Fenomena Hujan Es hingga Maret-April, Disertai Hujan dan Angin Kencang, BMKG Imbau Masyarakat Waspada

- 23 Februari 2022, 18:15 WIB
Ilustrasi hujan es yang disertai hujan lebat serta petir dan angin kencnag sebagai dampak cuaca ekstreem yang perlu diwaspadai.
Ilustrasi hujan es yang disertai hujan lebat serta petir dan angin kencnag sebagai dampak cuaca ekstreem yang perlu diwaspadai. /Pixabay

KABAR BANTEN-Badan Metreologi Geofisika dan Klimatologi (BMKG) kembali mengeluarkan imbauan waspada, yang kali ini cuaca ekstrem berupa fenomena hujan es yang masih bisa terjadi hingga Maret-April.

Kejadian cuaca ekstrem berupa fenomena hujan es, dalam sepekan ini telah terjadi di beberapa wilayah seperti Surabaya, Lampung, Bekasi, dan wilayah lainnya.

Dalam fenomena hujan es tersebut, juga disertai hujan dengan intensitas lebat dalam durasi singkat yang disertai kilat atau petir dan angin kencang.

“BMKG memberikan imbauan kpd masyarakat untuk tetap waspada terhadap kemungkinan terjadinya potensi cuaca ekstrem tersebut,” tulisnya dalam akun Twitter @InfoBMKG, pada Rabu, 23 Februari 2022.

Bukan hanya itu, BMKG juga mengimbau untuk waspada terhadap dampak yang dapat ditimbulkan berupa bencana hidrometeorologi seperti banjir, tanah longsor, banjir bandang, genangan, jalan licin, pohon tumbang, dan lain-lain.

Baca Juga: BMKG Ingatkan Dampak Serius, Mengancam Kehidupan Manusia, Kerugian Ekonomi Bisa Capai Ratusan Triliun

 “Mengingat potensi cuaca ekstrem berupa puting beliung, hujan es, hujan lebat disertai kilat atau petir dan angin kencang masih dapat terjadi hingga Maret-April mendatang,” tulisnya lagi

Dalam penjelasannya, fenomena hujan es merupakan salah satu fenomena cuaca ekstrem yang terjadi dalam skala lokal.

Kejadian tersebut ditandai dengan adanya jatuhan butiran es yang jatuh dari awan serta dapat terjadi dalam periode beberapa menit.

Fenomena hujan es dapat terjadi karena dipicu oleh adanya pola konvektifitas di atmosfer dalam skala lokal-regional yang signifikan.

Hujan es dapat terbentuk dari sistem awan Cumulonimbus (Cb) yang umumnya memiliki dimensi menjulang tinggi, menandakan bahwa adanya kondisi labilitas udara signifikan dalam sistem awan tersebut.

“Sehingga dapat membentuk butiran es di awan dengan ukuran yang cukup besar,” tulis BMKG.

Besarnya dimensi butiran es dan kuatnya aliran udara turun dalam sistem awan CB, disebut dapat menyebabkan butiran es.

Dengan ukuran yang cukup besar yang terbentuk di puncak awan Cb tersebut, turun ke dasar awan hingga keluar dari awan dan menjadi fenomena hujan es.

Baca Juga: Mengungkap Zat PM 2.5, BMKG Bantah Video Viral Babeh Aldo Sebut Gelombang Pandemi sebagai Pandemi Polusi Udara

Dengan kecepatan downdraft dari awan Cb yang signifikan, kata dia, dapat mengakibatkan butiran es yang keluar dari awan tidak mencair secara cepat di udara.

Bahkan ketika sampai jatuh ke permukaan bumi pun, masih dalam berbentuk butiran es yang dikenal dengan fenomena hujan es.***

Editor: Yadi Jayasantika

Sumber: Twitter @infoBMKG


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah