Peningkatan Kasus HIV Didominasi Ibu Rumah Tangga, Kok Bisa? Ini Penyebab dan Cara Pencegahannya

6 Juni 2023, 11:51 WIB
Ilustrasi terkait peningkatan kasus HIV yang didominasi ibu rumah tangga, ternyata ini Penyebab dan cara pencegahannya. /Pexels/Miguel A.Padrinan

KABAR BANTEN - Belakangan ini banyak orang yang tidak sadar jika mereka terinfeksi virus HIV.

 

Berdasarkan informasi dari Kementerian Kesehatan tahun 2023, di Indonesia ada sekitar 100 ribu orang yang tidak sadar jika mereka itu terinfeksi virus HIV.

Apalagi kasus HIV di Indonesia mengalami peningkatan dan penyakit tersebut lebih di dominasi oleh ibu rumah tangga dan anak-anak.

Baca Juga: Kasus HIV dan Sifilis di Indonesia Meningkat, Didominasi Kalangan Ibu Rumah Tangga dan Anak

Lantas, apa saja faktor yang penyebab kasus HIV di Indonesia meningkat dan bagaimana cara pencegahannya?

Sebagaiman dikutip Kabar Banten melalui kanal YouTube Indonesia BaikID, berikut ini penjelasan tentang faktor penyebab meningkatnya kasus HIV di Indonesia.

Menurut salah satu anggota komisi IX DPR RI dari fraksi GERINDA yakni Putih Sari mengatakan bahwa sebenarnya untuk Tuberkulosis (TBC) dan HIV sendiri memang penyakit yang cukup lama menjadi endemi di Indonesia dan sudah bertahun-tahun.

Sehingga Kementrian Kesehatan ingin memastikan dan memiliki strategi agar bisa mempercepat penurunan insidensi dari TBC maupun HIV.

HIV sendiri merupakan virus yang menyerang sel darah putih di dalam tubuh yang bisa mengakibatkan turunnya kekebalan tubuh manusia.

Biasanya orang yang terinfeksi virus HIV bisa menularkan virus pada orang lain.

Dimana penularan virus HIV ini bisa melalui cairan darah, sperma, cairan vagina, cairan anus serta Air susu Ibu (ASI).

Ciri- ciri awal penyakit HIV yaitu ditandai dengan sakit kepala, demam, badan mudah lelah, tidak nafsu makan, ruam, nyeri otot dan diare.

Dari gejala awal penyakit HIV itu bisa berkembang dalam 2 hingga 4 Minggu setelah penderita tertular virus HIV.

Versi HIV ini ada tiga tahap yaitu tahap awal, tahap, tahap kedua dan AIDS.

Penyakit AIDS itu merupakan kondisi dimana HIV sudah berada di tahap terakhir, jadi jika tidak diobati dari tahap awal, maka bisa menyerang sistem daya tahan tubuh.

Sehingga dampaknya bisa menyebabkan munculnya penyakit kanker dan terkena infeksi kuman seperti virus, bakteri, dan jamur.

Diketahui bahwa tahun 2023 ini kasus HIV sedanga mengalami peningkatan.

Berdasarkan dari data Kementerian Kesehatan, ada sekitar 526.841 orang yang terinfeksi virus HIV.

Baca Juga: Geger! Jemaah Haji Lansia Asal Majalengka Mendadak Ingin Turun Pesawat Ingat Ayam Belum Dikasih Makan

Dari data tersebut, baru sekitar 429.251 orang yang sadar jika mereka terinfeksi virus HIV, itu artinya ada sekitar 97.590 orang yang tidak sadar kalau mereka sebenarnya terinfeksi virus HIV.

Alasan mengapa mereka tidak sadar sebenarnya terinfeksi virus HIV, karena mereka tidak merasakan gejala awal itu sendiri.

Masa inkubasi virus HIV akan muncul setelah 5 hingga 10 tahun atau bahkan lebih sesuai dengan kekebalan tubuh yang dimiliki penderita.

Dari kurun waktu yang lama tersebut, mungkin mereka tidak curiga jika mereka sebenarnya terinfeksi virus HIV.

Namun tetap saja mereka bisa menularkan virus HIV itu pada orang lain, hal itulah yang menjadi ancaman besar bagi penyebaran virus HIV yang tidak terkendali di masyarakat.

Berdasarkan pernyataan dari juru bicara Kementerian Kesehatan yakni DR. Muhammad Syahril, pada tahun 2023 ini kasus HIV lebih didominasi oleh ibu rumah tangga, dimana jumlah ibu rumah tangga yang terinfeksi virus HIV mencapai 35 persen.

Penularan HIV dari suami ke istri menyumbang sebesar 30 persen dan menambah kasus baru HIV pada ibu rumah tangga sebanyak 5.100 kasus tiap tahunnya.

Menurut DR. Muhammad Syahril bahwa faktor penyebab tingginya penularan virus HIV pada ibu rumah tangga, karena rendahnya pengetahuan, pencegahan dan dampak dari HIV serta memiliki pasangan dengan perilaku seks berisiko.

Lantas pada saat ibunya sudah terinfeksi virus HIV bagaiman dengan nasib anaknya?

 

Tentunya ibu rumah tangga yang terinfeksi virus HIV akan berisiko tinggi untuk menularkan virus pada anaknya.

Penularan tersebut bisa terjadi sejak anak dalam kandungan, proses melahirkan, bahkan pada saat menyusui.

Dampaknya bayi yang terlahir dari ibu yang terinfeksi virus HIV ini akan lahir dengan virus HIV dan akan menyandang status positif HIV seumur hidupnya.

Saat ini kasus HIV pada anak usia 1 hingga 14 tahun mencapai 14.150 kasus, jumlah tersebut bertambah sekitar 700 hingga 1.000 anak dengan HIV setiap tahunnya.

Bagi ibu yang terdeteksi 100 persen terinfeksi virus HIV, maka harus mendapatkan penanganan yang cukup.

Penaganan tersebut bisa dilakukan dengan pengobatan ARV (Anti Retroviral) yaitu obat yang menangani infeksi HIV.

Adapun tujuan dari pengobatan ARV ini adalah untuk mengurangi penularan virus HIV, menurunkan angka kesakitan, memperbaiki kualitas hidup, memelihara kekebalan tubuh, dan menurunkan jumlah virus HIV dalam darah hingga tidak terdeteksi lagi

Upaya pemerintah melalui Kementerian Kesehatan berkomitmen dalam menghadapi kasus HIV ini dengan cara mengakhiri endemi virus HIV di tahun 2030.

Dengan melakukan upaya membuat Strategi Triple 95 yaitu melakukan promosi kesehatan, penemuan kasus dan tata laksana kasus.

Upaya tersebut dilakukan untuk semua jenjang umur, sehingga bisa memastikan setiap orang mendapatkan pelayanan, pencegahan, dan pengobatan sesuai dengan kebutuhannya.

Selain upaya dari pemerintah, kita juga sebagai masyarakat harus antisipasi terhadap pencegahan HIV ini.

Adapun pencegahan HIV yang bisa kita lakukan antara lain:

1. Menghindari penggunaan alat pribadi dengan orang lain.

Contohnya seperti sikat gigi dan alat cukur sebaiknya jangan dipakai secara bersamaan karena bisa terinfeksi akibat kontak langsung cairan tubuh orang lain dengan riwayat penyakitnya.

2. Hindari penggunaan jarum suntik bersama

Karena jarum suntik yang sudah digunakan oleh orang lain akan menyisakan darah, jika jarum suntik itu sudah digunakan orang yang terinfeksi virus HIV akan berisiko menularkan juga

3. Gunakan obat ARV

Bagi ibu yang terinfeksi virus HIV, untuk mencegah penularan dari ibu ke bayi sebaiknya rutin mengonsumsi obat ARV.

Jika ibu hamil mengidap HIV, maka sebaiknya konsumsi obat sesuai dengan anjuran dari dokter.

4. Rutin melakukan skrining HIV

Dengan rutin melakukan skrining HIV, bisa mencegah penularan HIV dan membantu mendeteksi virus HIV sedini mungkin.

Skrining HIV ini setidaknya dianjurkan 6 bulan sekali untuk yang sering aktif secara seksual.

5. Cari informasi atau mengikuti sosialisasi tentang pencegahan HIV

Sosialisasi pencegahan HIV penting dilakukan agar bisa menjauhkan diri dari perilaku yang bisa menyebabkan tertular HIV.

Dengan melakukan beberapa pencegahan tersebut, diharapkan bisa menjauhkan kita dari penyebaran penularan HIV.

Baca Juga: Vincent Rompies Pernah Miliki Babysitter Berkelakuan Aneh, Desta: Dulu Mbak Gue Suka Nyolong Hati Ayam

Perlu kita ketahui bahwa penularan HIV ini tidak menular melalui udara, bersalaman ataupun berenang.

Jadi kita tidak perlu khawatir dan mendiskriminasi orang yang terinfeksi virus HIV, lindungi masa depan anak dengan setia pada pasangan dan hindari seks berisiko.

Itulah informasi tentang peningkatan kasus HIV di Indonesia yang di dominasi oleh ibu rumah tangga, dengan mengetahui penyebab dan cara pencegahannya semoga terhindar dari virus HIV, semoga informasi ini bermanfaat.***

 

Editor: Yandri Adiyanda

Sumber: YouTube IndonesiaBaikID

Tags

Terkini

Terpopuler