Mitos Gerhana Bulan, Benarkah Gelap Gulita karena Bulan Dimakan Batara Kala?

- 8 November 2022, 19:32 WIB
Ilustrasi mitos gerhana bulan
Ilustrasi mitos gerhana bulan /Tangkapan kanal YouTube PEGAWAI JALANAN.

Kedua golongan tersebut, akhirnya sepakat untuk bekerjasama denegan tugas golongan dewa memegang ekor naga dan raksasa memegang kepala naga.

Namun karena menggegam dengan keras, sang naga marah hingga para raksasa pun terpelanting kesana kemari. 

Alkisah, golongan sang dewa lah yang mendapatkan air Tirta Amerta. Kemudian air keabadian itu disimpan dan dijaga oleh para dewa.

Sampai kemduian, yang mendapat tugas untuk menjaga Tirta Amerta tersebut adalah Dewa Surya atau Dewa Matahari dan Dewi Chandra atau Dewi Bulan.

Raksasa Batara Kala yang berusaha untuk mencuri Tirta Amerta, ternyata usahanya berhasil hingga meminum air tersebut.

Sebelum air keabadian tersebutditelan habis , diketahui oleh rombongan para dewata. Kemudian Batara Kala dipanah oleh Dewa Whisnu, kepalanya putus terpenggal dari tubuhnya.

Tubuh Batara Kala jatuh ke Bumi dan berubah menjadi lesung, yaitu tempat untuk menumbuk padi yang terbuat dari gelondongan kayu.


Sementara, kepalanya masih hidup dan melanglang di angkasa.Tirta Amerta bisa diselamatkan dan kembali menjadi milik para dewa.

Karena dendam, setiap kepala Batara Kala bertemu dengan Dewa Surya dan Dewi Chandra, maka dilampiaskan menelan Matahari atau Bulan.

Namun karena sudah tidak punya badan lagi, setiap makan Matahari atau Bulana akan melewati leher Batara Kala.

Halaman:

Editor: Yadi Jayasantika

Sumber: YouTube PEGAWAI JALANAN


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah