Mengenal Tradisi Lompat Batu, Tradisi Suku Nias yang Memiliki Nilai Magis

- 20 Oktober 2023, 14:50 WIB
Tradisi lompat batu atau fahombo yang dilakukan pemuda Suku Nias Sumatera Utara untuk menunjukan kedewasaan, ketangkasan dan keberanian.
Tradisi lompat batu atau fahombo yang dilakukan pemuda Suku Nias Sumatera Utara untuk menunjukan kedewasaan, ketangkasan dan keberanian. /Instagram @miya_holschre

KABAR BANTEN - Suku Nias memiliki tradisi unik yang terkenal bernama hombo batu atau lompat batu. Tradisi lompat batu menjadi warisan budaya yang sudah mendunia dan dikenal banyak orang.

 

Dalam bahasa setempat, tradisi lompat batu dikenal sebagai Fahombo. Lompat batu atau Fahombo merupakan tradisi pendewasaan bagi pemuda Suku Nias.

Tradisi lompat batu dilakukan para pemuda Suku Nias dengan cara melompati tumpukan batu setinggi 2 meter untuk menunjukkan bahwa mereka sudah pantas untuk dianggap dewasa secara fisik.

Tidak semua masyarakat Suku Nias melakukan tradisi lompat batu ini. Tradisi lompat batu hanya dapat ditemukan di Pulau Nias bagian selatan. Salah satunya berada di Desa Bawomataluo.

Secara administratif, Desa Bawomataluo termasuk ke dalam wilayah Kabupaten Nias Selatan, Sumatera Utara. Desa Bawomataluo memang dikenal dengan tradisi-tradisinya yang masih dipertahankan.

 

Selain tradisi lompat batu, Desa Bawomataluo juga terkenal di antara para wisatawan karena mempunyai rumah adat yang unik, tarian perang, dan budaya peninggalan megalitikum.

Mengutip situs resmi Direktorat SMP Kemendikbudristek, tradisi lompat batu di Desa Bawomataluo dilakukan untuk menunjukan kedewasaan, ketangkasan, dan keberanian pemuda Suku Nias.

Seorang pemuda yang berhasil melompati batu setinggi 2 meter dengan ketebalan 40 cm, merupakan hal yang membanggakan, baik bagi individu, keluarga, bahkan masyarakat seluruh desa.

Tidak mudah untuk melompati batu setinggi 2 meter tersebut. Maka sejak usia 7 tahun, anak laki-laki Suku Nias sudah berlatih melakukan lompat batu. Latihan ini dilakukan sebagai persiapan melakukan tradisi lompat batu.

 

Mulanya, mereka akan berlatih dengan melompati tali, kayu, atau batu tiruan dengan ketinggian yang terus bertambah sesuai usia. Pada akhirnya, latihan selama bertahun-tahun itu akan dibuktikan pada tradisi lompat batu.

Meskipun sudah berlatih lama, kenyataannya banyak dari mereka yang cedera saat latihan. Penduduk lokal meyakini bahwa selain latihan, terdapat unsur-unsur magis dalam tradisi lompat batu.

Apabila seorang pemuda berhasil melompati batu dengan sempurna, maka mereka telah diberkati oleh roh leluhur dan para pelompat batu sebelumnya yang sudah meninggal.

Sebelum melakukan lompat batu, pemuda Suku Nias harus meminta izin kepada roh-roh leluhur atau pelompat batu yang sudah meninggal. Hal ini bertujuan agar seseorang tidak mengalami kecelakaan atau cedera saat melakukan lompat batu.

 

Setelah berhasil melakukan tradisi lompat batu, biasanya penduduk lokal akan melaksanakan acara syukuran secara sederhana dengan menyembelih ayam maupun hewan lain.***

 

Editor: Kasiridho

Sumber: Kemendikbudristek


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah