Gunung Merapi Erupsi, Status 4 Gunung Api di Indonesia Siaga, Termasuk Gunung Anak Krakatau

- 13 Maret 2023, 14:47 WIB
Erups Gunung Merapi yang merupakan salah satu dari 4 gunung api di Indonesia berstatus siaga hingga 13 Maret 2023.
Erups Gunung Merapi yang merupakan salah satu dari 4 gunung api di Indonesia berstatus siaga hingga 13 Maret 2023. /Tangkapan layar/YouTube Miftah's TV

KABAR BANTEN – Sabtu 11 Maret 2023, masyarakat dikejutkan dengan erupsi Gunung Merapi yang merupakan salah satu dari 4 gunung api di Indonesia yang berstatus siaga.

 

Selain Gunung Merapi, 3 gunung api di Indonesia juga ditetapkan berstatus siaga hingga saat ini. Sebelumnya, salah satu dar 4 gunung api di Indonesia yakni Gunung Semeru ditetapkan dalam status awas. Namun, status tersebut kembali diturunkan menjadi siaga.

Untuk mengetahui gunung api di Indonesia mana saja yang berstatus siaga, berikut lebih lengkapnya seperti dilansir Kabar Banten dari laman magma.esdm.go.id, Senin 13 Maret 2023.

Gunung Merapi

Gunung Api Merapi terletak di Kab\Kota Sleman, Magelang, Boyolali, Klaten, Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah dengan posisi geografis di Latitude -7.542°LU, Longitude 110.442°BT dan memiliki ketinggian 2968 mdpl.

Badan Geologi melalui PVMBG-BPPTKG telah menetapkan tingkat aktivitas Gunung Merapi menjadi Siaga sejak tanggal 5 November 2020. Gunung Merapi dinyatakan memasuki masa erupsi efusif pada tanggal 4 Januari 2021 yang ditandai dengan aktivitas berupa pertumbuhan kubah lava, guguran, dan awan panas guguran.

Saat ini Gunung Merapi memiliki 2 kubah lava, yaitu kubah lava barat daya dan kubah lava tengah kawah. Berdasarkan analisis foto udara tanggal 13 Januari 2023 volume kubah lava barat daya terhitung sebesar 1.598.700 m3 dan kubah tengah sebesar 2.267.400 m3. Kedua kubah lava ini apabila longsor secara masif berpotensi menimbulkan awan panas sejauh maksimal 7 km ke arah barat daya dan 5 km ke arah selatan-tenggara.

Berdasarkan hasil pemantauan visual dan instrumental, maka: Aktivitas vulkanik Gunung Merapi masih berada pada tingkat “Siaga” (Level III).

Potensi bahaya saat ini masih tetap berupa guguran lava dan awan panas pada sektor selatan–barat daya meliputi Sungai Boyong sejauh maksimal 5 km, Sungai Bedog, Krasak, Bebeng sejauh maksimal 7 km.

Pada sektor tenggara meliputi Sungai Woro sejauh maksimal 3 km dan Sungai Gendol 5 km. Sedangkan lontaran material vulkanik bila terjadi letusan eksplosif dapat menjangkau radius 3 km dari puncak.

 

Terkait dengan aktivitas saat ini, kepada para pemangku kepentingan dalam penanggulangan bencana Gunung Merapi kami rekomendasikan sebagai berikut:

Pemerintah Kabupaten Sleman, Kabupaten Magelang, Kabupaten Boyolali dan Kabupaten Klaten agar melakukan upaya–upaya mitigasi dalam menghadapi ancaman bahaya erupsi Gunung Merapi yang terjadi saat ini.

Masyarakat agar tidak melakukan kegiatan apapun di daerah potensi bahaya. Kemudian, masyarakat agar mengantisipasi gangguan akibat abu vulkanik dari erupsi Gunung Merapi serta mewaspadai bahaya lahar terutama saat terjadi hujan di seputar Gunung Merapi.

Masyarakat dapat mengakses informasi resmi aktivitas Gunung Merapi melalui aplikasi Magma Indonesia, website bpptkg.esdm.go.id, media sosial BPPTKG, radio komunikasi pada frekuensi 172.000 MHz, Pos Pengamatan Gunung Merapi terdekat, dan kantor BPPTKG, Jalan Cendana No. 15 Yogyakarta, telepon (0274) 514192.

Badan Geologi melalui PVMBG-BPPTKG terus berupaya dalam mitigasi bahaya Gunung Merapi, baik melalui pemantauan, penilaian bahaya, penyebaran informasi, dan sosialisasi aktivitas Gunung Merapi.

Masyarakat diimbau untuk selalu mengikuti informasi aktivitas Gunung Merapi dari sumber yang terpercaya dan mengikuti rekomendasi dari Badan Geologi, pemerintah daerah, dan BPBD setempat.

Gunung Semeru

Gunungapi Semeru secara administratif terletak dalam dua kabupaten, yaitu Kabupaten Lumajang dan Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur. Secara geografis berada pada posisi 8° 6,5’ LS dan 112° 55’ BT dengan tinggi puncaknya 3676 mdpl.

Gunungapi Semeru dipantau secara visual dan instrumental dari 2 Pos Pengamatan Gunungapi (PGA) yang berada di Desa Sumber Wuluh Kecamatan Candipuro Kabupaten Lumajang, serta di Desa Agrosuko, Kecamatan Ampelgading, Kabupaten Malang. Tingkat aktivitas Gunungapi Semeru pada saat ini adalah Level IV (Awas) sejak 4 Desember 2022.

 

Potensi ancaman bahaya Gunung Semeru saat ini berupa berupa banjir lahar bila material hasil erupsi dan APG tercampur dengan intensitas hujan tinggi terutama di sungai yang berhulu di puncak (Besuk Bang, Besuk Kembar, Besuk Kobokan, dan Besuk Sat, serta anak-anak sungai di sekitarnya).

Mengingat karakteristik erupsi G. Semeru, potensi ancaman bahaya, hasil pemantauan visual dan kegempaan, maka tingkat aktivitas G. Semeru dapat diturunkan dari Level IV (Awas) menjadi Level III (Siaga) terhitung sejak tanggal 9 Desember 2022 pukul 12.00 WIB.

Tingkat aktivitas G. Semeru ini akan ditinjau kembali jika terdapat kemunculan gempa-gempa vulkanik dan deformasi yang berkaitan dengan proses supply magma ke permukaan (Gempa Low Frequency, Tremor, Tiltmeter dan GPS) dalam kecenderungan yang signifikan.

Dalam tingkat aktivitas Level III (SIAGA), direkomendasikan agar tidak melakukan aktivitas apapun di sektor tenggara di sepanjang Besuk Kobokan dan Kali Lanang sejauh 13 km dari puncak (pusat erupsi).

Di luar jarak tersebut, masyarakat tidak melakukan aktivitas di sungai dan tidak melakukan aktivitas pada jarak 500 meter dari tepi sungai (sempadan sungai) di sepanjang Besuk Kobokan karena berpotensi terlanda perluasan awan panas dan aliran lahar hingga jarak 17 km dari puncak.

Masyarakat agar mematuhi rekomendasi yang dikeluarkan oleh Badan Geologi melalui Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, serta tidak terpancing oleh berita-berita yang tidak benar dan tidak bertanggungjawab mengenai aktivitas Gunung Semeru, dan mengikuti arahan dari Instansi yang berwenang yakni Badan Geologi yang akan terus melakukan koordinasi dengan BNPB, BMKG, K/L, Pemda, dan instansi terkait lainnya.

Informasi mengenai aktivitas gunung api, gempabumi, dan gerakan tanah di Indonesia terkini dapat diperoleh melalui aplikasi/Website Magma Indonesia (www.vsi.esdm.go.id atau magma.esdm.go.id), dan media sosial PVMBG (Facebook, Twitter, dan Instagram pvmbg_).

Informasi aktivitas Gunung Semeru dan koordinasi oleh Pemerintah Daerah, BPBD Provinsi dan Kabupaten dapat juga diperoleh/dilaksanakan melalui Pos PGA Semeru di Gunung Sawur, Desa Sumber Wuluh, Kecamatan Candipuro, Kabupaten Lumajang atau Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi di Bandung.

Gunung Anak Krakatau

 

Gunung Anak Krakatau yang berada di kawasan Selat Sunda, Provinsi Lampung, secara geografis terletak pada posisi 06o06’05” LS dan 10525’ 22,3” BT. Sejak kelahiran Gunung Anak Krakatau pada Juni 1927 hingga saat ini, erupsi berulang kali terjadi sehingga Gunung Anak Krakatau tumbuh semakin besar dan tinggi.

Pasca erupsi yang terjadi  pada tanggal 22 Desember 2018 yang kemudian kolapsnya tubuh bagian barat daya dari Gunung Anak Krakatau, tinggi Gunung Anak Krakatau saat ini sekitar 150 mdpl.

Karakter letusan Gunung Anak Krakatau berupa erupsi eksplosif dan erupsi efusif dengan waktu istirahat letusannya berkisar antara 1– 6 tahun. Erupsi-erupsi ini menghasilkan abu vulkanik dan lontaran lava pijar serta aliran lava.

Peta Kawasan Rawan Bencana (KRB) menunjukan  hampir seluruh tubuh Gunung Anak Krakatau yang berdiameter ± 2 Km merupakan kawasan rawan bencana.

Berdasarkan data-data visual dan instrumental potensi bahaya dari aktivitas Gunung Anak Krakatau  saat ini adalah lontaran material pijar dalam radius 2km dari pusat erupsi namun kemungkinan lontaran akan menjangkau jarak yang lebih jauh. Sedangkan sebaran abu vulkanik tergantung dari arah dan kecepatan angin dapat menjangkau kawasan yang lebih jauh.

Hasil pemantauan visual dan instrumental menunjukkan adanya kenaikan aktivitas yang semakin signifikan dan tingkat aktivitas Gunung Anak Kraktau dinaikkan dari Waspada (Level II) menjadi Siaga (Level III) terhitung sejak tanggal 24 April 2022, pukul 18.00 WIB.

Sehubungan dengan tingkat aktivitas Gunung Anak Krakatau berada pada Level III (Siaga), masyarakat / pengunjung / wisatawan / pendaki tidak diperbolehkan mendekati Gunung Anak Krakatau dalam radius 5 km dari Kawah Aktif.

Badan Geologi akan terus berkordinasi dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB)/ Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Banten/ Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Lampung/ Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lampung Selatan/ Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Pandeglang/ dan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG)

Masyarakat di wilayah pantai Provinsi Banten dan Lampung harap tenang dan jangan mempercayai isu-isu tentang erupsi G. Krakatau yang akan menyebabkan tsunami, serta dapat melakukan kegiatan seperti biasa dengan senantiasa mengikuti arahan BPBD setempat.

 

Gunung Karangetang

Gunungapi Karangetang merupakan gunungapi strato, secara geografis terletak pada posisi koordinat 2o47’ Lintang Utara dan 125o 24’ Bujur Timur. Puncak Gunung Karangetang berada pada ketinggian 1784 m di atas permukaan laut.

Secara administratif, Gunung Karangetang berada di Pulau Siau yang termasuk kedalam wilayah Kabupaten Sitaro, Provinsi Sulawesi Utara. Gunungapi Karangetang diamati secara visual dan instrumental dari Pos Pengamatan Gunungapi (PGA) yang berlokasi di Desa Salili, Kabupaten Sitaro, Sulawesi Utara.

Aktivitas vulkanik Gunung Karangetang dicirikan oleh pertumbuhan kubah lava yang terus bertambah umumnya terjadi pada kawah Utama (bagian selatan). Karakteristik erupsi Gunung Karangetang adalah erupsi efusif (leleran lava).  

Sejak 25 November 2018 pusat erupsi berada di Kawah II (Kw. Utara), menghasilkan endapan lava di sepanjang Sungai Malebuhe hingga mencapai laut, aktivitas erupsi di kawah Utara tampak mulai berhenti pada Maret 2019.

Pada 20 Juli 2019 erupsi efusif terjadi lagi namun pusat aktvitas berpindah ke Kawah Utama (Kw. Selatan), erupsi ditandai dengan terjadinya luncuran lava pijar umumnya ke bagian barat, meluncur maksimum sejauh 1800 meter, serta luncuran ke arah tenggara, selatan dan barat daya maksimum meluncur jarak sejauh 2200 meter, dari pusat kegiatan. Tingkat aktivitas Gunung Karangetang adalah Level II (Waspada) Sejak 9 Februari 2021.

Gunungapi Karangetang merupakan gunungapi paling aktif di Indonesia dengan seringnya mengalami kejadian erupsi hampir setiap tahun. Karakteristik erupsinya berupa erupsi eksplosif tipe strombolian serta pertumbuhan kubah lava yang sering diikuti oleh kejadian guguran lava.

Bahaya Gunungapi Karangetang umumnya diakibatkan oleh guguran lava dari kubah lava dan bahaya sekunder berupa lahar. Risiko bahaya semakin tinggi karena daerah di sekitar Gunungapi Karangetang memiliki jarak antara batas pantai dengan pusat erupsi hanya lebih kurang 4 km dan di dalamnya terdapat banyak pemukiman.

Hasil evaluasi aktivitas vulkanik secara visual dan kegempaan menunjukan terjadi peningkatan aktivitas, dan dinilai tingkat aktivitas Gunung Karangetang dinaikkan dari Level II (WASPADA) menjadi Level III (SIAGA), terhitung mulai tanggal 8 Februari 2023 pukul 16:00 WIB.

 

Dalam tingkat aktivitas Level III (Siaga) masyarakat/pengunjung/wisatawan /pendaki tidak diperbolehkan beraktivitas dan mendekati area dalam radius 2,5 km dari kawah Utama serta 3.5 km pada sektor selatan dan tenggara.

Pemantauan secara intensif tetap dilakukan guna mengevaluasi kegiatan Gunung Karangetang oleh Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi

Masyarakat di sekitar Gunung Karangetang diharap tenang tidak terpancing isu-isu tentang erupsi Gunung Karangetang, dan agar senantiasa mengikuti arahan dari BPBD Provinsi Sulawesi Utara dan BPBD Kabupaten Sitaro.

Pada musim hujan masyarakat yang tinggal di sepanjang bantaran sungai yang berhulu dari puncak Gunung Karangetang agar mewaspadai bahaya sekunder berupa ancaman aliran lahar.

Baca Juga: Pulau Jawa: Terdapat 38 Gunung Termasuk 2 Gunung Berapi Paling Aktif di Indonesia, Terbagi 7 Satuan Fisiografi

Pemerintah Daerah senantiasa berkoordinasi dengan Pos Pengamatan Gunung Karangetang di Desa Salili, Kecamatan Siau Tengah, Kabupaten Sitaro atau dengan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi

Masyarakat maupun BNPB, BPBD Provinsi Sulawesi Utara, BPBD Kabupaten Sitaro, dan instansi terkait lainnya dapat memantau perkembangan tingkat aktivitas maupun  rekomendasi Gunung Karangetang setiap saat melalui aplikasi MAGMA Indonesia yang dapat diakses melalui website https://magma.vsi.esdm.go.id atau melalui aplikasi Android MAGMA Indonesia yang dapat diunduh di Google Play.

Demikian informasi 4 gunung api di Indonesia dalam status siaga yakni Gunung Merapi, Gunung Semeru, Gunung Anak Krakatau dan Gunung Karangetang hingga 13 Maret 2023.***

 

Editor: Kasiridho

Sumber: magma.esdm.go.id


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah