Sultan Hasanuddin, Ayam Jantan dari Timur yang Berani Melawan VOC

8 Oktober 2023, 18:40 WIB
Ilustrasi Pahlawan Nasional Sultan Hasanuddin yang dijuluki Ayam Jantan dari Timur. /Rul Stration/Shutterstock

KABAR BANTEN - Sultan Hasanuddin adalah raja ke-16 Kerajaan Gowa yang lahir pada 12 Januari 1631. Ia memiliki nama asli I Mallombasi Muhammad Bakir Daeng Mattawang Karaeng Bonto Mangepe.

 

Sultan Hasanuddin diberi julukan De Haantjes van Het Oosten yang berarti Ayam Jantan dari Timur karena semangat dan keberaniannya dalam menentang monopoli yang dilakukan VOC.

Sultan Hasanuddin memang dikenal sebagai raja yang menentang monopoli VOC di nusantara. Sampai akhir hayatnya, Sultan Hasanuddin masih bersikukuh tidak mau bekerja sama dengan VOC.

Pada saat itu, VOC memang sangat ingin menguasai dan memonopoli perdagangan di wilayah perairan Kerajaan Gowa. Kerajaan Gowa menjadi pusat perhubungan antara Pulau Jawa, Pulau Kalimantan dengan Kepulauan Maluku yang menjadi lalu-lintas perdagangan rempah-rempah.

Keinginan VOC untuk menguasai perdagangan rempah-rempah tersebut memicu konflik dengan Kerajaan Gowa. Kerajaan Gowa yang dipimpin oleh Sultan Hasanuddin melakukan perlawanan untuk menentang keras praktek monopoli VOC.

 

Pada tahun 1660, Sultan Hasanuddin mengumpulkan kekuatan bersama kerajaan-kerajaan kecil lainnya untuk melawan VOC. Kerajaan Gowa dibawah komando Sultan Hasanuddin terkenal dengan ketangguhan armada lautnya.

Melihat kekuatan Kerajaan Gowa yang tangguh, VOC menjalin kerja sama dengan Kerajaan Bone untuk menghimpun kekuatan untuk menghancurkan Kerajaan Gowa. Namun, Kerajaan Gowa masih terlalu tangguh untuk dihancurkan VOC dan sekutunya.

Pada tahun 1663, penguasa Kerajaan Bone yang bernama Arung Palakka melarikan diri ke Batavia untuk menghindari kejaran tentara Kerajaan Gowa. Ia berlindung sekaligus meminta bantuan dari VOC untuk menghancurkan Kerajaan Gowa.

Selanjutnya pada 24 November tahun 1966, terjadi pergerakan besar-besaran yang dilakukan pasukan VOC di bawah pimpinan Laksamana Cornelis Janszoon Speelman beserta pasukan Kerajaan Bone menuju ke Somba Opu, ibukota Kerajaan Gowa.

 

Laksamana Cornelis Janszoon Speelman mulai memerintahkan armada laut VOC untuk menembakan meriam ke arah wilayah Kerajaan Gowa. Tembakan-tembakan meriam ini dibalas dengan dentuman-dentuman meriam yang dilancarkan oleh pihak Kerajaan Gowa.

Akhirnya, setelah tidak kuat menahan gempuran dari VOC dan pasukan Kerajaan Bone, Sultan Hasanuddin dipaksa menandatangani Perjanjian Bongaya pada 18 November 1667.

Perjanjian Bongaya memaksa Sultan Hasanuddin harus mengakui monopoli VOC di wilayah perdagangan Kerajaan Gowa. Selain itu, VOC juga mempersempit wilayah Kerajaan Gowa.

Akan tetapi, itu semua tidak memadamkan semangat juang Sultan Hasanuddin beserta para pasukannya. Pasca perjanjian, Sultan Hasanuddin dan pasukannya masih melakukan berbagai perlawanan kepada VOC.

 

Namun, perlawanan-perlawanan tersebut tidak bisa mengusir VOC dari wilayah Sulawesi Selatan. Hingga akhir hayatnya, Sultan Hasanuddin masih bersikukuh tidak mau bekerja sama dengan pihak VOC. Ia wafat pada 12 Juni 1670 di kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan.

Atas kegigihannya menentang monopoli VOC, pemerintah pusat menetapkan Sultan Hasanuddin sebagai pahlawan nasional melalui Surat Keputusan Presiden RI No. 087/TK/1973.

Selain itu, untuk mengenang perjuangan Sultan Hasanuddin dalam mempertahankan harga diri bangsa, namanya digunakan menjadi nama perguruan tinggi yakni Universitas Hasanuddin, serta nama bandar udara di Makassar, Bandara Sultan Hasanuddin.***

 

Editor: Kasiridho

Sumber: Kemendikbudristek

Tags

Terkini

Terpopuler