Burung Hantu Hilang, Produksi Padi Menurun

- 30 Agustus 2017, 22:15 WIB
burung hantu
burung hantu

HAMA tikus merupakan salah satu persoalan yang harus selalu dihadapi petani. Apalagi cepatnya perkembangbiakan tikus, berbanding terbalik dengan keberadaan predator tikus yaitu ular dan burung hantu yang terus mengalami penurunan akibat gencarnya perburuan yang dilakukan pada kedua hewan pemakan tikus itu. Burung hantu adalah kelompok burung yang merupakan anggota ordo strigiformes. Burung ini termasuk golongan burung buas (karnivora, pemakan daging) dan merupakan hewan malam (nokturnal). Burung hantu merupakan salah satu jenis burung hantu yang kerap digunakan sebagai hewan pembasmi hama tikus di sektor pertanian. Burung hantu merupakan musuh bebuyutan dari tikus. Sebagai predator alam, burung hantu jenis Serak Jawa merupakan pemburu tikus yang paling populer dan andal, baik di perkebunan kelapa sawit maupun di pertanian padi. Sepasang burung hantu bisa melindungi 25 hektare tanaman padi. Dalam waktu satu tahun, satu ekor burung hantu dapat memangsa 1.300 ekor tikus. B urung hantu lebih efektif dibandingkan pengendalian tikus menggunakan racun tikus, gropyokan (perburuan tikus melibatkan banyak orang secara bersama-sama dan serempak) dan lain-lain. Untuk memaksimalkan upaya pemberantasan hama tikus, Dinas Pertanian dan Perkebunan (Distanbun) Kabupaten Lebak meminta warga melestarikan populasi burung hantu guna mengurangi risiko serangan hama tikus. "Kami berharap populasi burung hantu bisa terus kita jaga dan kita dilestarikan, dengan tidak melakukan perburuan. Selama ini serangan hama tikus pada tanaman padi cukup merepotkan petani, meskipun sudah dilakukan upaya pemberantasan dengan cara pengemposan, penyediaan racun tikus dengan menggunakan zat kimia untuk membunuh tikus,” kata Kepala Seksi Perlindungan Tanaman Dinas Pertanian dan Perkebunan (Distanbun) Kabupaten Lebak, Itan Oktarianto kepada Kabar Banten, Selasa (29/8/2017). Menurutnya, pelestarian burung hantu atau bahkan penangkaran burung hantu sebagai predator alami tikus, jauh lebih efektif untuk membasmi hama tikus dibandingkan pembasmian menggunakan senyawa kimia. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan selama ini, ujarnya, populasi burung hantu di sejumlah daerah di Kabupaten Lebak terus mengalami penurunan yang sangat tajam, dan terancam punah. Itan mengakui, serangan hama tikus yang terjadi di sejumlah kecamatan selama ini mengakibatkan terjadinya penurunan produksi. Berdasarkan data, serangan hama yang menyerang tanaman padi di Kabupaten Lebak seluas 1.022 hektare dan 148 hektare dilaporkan mengalami gagal panen, akibat serangan hama tikus dan wereng batang coklat (WBC). Jarkasih (50) warga Desa Malabar, Kecamatan Cibadak, Kabupaten Lebak, mengalami kerugian yang sangat besar, karena tanaman padi miliknya seluas dua hektare gagal panen akibat serangan hama tikus. ”Dulu, sekitar tahun 1980 hingga tahun 1990-an serangan hama tikus pada tanaman padi tidak begitu parah karena masih banyak ditemukan burung hantu. Namun saat ini, perang terhadap serangan hama tikus harus kami lakukan dengan cara pengemposan, gropyokan atau menggunakan zat kimia yang sangat mungkin akan berdampak pada sawah kami,” ujar Jarkasih. (Nana Djumhana/KB)***

Editor: Kabar Banten


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x