Kue Pasung Kuliner Khas Pandeglang, Cocok Disajikan Sebagai Hidangan Berbuka Puasa

3 April 2024, 14:56 WIB
Resep Dan Cara Membuat Kue Pasung, Tradisional Khas Banten yang Enak Bikin Meleleh /Tangkapan layar YouTube /Dapur Bunda Lidia


KABAR BANTEN – Nama kue Pasung sudah tidak asing lagi di telinga masyarakat Banten, khususnya warga Pandeglang.

Nama pasung berasal dari bahasa Sunda yang berarti "tertutup" atau "terikat," mengacu pada cara kue ini dibungkus dan direbus dalam daun pisang.

Proses pembuatan yang cukup rumit dan memakan waktu ini menambah cita rasa yang khas.

Hidangan ini sekilas terlihat seperti es krim corn, sering dicari oleh pecinta makanan dari berbagai daerah karena ciri khas rasanya yang manis.

Kue Pasung ini dapat ditemukan di beberapa daerah di Provinsi Banten seperti Serang, Pandeglang, Lebak dan Cilegon. Biasanya masyarakat menyajikan kue ini pada acara-acara tertentu seperti pernikahan, khitanan, dan perayaan keagamaan.

Baca Juga: Ketan Bintul, Makanan Favorit di Bulan Ramadan


Seperti dikutip Kabar Banten dari kanal Youtube Mang Dhepi Channel, berikut cerita kue Pasung yang merupakan kuliner tradisional khas Pandeglang, Banten.

Yang unik dari kue pasung ini adalah di dalamnya juga terdapat beberapa irisan kecil buah nangka dan kelapa. Buah ini menambah kaya rasa dan kaya aroma kue tersebut.

Sampai saat ini, kue pasung dikenal banyak masyarakat di daerah Banten, karena merupakan perpaduan dua budaya yang berbeda yaitu Sunda dan Jawa.

Perbedaan tersebut tercermin dari rasanya yang kaya, manis, tekstur lembut dan menarik, sehingga kue pasung masih digandrungi hingga saat ini.

Untuk warga Pandeglang yang sudah familiar dengan kuliner tradisional yang satu ini, merupakan salah satu sentra pembuat kue Pasung.

Cemilan berbentuk kerucut segitiga, menggunakan cetakan terbuat dari daun pisang yang dibentuk segitiga, direkatkan menggunakan lidi yang sudah ditajamkan pada kedua sisinya.

Walaupun terbuat dari daun pisang tidak akan berlubang sama sekali dan adonan Pasung tidak tumpah keluar atau menetes.

Kue Pasung ini biasanya disuguhkan dalam acara selamatan kematian di Pandeglang yang mana Pasung disimbolkan sebagai penopang atau pegangan.

Sedangkan untuk kue Cucur yang berbentuk bulat lebar sebagai payung yang disangga oleh pegangan, disimbolkan dengan harapan yang sudah meninggal tidak kepanasan dan kehujanan.

Di Kampung Citaman, Desa Kadumadang, Kecamatan Cimanuk, Kabupaten Pandeglang masih ada pembuat kue Pasung yang masih melestarikan makanan tradisional, salah satunya yaitu Jumenah atau yang memiliki nama panggilan Menah.

Menah biasa membuat kue Pasung dengan dua jenis warna yaitu Pasung warna putih dan Pasung warna coklat.

Adonan Pasung menggunakan tepung beras yang diaduk secara merata dengan dicampurkan air dan gula merah serta diberi taburan garam secukupnya untuk menambah rasa.

Adapun warna cokelat dari Pasung berasal dari gula merah itu sendiri, sehingga dalam proses pembuatannya kue Pasung tidak menggunakan bahan pengawet.

Berikutnya setelah adonan jadi, siapkan aseupan berbentuk kerucut dan susun cetakan Pasung.

Untuk memudahkan proses pengisian adonan dalam wadah Pasung yang terbuat dari daun pisang satu persatu adonan dituangkan ke dalam cetakan daun pisang.

Warna coklat dari adonan Pasung terlihat saat adonan dituang secara telaten, menuangkan adonan Pasung pada cetakan satu persatu sampai terisi penuh.

Selanjutnya Pasung dikukus selama hampir 30 menit, apabila apinya stabil dan tidak meredup maka kukusan Pasung dapat matang sebelum 30 menit.

Adonan dikukus menggunakan wadah seeng yang terbuat dari tembaga aseupan yang berisi kue Pasung terlihat mengepul dengan bara Api yang menyala.

Tungku tradisional dari tanah liat berukuran besar dengan lubang satu menghiasi dapur tradisional Menah.

Selanjutnya proses pembuatan Pasung putih hampir sama dengan Pasung cokelat, bedanya Pasung putih diberi taburan goreng bawang dalam adonan.

Sebelum dituangkan ke dalam cetakan Pasung masukkan goreng bawang ke dalam adonan Pasung putih, aduk hingga merata.

Kemudian tuang adonan dalam cetakan Pasung, dan kukus adonan sekitar 30 menit lalu tuang hasil kukusan Pasung yang sudah matang ke dalam sair agar hawa panasnya hilang.

Menah biasanya menjual pasung keliling kampung saat puasa menggunakan keranjang yang digendong menggunakan kain jarik.

Dengan berjalan kaki keliling kampung, biasanya Menah mulai berdagang pukul 13.00 siang, dagangannya pun selalu ludes terjual tanpa tersisa.

Bahkan dalam waktu yang tidak terlalu lama lantaran peminat kue tradisional meningkat saat Ramadan.

Baca Juga: Inilah Jajanan Kuliner Khas Banten Legendaris yang Jadi Incaran Para Pemburu Takjil War di Kota Serang

Itulah cerita kue Pasung sebagai makanan tradisional khas Pandeglang yang memiliki cita rasa manis, gurih dan lembut. Cocok disajikan sebagai hidangan berbuka puasa.***

 

Editor: Maksuni Husen

Sumber: YouTube Mang Dhepi

Tags

Terkini

Terpopuler