Secara umum rancangan arsitektur rumah adat Suku Sunda atau rumah panggung tradisional Suku Sunda sangat menyatu dengan alam.
Sebagaimana ajaran hidupnya orang Suku Sunda yang menjadikan alam sebagai refresetasi Tuhan.
Sampai saat ini belum diketahui secara pasti kapan terciptanya rumah panggung atau rumah adat Suku Sunda pertama kali muncul.
Namun jika melihat sisa-sisa peradaban Suku Sunda yang masih lestari hingga saat ini seperti di kawasan kampung adat Kanekes atau Baduy dan kawasan adat Sunda di Cipta Gelar.
Kemungkinan besar keberadaan rumah adat Suku Sunda atau rumah panggung khas orang Sunda sudah ada sejak dari zaman kerajaan Pajajaran atau mungkin juga zaman masa kerajaan Tarumanegara.
Rumah panggung atau rumah adat Suku Sunda memiliki banyak istilah sesuai denah di dalamnya.
Istilah-istilah tersebut ada yang masih digunakan dan ada pula yang sudah tidak digunakan lagi pada rumah panggung saat ini.
Untuk rumah adat Suku Sunda bagian depan dinamakan tepas yang fungsinya mirip seperti teras dan ruang tamu yang di khususkan untuk laki-laki saja, hal tersebut sebagai bentuk penghormatan pada tamu juga mencegah tamu masuk keruangan lain dimana terdapat wanita dan segala bentuk rahasia atau privasi si pemilik rumah.
Yang berikutnya rumah adat Suku Sunda dibagian tengah dinamakan Imah yang fungsinya sebagai ruang keluarga yang dibatasi oleh bilik disetiap sekatnya.