Mengenal Pencak Silat Bandrong, Seni Bela Diri Banten yang Ditetapkan sebagai Warisan Budaya Takbenda

9 November 2021, 13:43 WIB
Ilustrasi pencak silat Bandrong. /Pixabay/Agus Triyanto /

KABAR BANTEN - Provinsi Banten memiliki berbagai macam kesenian tradisional salah satunya adalah seni bela diri bernama pencak silat bandrong.

 

Pencak silat bandrong, salah satu seni bela diri asli Banten yang lahir di tahun 1500 Masehi sebelum berdirinya Kesultanan Banten.

Pencak silat bandrong telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Takbenda pada tahun 2014.

Baca Juga: Tari Bandrong Pukau Pengunjung Banten Expo 2017

Dikutip Kabar Banten dari kebudayaan.kemdikbud.go.id, nama bandrong diambil dari nama sejenis ikan terbang yang sangat gesit dan dapat melompat tinggi dan jauh, menyerang kerang dengan moncongnya yang sangat panjang dan bergerigi sangat tajam.

 

Ikan bandrong ini sangat berbahaya karena sekali menyerang dapat membinasakan musuhnya. 

Ki Patih Jaga Laut atau patih sangat menyukai dan sering memperhatikan gerak-gerik dari ikan bandrong, karena ikan tersebut mempunyai gerakan yang tangkas dan gesit juga memiliki jangkauan lompatan dengan jarak jauh. 

Akhirnya Ki Patih menggunakan nama ikan itu untuk nama ilmu ketangkasan bela diri yang dimilikinya yaitu pencak silat bandrong karena tangkas dan gesit serta berbahaya seperti ikan bandrong.

Tokoh yang diketahui pertama menyebarkan aliran ini adalah seorang  kiai bernama Ki Agus Jo, dikenal dengan nama Ki Beji. 

 

Ki Beji terkenal sebagai kiai sekaligus pendekar dan merupakan guru besar bandrong yang menetap di salah satu lereng Gunung Santri. 

Di antara para muridnya yang terkenal adalah Ki Sarap dan Ki Ragil yang berasal dari Kampung Gudang Batu, Waringin Kurung.

Pendidikan ketangkasan dan kedigjayaan itu dipusatkan di Pulo Kali dan dibina langsung oleh kedua kakak beradik Ki Sarap dan Ki Ragil. 

Di sanalah mereka berdua menghabiskan masa tuanya.  Setelah meninggal, mereka berdua dimakamkan di pemakaman umum di daerah Kahal wilayah Kecamatan Pulo Ampel. 

 

Baca Juga: Pentas Seni Pencak Silat, 30 Paguron Silat di Kabupaten Serang Siap Unjuk 'Gigi' di Tempat Bersejarah

Hingga sekarang tempat itu dikenal dengan sebutan ”Makam Ki Kahal”. Banyak masyarakat yang datang untuk berziarah, terutama para pesilat bandrong. 

Ciri khas pencak silat bandrong adalah gerakan tangan dan kaki cenderung cepat, dan gerakannya luas.

Dalam pencak silat bandrong menggunakan teknik bawah dengan cepat untuk menjatuhkan lawan dengan cara mengambil kaki lawan dan mengangkatnya ke atas dengan posisi kepala lawan di bawah kemudian dilemparkannya dengan jarak yang sangat jauh.

 

Sekitar tahun 1920-1940 Masehi, ketika silat bandrong berada di bawah kepemimpinan guru besar Ki Marip, seorang pendekar bandrong yang berasal dari Pulo Kali.

Datanglah seorang tokoh persilatan Betawi dari Cempaka Putih Jakarta ke pesisir Pulo Kali Bojonegara, yang bernama Hilmi, terkenal dengan sebutan Bang Imi. 

Tujuan kedatangannya Bang Imi ke Banten untuk menambah wawasan dan pengetahuan di bidang persilatan Banten yakni, pencak silat bandrong.

Bang Imi adalah pesilat yang menguasai silat kwitang Betawi. Dalam perkenalannya, Ki Marip dan Bang Imi bertukar jurus dalam sebuah pertarungan silat. 

 

Baca Juga: Profil Mia Amalia, Penyumbang Emas di PON XX Papua, Senang Silat Sejak Kecil Hingga Keluarga Siapkan Syukuran

Hanya dalam beberapa langkah Bang Imi dapat dijatuhkan oleh Ki Marip. Dari peristiwa inilah akhirnya Ki Marip dan Bang Imi menjalin persahabatan. 

Persahabatan keduanya tersebut ternyata dapat  mempengaruhi aliran pencak silat bandrong dengan variasi dan pendalaman jurusnya karena ada unsur silat kwitang Betawi yang menambah wacana seni yang berbeda. 

Masuknya unsur-unsur dari aliran silat lain seperti Cimande, Beksi, Kung Fu, Merpati Putih, dan lain-lainnya juga menambah kekayaan jurus dan gerak dari aliran pencak silat bandrong.***

 

Editor: Yandri Adiyanda

Sumber: Kemdikbud

Tags

Terkini

Terpopuler