KABAR BANTEN - Tampil di kompetisi Piala Dunia memang sangat diimpikan oleh pesepakbola manapun. Namun, tersingkir daringa lebih sakit lagi.
Hal itu pernah dialami oleh Timnas Italia setelah berhasil menyabet empat kali Piala Dunia, tepatnya pada hari ini beberapa tahun yang lalu.
Dilansir Kabar Banten dari Football Italia, saat itu Italia tersingkir di Piala Dunia 2018 dari Swedia dan bentrokan terkenal dengan Giampiero Ventura.
Baca Juga: The Next Totti Bakal Hengkang dari AS Roma, Jika Barcelona Gagal Dapatkan Giorginio Wijnaldum
Legenda AS Roma, Daniele De Rossi mengenang momen tersebut berikut kenangan di dalamnya.
Daniel De Rossi dan rekan setimnya di Italia gagal lolos ke Piala Dunia untuk pertama kalinya sejak 1950-an, bermain imbang 0-0 di San Siro setelah kalah 1-0 di leg pertama play-off.
Di babak kedua, De Rossi disuruh melakukan pemanasan dan tertangkap kamera dengan jelas memberi tahu staf bahwa dia seharusnya menempatkan Lorenzo Insigne sebagai gantinya.
“Kamera menjauh, tetapi setelah momen itu, saya melanjutkan pemanasan. Bukannya saya menolak untuk bermain," kata De Rossi kepada Football Italia.
Baca Juga: Jose Mourinho dan Ekspektasi AS Roma, Jadi Juru Kunci atau Pelepas Dahaga Klub?
“Pada saat itu, kami semua diteror untuk keluar, kami harus mencetak gol, kami harus menang, jadi menempatkan gelandang seperti saya untuk mencetak gol terus terang bukanlah ide yang bagus," tambahnya.
Mantan gelandang AS Roma itu sekarang menjadi bagian dari staf Italia asuhan Roberto Mancini menuju Euro 2020.
“Sayangnya, itu berakhir seperti itu dan itu adalah pertandingan terakhir saya untuk Nazionale,” ujarnya.
Daniel De Rossi menunjukkan ketegangan di balik layar dengan pelatih Ventura dan beberapa rekan satu timnya.
“Saya tahu memasuki pertandingan itu bahwa kami tidak siap untuk pertandingan dan situasi seperti itu. Kami tidak memiliki atmosfer yang tepat di grup, ada beberapa yang lebih terlibat daripada yang lain,” tuturnya.
Daniel De Rossi pun mengungkapkan kondisi paling parah yang dialami salah satu rekannya, Gialuigi Buffon.
Karena Buffon berada di akhir petualangannya di Italia, tetapi memiliki satu kenangan abadi malam itu.
“Salah satu visi yang tidak akan pernah saya lupakan adalah Buffon menangis di lapangan, karena itu adalah pertandingan terakhirnya untuk Italia dan berakhir seperti itu. Itu sulit,” katanya menutup.
Menanggapi hal itu, Gianluigi Buffon yang menjadi pion terakhir Timnas Italia yang berposisi sebagai penjaga gawang. Ia mengaku memang sangat terpukul.
“Tidak ada banyak kohesi atau kejelasan, itu adalah situasi yang suram," kata Buffon.***