Melihat Lagi Sejarah Meletusnya Gunung Krakatau: Picu Tsunami Hebat hingga Tewaskan 36 Ribu Jiwa

- 28 April 2022, 08:13 WIB
Ilustrasi gunung meletus. Meletusnya Gunung Krakatau sebagai sejarah panjang kehidupan manusia modern.
Ilustrasi gunung meletus. Meletusnya Gunung Krakatau sebagai sejarah panjang kehidupan manusia modern. /Pexels / Clive Kim/

KABAR BANTEN - Pada tanggal 27 agustus 1883 terjadi puncak peristiwa dari meletusnya Gunung Krakatau yang merupakan gunung vulkanik terbesar sepanjang sejarah kehidupan manusia modern.

Meletusnya Gunung Krakatau menjadi ledakan yang paling besar, suara yang paling keras dan peristiwa vulkanik yang paling meluluhlantahkan yang pernah tercatat.

Dilansir Kabar Banten dari kanal youtube Adi Channel, suara letusan Gunung Krakatau terdengar sampai 4.600 km dan didengar oleh seperdelapan penduduk bumi kala itu.

Baca Juga: Lava Mulai Mengalir ke Laut, Aktivitas Gunung Anak Krakatau Meningkat, Warga Banten dan Lampung Harap Tenang

Para ahli memprediksi dengan suara sedahsyat itu, orang yang mendengarnya dalam radius 10 km, maka akan dipastikan tuli.

Suara letusan Gunung Krakatau juga tercatat dalam guinness book of records sebagai suara letusan terhebat yang pernah terekam dalam sejarah dunia.

Kekuatannya setara dengan 100 mega ton nuklir yang berarti 13 ribu kali lipat dari bom atom yang pernah membinasakan kota Hirosima dan Nagasaki di perang dunia ke dua.

Bencana ini menewaskan 36 ribu korban jiwa dari pulau Sumatra dan Jawa. Dimana sebagian kecilnya karena batu vulkanik dan awan panas yang berjatuhan dari langit akibat dari ledakan gunung krakatau tersebut, tapi sebagian besarnya tewas oleh terjangan tsunami hebat yang terjadi dengan cepat.

Tsunami yang timbul akibat letusan itu, tingginya lebih dari 36 meter begitu sampai dipesisir pantai. Dengan kecepatan terjangan diestimasikan hingga 40-60 km/ jam membuat orang-orang yang berada dipesisir pantai tidak sempat menyelamatkan diri. Dengan tinggi dan besarnya tsunami tersebut, ratusan desa seketika saja hilang disapu gelombang air laut.

Diluar Sumatra dan Jawa
Simon Winchester dalam buku Krakatoa The Day The World Exploded 27 agustus 1883, mengungkapkan jika sebuah pulau hilang beserta dengan orang-orangnya.

Dan di beberapa jurnal melaporkan hampir 120 ribu kerangka manusia ditemukan mengambang di Samudera Hindia hingga pantai timur Afrika selama hampir satu tahun setelah tragedi meletusnya Gunung Krakatau, ke 120 ribu kerangka tersebut diyakini adalah korban bencana meletusnya gunung berapi itu.

Sementara gelombang tsunami hasil letusan Gunung Krakatau terus merambat hingga ke Hawai, Amerika tengah dan Semenanjung Arab.

Suhu global rata-rata lebih dingin selama lima tahun setelah terjadinya bencana itu, 45 km kubik material vulkanik yang terlempar ke atmosfir oleh ledakkan itu menggelapkan langit bumi dengan radius 442 km dari gunung krakatau.

Dalam 13 hari lapisan sulfur dioksida dan gas lainnya mulai menyaring jumlah sinar matahari yang bisa mencapai bumi, partikel abu vulkanik yang sampai ke atmosfir juga membuat fenomena angkasa, bulan terlihat berwarna biru selama bertahun-tahun setelah erupsi.

Tidak hanya bulan yang penampakannya berubah, orang-orang saat itu juga melihat matahari berwarna keunguan seperti lavender.

Ledakan Gunung Krakatau ini sebenarnya masih kalah jika dibandingkan dengan letusan Gunung Toba dan Gunung Tambora di indonesia serta gunung tanpo di Selandia baru dan Gunung Katmal di Alaska, tapi gunung-gunung tersebut meletus jauh dimasa populasi manusia masih sangat sedikit.

Sementara waktu Gunung Krakatau meletus populasi manusia sudah cukup padat, ilmu pengetahuan dan teknologi telah berkembang, telegraf sudah ditemukan dan kabel bawah laut sudah dipasang.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa saat itu teknologi informasi sedang tumbuh dan berkembang pesat, tercatat bahwa letusan Gunung Krakatau adalah bencana besar pertama di dunia setelah ditemukannya telegraf bawah laut.

Gunung Krakatau lahir setelah meletusnya Gunung Krakatau Purba. Konon, gunung krakatau purba yang meletus sekitar tahun 416 M ini menyebabkan terpisahnya Pulau Jawa dengan Pulau Sumatra.

Meletusnya Gunung Krakatau Purba lebih dahsyat jika dibandingkan dengan gunung krakatau, bagian Gunung Krakatau purba tiga perempatnya hancur dan hanya menyisakan tiga bagian tepi kawah.

Tiga tepi kawah itulah kemudian dikenal dengan pulau Rakata, Pulau Panjang atau Rakata kecil dan Pulau Sertung yang berada dalam satu kepulauan yang disebut dengan kepulauan krakatau.

Kemudian karena dorongan vulkanik dari dalam bumi di Pulau Rakata ini muncul satu gunung dari batuan basaltik yang bernama Gunung Rakata.

Seiring waktu muncul dua gunung api lainnya dari tengah kawah yang kemudian dinamai dengan gunung danan dan gunung perbuatan, dimana kedua gunung itu menyatu dengan gunung rakata yang muncul lebih dulu dan persatuan dari tiga gunung inilah yang kemudian disebut orang sebagai gunung Krakatau.

Waktu Gunung Krakatau meletus tahun 1883 itu, Pulau Rakata hilang hampir tiga perempatnya. Sedangkan Gunung Danan dan Gunung Perbuatan hancur tanpa sisa.

Sementara setengah dari kerucut Gunung Rakata sendiri hancur dan menciptakan cekungan selebar 7 meter dengan kedalaman 250 meter.

43 tahun setelah meletusnya Gunung Krakatau di lokasi bagian Pulau Rakata yang hilang, muncul gunung api dikenal hingga kini dengan nama Gunung Anak Krakatau dari kawasan kaldera purba yang masih aktif dan terus bertambah tingginya.

Baca Juga: Antisipasi Dampak Letusan Gunung Anak Krakatau, KPP Banten dan PMI Cilegon Edukasi Warga Pulomerak

Kecepatan pertumbuhan Gunung Anak Krakatau mencapai 0,5 meter per bulannya, sehingga Gunung Anak Krakatau jadi tumbuh besar sekitar 6 meter dan lebih lebar sekitar 12 meter setiap tahunnya.

Hingga kini GAK masih dalam status gunung vulkanik aktif dan sewaktu-waktu dapat memuntahkan isi perutnya.

Itulah sejarah meletusnya Gunung Krakatau hingga munculnya Gunung Anak Krakatau. Semoga bermanfaat dan menambah wawasan kita.***

Editor: Rifki Suharyadi


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah