Kisah Perjuangan Malahayati Kesultanan Aceh, Laksamana Perempuan Pertama di Dunia dan Pendiri Inong Balee

30 Oktober 2023, 13:57 WIB
Lukisan Keumalahayati atau Malahayati, laksamana perempuan pertama di dunia asal Kesultanan Aceh dan pemimpin pasukan perang Inong Balee. /Pemprov Daerah Istimewa Yogyakarta

KABAR BANTEN - Malahayati adalah pendiri Inong Balee, pasukan perang yang seluruh anggotanya perempuan. Ia juga merupakan seorang laksamana perempuan pertama di dunia.

 

Mengutip situs indonesia.go.id, saat Kesultanan Aceh bertempur melawan pasukan kolonial, Malahayati dikenal karena ditakuti oleh musuh-musuh di perairan pesisir Aceh Besar serta Selat Malaka.

Malahayati yang memiliki nama lahir Keumalahayati lahir di Aceh pada 1 Januari 1550.
Ia menjadi satu di antara beberapa singa betina dari Tanah Rencong yang bernyali besar, selain Cut Nyak Dien dan Cut Nyak Meutia yang melawan kolonialisme.

Malahayati adalah anak dari Laksamana Mahmud Syah seorang Panglima Angkatan Laut Kesultanan Aceh. Ia juga merupakan cicit dari Sultan Salahuddin Syah, raja kedua Kesultanan Aceh yang memerintah pada 1530 sampai 1539.

Pada 1586, Malahayati melakukan perlawanan terhadap kolonialisme Portugis di perairan Teluk Haru dekat Selat Malaka. Saat itu, pasukan laut Kesultanan Aceh dipimpin suami Malahayati, Laksamana Tuanku Mahmuddin.

 

Pada pertempuran tersebut, puluhan kapal kayu Kesultanan Aceh berusaha mencegat kapal-kapal perang Portugis. Armada perang Kesultanan Aceh berhasil memukul mundur Portugis, namun suami Malahayati gugur dalam pertempuran tersebut.

Setelah suaminya gugur, Malahayati diangkat oleh Sultan Riayat Syah sebagai laksamana. Saat itu, Malahayati menjadi perempuan pertama di dunia yang menyandang pangkat laksamana.

Malahayati berkeinginan membangun sebuah armada tempur laut yang seluruh prajuritnya adalah perempuan. Ia menamakan pasukan elite tersebut dengan Inong Balee atau prajurit perempuan yang berstatus janda.

Pada waktu itu, jumlah prajurit Inong Balee mencapai 2.000 orang. Seluruhnya adalah para janda dari prajurit yang gugur saat bertempur melawan Portugis. Kemudian Malahayati melatih Inong Balee menjadi pasukan tempur yang disegani.

 

Pasukan Inong Balee terlibat dalam beberapa pertempuran melawan Portugis dan Belanda.
Wilayah pertempuran mereka tidak hanya sebatas di perairan Selat Malaka saja, namun juga sampai ke pantai timur Sumatera dan Semenanjung Malaya.
Pada 21 Juni 1599, kapal Belanda yang berisi pasukan perang yang dipimpin Cornelis dan Frederick de Houtman ingin bersandar di pelabuhan Aceh Besar. Namun kapal Belanda tersebut menemui perlawanan dari masyarakat setempat.

Laksamana Malahayati dan pasukan Inong Balee yang telah menunggu dan bersiaga, lalu diperintah oleh sultan untuk mengusir kapal Belanda tersebut. Pertempuran sengit pun tidak dapat terhindarkan.

Pasukan Inong Balee berhasil menghancurkan kapal Belanda itu. Dalam pertempuran yang terjadi di atas kapal musuh pada 11 September 1599, Laksamana Malahayati berhasil mengalahkan Cornelis de Houtman.

Setelah melalui berbagai pertempuran melawan kolonialisme, Malahayati wafat pada 1615 dan dimakamkan di Desa Lamreh, Krueng Raya. Malahayati ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional berdasarkan Keputusan Presiden RI nomor 115/TK/Tahun 2017.***

 

Editor: Kasiridho

Sumber: Indonesia.go.id

Tags

Terkini

Terpopuler