Ulama-Umara Dua Sisi Mata Uang tak Terpisahkan

- 21 Oktober 2017, 18:15 WIB
ulama-umaro
ulama-umaro

DUA golongan manusia, jika mereka baik, akan baik seluruh manusia, dan jika ia rusak, akan rusak seluruh manusia. Mereka adalah para ulama dan umara.” (HR Ibnu Nu'aim dalam Hilyatul Auliya). Ulama adalah pewaris para nabi dan penyambung lidah mereka. Mereka semua mewariskan ilmu. Ilmu itulah yang ditransmisikan dari masa ke masa kepada ahli ilmu, yaitu ulama. Ulama yang saleh, adalah yang ucapannya sesuai dengan perilakunya dan senantiasa berkata benar meskipun kepada dirinya sendiri. Sedangkan umara adalah pemegang amanah Tuhan untuk mengurus kehidupan rakyatnya. Hidup matinya rakyat bergantung pada kebijakan dan keputusannya. Di tangannya pula ditegakkan hukum dan peraturan demi ketentraman umum. Umara yang saleh, yaitu umara yang adil, amanah, dan bertakwa kepada Tuhannya, dan bekerja untuk kepentingan rakyatnya. ”Alim ulama dan pemerintah merupakan dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan. Pemerintah bertugas melindungi ulama dalam menjalankan fungsinya mengajarkan dan menyebarkan ilmu agama dengan regulasinya. Sedangkan ulama berkewajiban mengingatkan pemerintah agar menjalankan amanah dengan adil demi kepentingan rakyat,” ujar Wabup Ade Sumardi dalam sambutannya di acara haul almarhum Almaghfurllah KH. Husni, para Masyaikh dan Haflah Santri Ponpes Al-Hidayah Wanti di Wantisari, Kecamatan Leuwidamar, beberapa waktu lalu. Menurut Wabup Ade, sinergitas antara alim ulama dan umara merupakan hal yang sangat penting dalam membangun sebuah daerah, baik pembangunan fisik maupun pembangunan mental spiritual dan sumber daya manusia. ”Sebagai daerah seribu madrasah, Kabupaten Lebak telah menerbitkan berbagai regulasi seperti Perda Wajib Diniyah, Perda Zakat, Maghrib Mengaji dan lain-lain. Tentu perlu kesadaran semua pihak, dan terutama dorongan dan dukungan dari para ulama agar perda itu berjalan dengan baik,” ujar Wabup. Wabup berharap agar alim ulama tetap bersatu, sebagai penyeimbang dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, terlebih menghadapi tantangan global, dimana negara Indonesia yang kaya akan sumber daya alam ini akan mudah dihancurkan jika semua komponen masyarakat tidak bersatu dalam melawan upaya perusakan moral yang dimotori oleh negara-negara yang tidak suka akan kemajuan Indonesia. ”Banyaknya perusahaan asing di Indonesia, merupakan ancaman yang nyata jika kita tidak mempersiapkan SDM yang tidak hanya menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi. Namun juga harus memiliki sikap mental yang baik dan ilmu agama yang kuat. Ada upaya-upaya adu domba, peredaran gelap narkoba dan pelemahan mental. Untuk itu, peran alim ulama sangat diperlukan jika tidak ingin sumber daya alam kita dikuasai asing. Saya tidak ingin kita hanya jadi penonton,” tuturnya. Dalam kesempatan itu, Wabup juga mengatakan, sekolah yang paling baik adalah pondok pesantren. Karena, selain diwajibkan menguasai ilmu agama, para santri juga diharuskan mempelajari Iptek, sehingga mampu mencetak SDM yang tidak hanya sekadar sehat jasmani namun juga sehat rohani. Sementara Ketua Yayasan Al-Hidayah, KH. Baejuri mengatakan, Ponpes Al-Hidayah siap mencetak generasi yang Islami, yang berpegang teguh pada ajaran agama Islam. Baejuri mengatakan, ponpes yang didirikan sejak tahun 1961 ini mengajarkan Ahlul sunah wal jama’ah dan tidak fanatik pada salah satu madhab. ”Santri di sini kami perintahkan untuk memerangi hawa nafsunya sendiri sebelum memerangi yang lainnya. Untuk itu, semua santri harus selalu berdzikir,” tutur KH. Baejuri. (Dini Hidayat)***

Editor: Kabar Banten


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x