Namun, ada juga binatang lainnya yakni anjing, babi, sapi, kambing.
Leptospirosis ditularkan melalui urine binatang yang mengandung bakteri leptospira, yaitu melalui invasi mukosa atau kulit yang tidak utuh. Belum terlaporkan infeksi dari manusia ke manusia.
Infeksi dapat terjadi dengan kontak langsung atau melalui kontak dengan air seperti sungai, danau, selokan, lumpur atau tanah yang tercemar/terkontaminasi bakteri Leptospira.
Leptospirosis rentan bagi mereka yang bertempat tinggal atau beraktivitas di wilayah banjir, wilayah pemukiman banyak ditemukan tikus, melakukan aktivitas di sungai, olah raga di air.
Lalu, seperti apa gejala penderita Leptospirosis?
Umumnya penderita mengalami demam lebih dari 38 derajat celcius, sakit kepala, badan lemah, nyeri betis hingga kesulitan berjalan.
Kemudian conjungtival suffusion atau kemerahan pada selaput putih mata, kekuningan (ikterik) pada mata dan kulit, pembesaran hati dan limpa, dan ada tanda-tanda kerusakan pada ginjal.
Masa inkubasi antara 2-30 hari, rata-rata berlangsung 7-10 hari. Beberapa wilayah di Indonesia merupakan daerah endemis leptospirosis.
Antara lain Provinsi DKI Jakarta, Banten, Jawa Tengah, Jawa Barat, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Kalimantan Selatan, Maluku, Sumatera Selatan, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Kepulauan Riau dan Bali.
Leptospirosis masih menjadi ancaman bagi kesehatan masyarakat dengan terjadinya Kejadian Luar Biasa (KLB) di beberapa wilayah di Indonesia berkaitan dengan keberadaan faktor risiko yaitu tingginya populasi tikus (rodent) sebagai reservoar leptospirosis, buruknya sanitasi lingkungan serta semakin meluasnya daerah banjir di Indonesia.