Dikutip Kabar Banten dari berbagai sumber, kata “cokek” diambil dari tuan tanah yang bernama Tan Sio Kek, orang pertama yang mengilhami pertunjukan tarian ini.
Pembukaan pada Tari Cokek ialah wawayangan. Penari cokek berjejer memanjang sambil melangkah maju mundur mengikuti irama gambang kromong.
Penari Cokek merentangan tangannya setinggi bahu meningkah gerakan kaki.
Gerakan ini kemudian dilanjutkan dengan ajakan kepada para penonton untuk ikut bergabung menari.
Ajakan kepada para penonton dilakukan dengan cara mengalungkan selendang ke leher sambil menariknya maju ke depan.
Ajakan menari itu umumnya ditujukan kepada tamu undangan yang terdiri dari para pemuka masyarakat dan orang kaya setempat.
Proses menari bersama ini dilakukan berdekatan antara penari dengan penonton, tapi tidak saling bersentuhan.
Selain gerakannya yang pelan dan mudah diikuti, tari cokek juga memiliki keistimewaan yang terletak pada busana penarinya.
Busana yang dipakai para penari Cokek adalah kebaya yang terbuat dari kain sutra, berwarna hijau, merah, kuning, dan ungu.
Warna kain ini dapat bertambah mencolok ketika terkena pancaran sinar lampu. Kilauan busana ini menambah indahnya nuansa warna pada busana itu.