Keraton Kaibon, Sisa Peninggalan Kesultanan Banten Bernilai Sejarah Tinggi

- 7 Oktober 2022, 06:26 WIB
Potret wisatawan yang berkunjung di Keraton Kaibon
Potret wisatawan yang berkunjung di Keraton Kaibon /Tangkapan Layar /Instagram @agan_31

Gerbang ini disebut juga dengan sebutan gerbang bersayap. Pada satu gerbang terdapat pintu paduraksa yang menghubungkan bagian depan dengan ruang utama keraton.

Ruang Utama keraton ini tidak lain adalah kamar tidur Ratu Aisiyah itu sendiri. Dibangun dengan menjorok ke tanah, kamar tidur Sang Ratu dilengkapi dengan teknologi pendingin ruangan.

Baca Juga: Ganjar Pranowo Dideklarasikan sebagai Capres, Ini Respon PSI dan Nasdem Banten 

Hal itu dapat dilihat dari lubang yang terdapat dalam ruangan. Lubang tersebut dahulu dapat di isi air yang kemudian dapat memberikan efek sejuk ke dalam ruangan.

Keraton yang berdiri di tanah seluas mencapai 4 hektar ini, dibangun menggunakan batu bata yang terbuat dari pasir dan kapur.

Keraton Kaibon masih digunakan sampai dengan masa pemerintahan Bupati Banten yang pertama yang mendapat dukungan Belanda, yaitu Aria Adi Santika, sebagai pengganti pemerintahan Kesultanan Banten yang dihapuskan mulai tahun 1816.

Baca Juga: TNI Angkatan Laut, Jalesu Bhumyamca Jayamahe di Laut dan di Darat Kita Jaya, Inilah Jenis Jenis Baretnya 

Pada tahun 1832, Keraton Kaibon yang kini menjadi Situs Cagar Budaya Keraton Kaibon dibongkar oleh Pemerintan Hindia Belanda, Gubernur VOC yang dipimpin Jendral Daen Dels. 

Penyerangan dan pembongkran Keraton Kiabon dilakukan karena Sultan Syaifudin menolak keras permintaan sang Jendral untuk meneruskan pembangunan Jalan Raya Anyer-Panarukan.

Bahkan utusan jendral Daen Dels yang bernama Du Puy dibunuh sultan hingga kepalanya dipenggal kemudian dikembalikan kepada sang Jendral.

Halaman:

Editor: Sigit Angki Nugraha

Sumber: cagarbudaya.kemdikbud.go.id


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah