Buntut Gerakan Boikot, FamilyMart Jepang Putus Kerja Sama dengan Israel

7 Februari 2024, 07:05 WIB
Potret FamilyMart Jepang yang terkena imbas boikot dan langsung memutus kontrak dengan Israel. /Tangkapan layar/twitter haebada/

KABAR BANTEN - Media sosial menjadi panggung utama bagi gelombang protes yang menyerukan aksi boikot FamilyMart di Jepang.

Seruan ini mencuat karena keprihatinan terhadap kerja sama antara Itochu Corporation dan Elbit Systems, perusahaan pertahanan Israel yang terlibat dalam berbagai kontroversi terutama terkait isu Palestina.

Sebuah kontroversi besar mengguncang FamilyMart di Jepang setelah terungkap bahwa pemegang saham terbesarnya, Itochu Corporation, menjalin kerja sama dengan perusahaan pertahanan Israel, Elbit Systems, pada Maret 2023.

Baca Juga: Pizza Hut Indonesia Merespon Dampak Boikot dengan Mengganti Nama Brand, Jadi Apa?

Warga Jepang menggelar aksi demo di depan kantor pusat Itochu Aviation di Tokyo untuk mengecam dan meminta penghentian kerja sama tersebut.

Aksi protes ini mencerminkan ketidaksetujuan dan keprihatinan yang meluas di kalangan masyarakat Jepang.

Dampaknya tidak hanya terasa di dalam negeri, tetapi juga memicu seruan aksi boikot dari berbagai negara.

Negara-negara seperti Indonesia dan Malaysia juga turut bersuara melalui media sosial, mengajak warga mereka untuk tidak mendukung FamilyMart akibat kerja sama kontroversial ini.

Kemarahan publik meluas karena adanya keprihatinan terhadap isu hak asasi manusia dan konflik di Timur Tengah, khususnya keterlibatan Elbit Systems di wilayah tersebut.

Dengan cepat, seruan boikot menyebar di berbagai platform digital, menciptakan tekanan besar bagi FamilyMart.

Menghadapi gelombang protes dan seruan boikot, Itochu Corporation merespons dengan tindakan cepat.

Direktur Keuangan Itochu, Tsuyoshi Hachimura, mengumumkan bahwa perusahaan berencana untuk memutus kontrak kerja sama dengan Elbit Systems.

Keputusan ini diambil setelah International Court of Justice (ICJ) mengeluarkan perintah pada 26 Januari, memerintahkan Israel untuk menghentikan genosida terhadap warga Palestina.

"Dengan mempertimbangkan perintah Mahkamah Internasional pada tanggal 26 Januari, dan bahwa pemerintah Jepang mendukung peran Mahkamah Internasional, kami telah menangguhkan kegiatan-kegiatan baru yang terkait dengan MOU tersebut dan berencana untuk mengakhiri MOU tersebut pada akhir bulan Februari," kata Tsuyoshi Hachimura, Kepala keuangan Itachu.

Kontroversi ini memberikan pembelajaran berharga bagi korporasi global, menunjukkan bahwa tindakan mereka dapat memiliki dampak signifikan terhadap opini publik.

Gelombang boikot yang dimulai dari Jepang dan merambah ke negara-negara lain menyoroti kepekaan masyarakat terhadap isu-isu internasional, terutama yang terkait dengan hak asasi manusia dan konflik regional.

Tindakan cepat Itochu Corporation untuk menghentikan kerja sama juga mencerminkan dampak positif dari kepekaan publik.

Sebagai pemegang saham terbesar FamilyMart, langkah ini diharapkan dapat membantu memulihkan reputasi perusahaan dimata konsumen yang prihatin dengan isu-isu kemanusiaan.

Kisah kontroversi FamilyMart menjadi momentum bagi industri retail untuk merenungkan tanggung jawab sosial mereka.

Konsumen modern semakin peduli terhadap nilai-nilai dan prinsip perusahaan, dan pilihan untuk melakukan boikot dapat dengan cepat memengaruhi kesejahteraan bisnis.

Keputusan Itochu Corporation untuk mengakhiri kerja sama dengan Elbit Systems menjadi contoh nyata bahwa perusahaan-perusahaan besar harus bertanggung jawab atas dampak sosial dan lingkungan dari keputusan bisnis mereka.

Baca Juga: Sulit Dilacak Israel, Inilah 10 Fakta Terowongan Bawah Tanah Hamas Palestina

Dalam era di mana transparansi dan tanggung jawab sosial perusahaan menjadi sorotan, langkah-langkah untuk menjaga reputasi dan integritas semakin penting.

Aksi boikot FamilyMart menjadi cermin suara kritis masyarakat global terhadap kebijakan dan kerja sama yang dianggap tidak sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan.

Pada akhirnya, kasus ini menunjukkan bahwa kekuatan konsumen dapat menjadi alat efektif untuk mendorong perubahan positif dan memaksa perusahaan untuk mempertimbangkan dampak sosial dari keputusan mereka.***

Editor: Rifki Suharyadi

Sumber: Reuters

Tags

Terkini

Terpopuler