Tempat Wisata Ziarah Banten Lama, Mampir ke Keraton Surosowan, Benteng Sultan Hasanudin Dihancurkan Daendels

- 4 Juni 2022, 16:13 WIB
Sisa bangunan Keraton Surosowan yang berada di tempat wisata ziarah Banten Lama di Kota Serang, benteng yang dibangun pemerintah Sultan Hasanudin dan dihancurkan Jenderal Daendels.
Sisa bangunan Keraton Surosowan yang berada di tempat wisata ziarah Banten Lama di Kota Serang, benteng yang dibangun pemerintah Sultan Hasanudin dan dihancurkan Jenderal Daendels. /budaya.kemdikbud.go.id

KABAR BANTEN-Kawasan Banten lama merupakan tempat wisata ziarah paling populer di Kota Serang.

Lokasi tempat wisata ziarah Banten Lama, tepatnya berada di Desa Banten, Kecamatan Kasemen, Kota Serang.

Saat memasuki tempat wisata ziarah Banten Lama, terdapat sebuah keraton atau benteng yang disebut Surosowan.

Keraton atau benteng Surosowan, merupakan salah satu peninggalan kerajaan Banten yang banyak dikunjungi pengunjung atau wisatawan.

Bedasarkan catatan sejarah yang dikutip kabarbanten.pikiran-rakyat.com dari budaya kemendikbud.go.id, Keraton Surosowan diperkirakan berdiri pada abad ke-17 atau antara tahun 1526-1570 

Tepatnya, saat Pemerintahan Sultan Banten yang pertama yaitu Sultan Maulana Hasanudin. 

Sejarah pembangunan keraton ini tidak lepas dari pemberian wilayah yang diserahkan oleh Sunan Gunung Jati kepada anaknya Sultan Maulana Hasanudin.

Keraton Surosowan dibangun dalam beberapa tahap dan sedikitnya melalui empat fase. 

Pada fase pembangun awal, dinding yang mengelilingi keraton lebarnya antara 100 meter sampai 125 meter. 

Dinding tersebut dibuat tanpa bastion dan dibangun dari susunan bata berukuran besar yang dicampur dengan tanah liat (lempung). 

Fase pembangunan pertama diperkirakan terjadi pada masa pemerintahan Sultan Maulana Hasanuddin (1552 -1570). 

Pada masa pembangunan fase kedua, didirikan dinding bagian dalam dan bastion. Dinding bagian dalam berfungsi sebagai penahan tembakan. 

Antara fase pertama dan kedua telah terjadi perubahan fungsi dinding, yaitu dari yang berfungsi sebagai tembok keliling kemudian menjadi tembok pertahanan dengan unsur-unsur Eropa. 

Pada masa ini, Keraton Surosowan disebut sebagai Fort Diamant (fort : benteng, diamant : intan) oleh pihak Belanda.

Pembangunan fase ketiga adalah tahap pendirian ruang-ruang di sepanjang dinding utara.

Penambahan lantai untuk mencapai dinding penahan tembakan (parapet).

Pada pembangunan fase keempat, dilakukan perubahan pada gerbang utara dan diperkirakan juga pada gerbang timur.

Keraton Surosowan ini telah mengalami penghancuran beberapa kali hingga saat ini.

Kehancuran total yang pertama kali terjadi ketika “perang saudara” antara Sultan Ageng Tirtayasa dengan putra mahkota Sultan Haji yang dibantu oleh VOC pada tahun 1680. 

Akibat perang ini, Keraton Surosowan dibumihanguskan oleh Sultan Ageng Tirtayasa sebelum melanjutkan perlawanan dari Tirtayasa. 

Setelah Sultan Haji dinobatkan menjadi Sultan Banten yang merupakan pengganti ayahnya, ia meminta bantuan seorang arsitek Belanda, Hendrik Laurenzns Cardeel, untuk membangun kembali keratonnya.

Cardeel meratakan dan kemudian membangun kembali keraton tersebut di atas puing-puing reruntuhan keraton.

Atas jasanya, ahli bangunan berkewarganegaraan Belanda yang masuk islam ini diberi gelar oleh Sultan dengan nama Pangeran Wiraguna.

Kehancuran kedua Keraton Surosowan terjadi pada tahun 1808, oleh pihak Belanda yang dipimpin oleh Gubernur Jendral VOC saat itu bernama Herman William Daendels. 

Penghancuran Keraton Surosowan berawal ketika Komondeur Philip Pieter du Puy yang merupakan utusan Gubernur Jenderal Daendels, mengajukan permintaan kepada pihak Kesultanan Banten.

Permintaan itu, antara lain adalah:

- Sultan harus mengirimkan 1000 orang rakyat setiap hari untuk dipekerjakan di Ujung Kulon.

- Menyerahkan Patih Mangkubumi Wargadiraja ke Batavia

- Sultan supaya segera memindahkan keratonnya ke daerah Anyer, karena Keraton Surosowan akan dijadikan benteng Belanda.

Namun, pihak Kesultanan Banten dengan tegas menolak dan membunuh Du Puy beserta pasukannya. 

Mengetahui hal tersebut, Gubernur Jendral Daendels langsung memerintahkankan pasukannya untuk menyerang dan menghancurkan Keraton Surosowan yaitu tepatnya pada 21 November 1808.***

Editor: Yadi Jayasantika

Sumber: kemdikbud.go.id


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah