KABAR BANTEN - Pandemi Covid-19 awal masuk ke Indonesia sejak Maret 2020.
Awalnya tentu tidak menyangka dampak dari pandemi Covid-19 begitu multikomplek.
Apalagi, seiring berjalannya waktu dan penyebaran Covid-19 yang begitu masif baik di dunia maupun di Indonesia, bahkan Covid-19 mampu bermutasi.
Belakangan, ramai di Indonesia tentang temuan mutasi Covid-19 varian Delta yang dinilai sangat berbahaya karena tingkat penularannya lebih cepat.
Terakhir, Covid-19 varian Delta Plus yang sudah banyak di temukan di Indonesia juga dinilai sangat berbahaya bahkan lebih berbahaya dibanding varian Delta.
Lalu, apakah informasi akan lebih berbahayanya varian Delta Plus dibanding varian delta itu benar?
Dilansir kabarbanten.pikiran-rakyat.com dari laman Instagram dokter Adam @adamprabata, dalam infografis yang dibagikannya, disebutkan bahwa varian Delta Plus dianggap sebagai bagian dari varian Delta.
Lebih lanjut, disebutkan bahwa varian Delta Plus (AY.1) ini adalah varian delta dengan mutasi K417N, bukan merupakan varian yang berdiri sendiri.
Baca Juga: Ingin Donor Darah, Perhatikan Syaratnya, Ini Kategori Orang yang Tidak Boleh Mendonor
Varian Delta Plus juga belum terbukti memiliki ciri yang berbeda dengan varian Delta seperti kemampuan penularan, risiko rawat inap atau meninggal dunia, dan kemampuan menghindari antibodi.
Namun, varian Delta Plus diduga lebih berbahaya, karena mutasi protein spike K417N dapat menyebabkan virus lebih efisien masuk ke dalam sel. Sehingga berpotensi lebih menularkan.
Baca Juga: Greysia-Apriyani Melaju ke Final Olimpiade Tokyo 2020, Jaga Peluang Emas Indonesia
Lebih lanjut, dalam Harvey, Kim, Winger, 2021 disebutkan bahwa mutasi protein spike K417N dapat membantu virus untuk menghindari antibodi.
Sehingga, berpotensi menurunkan efektivitas vaksin, terapi antibodi, dan antibodi natural pasca sembuh.
Lalu, benarkan varian Delta Plus dinilai lebih menular dibanding varian Delta?
Baca Juga: Terus Berevolusi, Ini Sejarah Panjang Virus Corona hingga Menginfeksi Jutaan Manusia
Dalam infografisnya, dr. Adam Prabata yang merupakan kandidiat Phd di Medical Sciences universitas Kobe menyebutkan bahwa hal itu belum terbukti.
"Hingga saat ini, belum cukup bukti untuk mengatakan varian Delta Plus lebih mudah menular dibanding varian delta," ujarnya.***