Masa Pancaroba Waspadai Cuaca Ekstrem, Angin Kencang hingga Hujan Es, Ini Tanda-tandanya

- 25 September 2021, 23:08 WIB
Ilustrasi - Hujan petir yang perlu diwaspadai di masa pancaroba.
Ilustrasi - Hujan petir yang perlu diwaspadai di masa pancaroba. /Pexels/Tsvetoslav Hristov/

KABAR BANTEN - Waspadai potensi cuaca ekstrem di masa peralihan atau pancaroba dari musim kemarau ke musim hujan.

Cuaca ekstrem di masa pancaroba, perlu diwaspadai hujan disertai petir dan angin kencang hingga hujan es.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mewanti-wanti seluruh masyarakat untuk mewaspadai potensi cuaca ekstrem di masa pancaroba.
 
 
Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati mengungkapkan arah angin bertiup sangat bervariasi.
 
"Sehingga mengakibatkan kondisi cuaca bisa dengan tiba-tiba berubah dari panas ke hujan atau sebaliknya," ucapnya dikutip dari bmkg.go.id, 22 September 2021.
 
Biasanya cuaca di pagi hari cerah, kemudian siang hari mulai tumbuh awan, dan hujan menjelang sore hari atau malam.
 
Dwikorita menyebut awan Cumulonimbus (CB) biasanya tumbuh di saat pagi menjelang siang, bentuknya seperti bunga kol, warnanya ke abu-abuan dengan tepian yang jelas. 
 
Namun, menjelang sore hari, lanjut Dwikorita, awan ini akan berubah menjadi gelap yang kemudian dapat menyebabkan hujan, petir, dan angin.
 
Sementara itu, Deputi Bidang Meteorologi Guswanto mengatakan tanda-tanda terjadinya cuaca ekstrem dapat mulai dirasakan di wilayah Jabodetabek.
 
Guswanto menjelaskan, cuaca ekstrem yang terjadi disebabkan fenomena gelombang atmosfer yang teridentifikasi aktif di sekitar wilayah Indonesia termasuk di wilayah Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Papua. 
 
Fenomena gelombang atmosfer tersebut adalah MJO (Madden Jullian Oscillation) dan gelombamg Rossby Ekuatorial yang aktif di sekitar wilayah tengah dan timur Indonesia, Gelombang Kelvin yang aktif di sekitar wilayah Jawa dan Kalimantan.
 
Guswanto memaparkan bahwa MJO, gelombang Rossby Ekuatorial, dan gelombang Kelvin adalah fenomena dinamika atmosfer yang mengindikasikan adanya potensi pertumbuhan awan hujan dalam skala yang luas di sekitar wilayah fase aktif yang dilewatinya.
 
Fenomena MJO dan gelombang Kelvin bergerak dari arah Samudra Hindia ke arah Samudra Pasifik melewati wilayah Indonesia dengan siklus 30-40 hari pada MJO, sedangkan pada Kelvin skala harian.***

Editor: Yadi Jayasantika

Sumber: bmkg.go.id


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x