Sokan untuk membuat jembatan dari akar pohon.

Sebab akar pohon yang hidup makin lama akan makin besar dan semakin kuat, namun tentunya bukan akar pohon sembarangan.

Pohon yang ada di hutan sekitar kampung pun dipelajarinya dengan cara uji coba kemudian dilakukan terhadap berbagai jenis pohon.

Hingga pada akhirnya pilihannya jatuh pada jenis kayu pohon Kubang dan pohon Beringin, lalu pada tahun 1926 Pakih Sokan mulai menanam dua jenis pohon pilihannya yakni pohon Kubang dan pohon Beringin.

Di sisi sungai Kampung Puluik-Puluik ditanam pohon Kubang dan di sisi sungai Kampung Lubuk Silau ditanam pohon beringin.

Pohon yang sudah ditanam itu oleh Pakih Sokan tidak dibiarkan tumbuh begitu saja, tapi dirawat hingga tumbuh menjadi pohon besar dan subur.

Pada saat akar-akarnya pohon tersebut mulai tumbuh banyak dan memanjang, mulailah Pakih Sokan menjalin atau menganyam akar itu satu persatu.

Dengan mengikuti Titian bambu yang terpasang, makin lama akan akan semakin besar dan jalinan juga akan semakin kuat.

Menurut tokoh masyarakat setempat, pembuatan jembatan tersebut membutuhkan waktu sekitar 26 tahun hingga jalinan akar kedua pohon itu benar-benar bisa dilalui.

Sebagai jembatan Titian, hingga saat ini Jembatan Akar atau Titian Akar sepanjang 25 meter masih berdiri kokoh, hanya saja Jembatan Akar telah telah disepakati hanya untuk keperluan wisata.

Sedangkan untuk aktivitas masyarakat setempat telah dibangun jembatan permanen sekitar 50 meter dari lokasi.

3. Jembatan Limpapeh

Jabatan Limpapeh ini menghubungkan antara kawasan Taman Margasatwa dan Budaya Kinantan (TMBK) dengan Benteng Fort de Kock.

Terbuat dari baja, jembatan ini dibangun pada tahun 1995 dengan warna dominan kuning dan merah sebagai hiasan.

Dilihat dari bawah Jembatan Limpapeh hanya terlihat sebagai jembatan penyeberangan dan kurang begitu menarik.

Namun, pada saat melintasi langsung, pengunjung akan merasakan sendiri keistimewaan jembatan tersebut.

Dimana jembatan ini ada getaran dan goyangan yang justru bisa memancing adrenalin, sementara pada bagian tengah jembatan terdapat desain rumah adat tradisional Minangkabau yang dilengkapi dengan Gon di bagian atasnya

Ukiran khas tanah Minang juga terlihat jelas saat menapaki kaki di jembatan yang menggunakan kayu sebagai landasannya.

Tidak hanya itu saja, dari Jembatan Limpapeh juga pengunjung dapat menikmati keindahan Kota Bukittinggi yang dikelilingi perbukitan Gunung Marapi dan Gung Singgalang.

Jika pengunjung berkunjung atau berwisata ke Kota Bukittinggi, maka jangan sampai melewatkan ikon dari Kita Bukittinggi ini.

4. Jembatan Ratapan Ibu

Jembatan Ratapan Ibu juga merupakan jembatan ikonik di Kota Payakumbuh, dimana jembatan ini mulai dibangun pada tahun 1804, bertepatan setelah 8 tahun Belanda masuk ke Indonesia.

Jembatan Ratapan Ibu ini memiliki panjang sekitar 40 meter dan dibuat dengan arsitektur berbahan dasar batu merah setengah lingkaran yang kemudian direkatkan.

Bangunan jabatan inilah tetap kokoh meskipun tidak menggunakan tulang besi, jembatan ini juga menghubungkan antara pasar Payakumbuh dengan labuah basilang dan nagari Air Tabik.

Berdasarkan cerita rakyat di Kabupaten 50 Kita Sumatera Barat, jembatan ini dahulunya sebagai tempat eksekusi para pemuda Minangkabau yang memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.

Pada saat itu, para pemuda yang melakukan pemberontakan tersebut ditangkap kalau dibawa ke jembatan untuk dieksekusi mati.

Para pemuda yang akan dieksekusi itu berbaris di bibir jembatan, lalu ditembak mati, setiap orang yang ditembak langsung jatuh dan terbawa derasnya air Sungai Batang Agam.

Dibawah jabatan tersebut para wanita yang menyaksikan tragedi memilukan itu pun tidak kuasa menahan tangis meratapi suami dan anak laki-lakinya dieksekusi.

Dari kisah itu, maka jembatan tersebut di makan Jembatan Ratapan Ibu.

5. Jembatan Guranti

Jabatan gantung yang terletak di Ngarai Sianok, Guguak Tabek Sarojo, Kecamatan IV Koto, Kabupaten Agam Sumatera Barat.

Jembatan Guranti ini menjadi spot foto menarik bagi sebagian fotografer di daerah tersebut, jembatan ini juga adalah jembatan yang begitu ikonik di daerah tersebut.

Selain itu, jabatan ini juga digadang-gadang sebagai jembatan besi terpanjang di Sumatera Barat, jembatan ini merupakan penghubung antara joron Guguak Tinggi dan Guguak Rendah.

Jembatan ini selesai dibangun pada tahun 2016 yang membentang ngarai atau kurang sedalam kurang lebih 76 kilometer.

Selain itu juga di sekitar jembatan ini terdapat dua air terjun kecil yang mengalir dari irigasi di Atah Sangarai yang berlokasi tidak jauh dari Kota Bukittingg hanya berjarak sekitar 6 kilometer.

Dengan menggunakan kendaraan roda dua, jembatan dengan latar belakang Gunung Singgang di bagian selatan menjadi salah satu tujuan wisata alternatif bagi masyarakat serta para fotografer.

6. Jembatan Tinggi Silaiang

Di Provinsi Sumatera Barat ada juga jembatana kereta yang layak menyandang gelar jembatan fenomenal seperti Jembatan Cisomang, Jembatan Cikubang, dan Jembatan Cirahong yang ada di Provinsi Jawa Barat.

Jembatan tersebut adalah Jembatan Tinggi Sialaiang yang masih terlihat kokoh dan terkesan perkasa hingga saat ini.

Kondisi pilar-pilar besinya jika dilihat langsung, Jemvatan Tinggi Silaiang berada di Kelurahan Silieng Bawah, Kecamatan Padang Panjang Barat.

Jembatan Tinggi Silaiang itu sendiri memiliki tinggi sekitar 20 meter dan dibangun pada masa Kolonial Hindia Belanda yaitu pada tahun 1818.

Jembatan single track ini memiliki bentuk yang unik, dimana desainnya berbetuk melengkung ke bawah dengan rupa setengah lingkaran.

Jembatan itu dikatakan unik karena bentuk jembatan kereta seperti ini hanya ada satu-satunya di Indonesia.

Jembatan Tinggi Silaiang hingga kini masij tetap kokoh meskipun peninggalan zaman Belanda ini dibangun untuk menjadi penghubung jalur kereta api di perbukitan.

Hal tersebut dikarenakan Provinsi Sumatera Barat dikelilingi oleh perbukitan dan masuk dalam jajaran Bukit Barisan yang ada di Kota Padang Panjang.

7. Jembatan Sungai Dareh

Jembatan Sungai Dareh saat ini merupakan ikon dari Dharmasraya, selain itu jembatan ini juga jadi Golden Gate-nya di Provinsi Sumatera Barat.

Jembatan Sungai Dareh dibangun sejak tahun 2015 hingga tahun 2018 dengan menelan biaya sekitar 93 miliar rupiah.

Selain jembatan Sungai Dareh dari Dharmasraya ada juga jembatan yang perannya tidak kalah penting di Provinsi Sumatera Barat.

Dimana kedua jembatan tersebut menjadi penopang perekonomian khususnya di Kabupaten Dharmasraya, jembatan Sungai Dareh akan meningkatkan koneksivitas jaringan jalan antara Provinsi Sumatera Barat dan Jambi.

Sedangkan Jembatan Pulai akan meningkatkan konektivitas jaringan jalan antara Kabupaten Dharmasraya dengan Kabuoaten Timpeh dan Padang Lawe.

Itulah informasi tentang 7 jembatan yang memiliki cerita unik dan mistis serta menjadi ikonik destinasi wisata di Provinsi Sumatera Barat, semoga informasi ini bermanfaat.***

 

Editor: Yandri Adiyanda

Sumber: YouTube Creative Hamdi


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah