Keraton Kaibon, Sisa Peninggalan Kesultanan Banten Bernilai Sejarah Tinggi

- 7 Oktober 2022, 06:26 WIB
Potret wisatawan yang berkunjung di Keraton Kaibon
Potret wisatawan yang berkunjung di Keraton Kaibon /Tangkapan Layar /Instagram @agan_31

KABAR BANTEN - Keraton Kaibon merupakan keraton kedua setelah Keraton Surosowan yang terletak di Kawasan Banten Lama. Keraton Kaibon meninggalkan banyak  sisa-sisa bangunan bernilai sejarah tinggi.

Keraton Kaibon menjadi salah satu bangunan cagar budaya Provinsi Banten yang menyimpan cerita kejayaan Kesultanan Banten di masa lampau.

Dilansir Kabar-Banten.cim dari laman cagarbudaya.kemdikbud.go.id, Keraton Kaibon dibangun pada tahun 1815, 'Kaibon' sendiri memiliki arti 'Keibuan' kata keibuan memiliki makna sifat seperti ibu yang lemah lembut dan penuh kasih sayang.

Baca Juga: PKS Banten Dibanjiri Pendaftar Bacaleg Eksternal, Gembong: Kami Sangat Membuka Diri 

Berdasarkan cerita yang beredar Keraton Kaibon ini dibangun dan dipersembahkan Sultan Syafifuddin untuk sang ibunda yang bernama Ratu Aisiyah.

Keraton Kaibon dibangun menghadap barat dengan kanal dibagian depannya. Kanal ini berfungsi sebagai media transportasi untuk menuju ke Keraton Surosowan yang letaknya berada di bagian utara.

Dibagian depan keraton dibatasi dengan gerbang yang memiliki 5 pintu. Arti angka lima ini mengikuti jumlah shalat wajib dalam satu hari yang dilakukan umat muslim.

Baca Juga: 100 Kursi DPRD Banten pada Pemilu 2024, Ini Kemungkinan Dapil yang Bertambah 

Gerbang yang bergaya Jawa dan Bali ini memiliki ketinggian 2 meter dengan bentuk Candi Bentar sebagai motifnya.

Gerbang ini disebut juga dengan sebutan gerbang bersayap. Pada satu gerbang terdapat pintu paduraksa yang menghubungkan bagian depan dengan ruang utama keraton.

Ruang Utama keraton ini tidak lain adalah kamar tidur Ratu Aisiyah itu sendiri. Dibangun dengan menjorok ke tanah, kamar tidur Sang Ratu dilengkapi dengan teknologi pendingin ruangan.

Baca Juga: Ganjar Pranowo Dideklarasikan sebagai Capres, Ini Respon PSI dan Nasdem Banten 

Hal itu dapat dilihat dari lubang yang terdapat dalam ruangan. Lubang tersebut dahulu dapat di isi air yang kemudian dapat memberikan efek sejuk ke dalam ruangan.

Keraton yang berdiri di tanah seluas mencapai 4 hektar ini, dibangun menggunakan batu bata yang terbuat dari pasir dan kapur.

Keraton Kaibon masih digunakan sampai dengan masa pemerintahan Bupati Banten yang pertama yang mendapat dukungan Belanda, yaitu Aria Adi Santika, sebagai pengganti pemerintahan Kesultanan Banten yang dihapuskan mulai tahun 1816.

Baca Juga: TNI Angkatan Laut, Jalesu Bhumyamca Jayamahe di Laut dan di Darat Kita Jaya, Inilah Jenis Jenis Baretnya 

Pada tahun 1832, Keraton Kaibon yang kini menjadi Situs Cagar Budaya Keraton Kaibon dibongkar oleh Pemerintan Hindia Belanda, Gubernur VOC yang dipimpin Jendral Daen Dels. 

Penyerangan dan pembongkran Keraton Kiabon dilakukan karena Sultan Syaifudin menolak keras permintaan sang Jendral untuk meneruskan pembangunan Jalan Raya Anyer-Panarukan.

Bahkan utusan jendral Daen Dels yang bernama Du Puy dibunuh sultan hingga kepalanya dipenggal kemudian dikembalikan kepada sang Jendral.

Baca Juga: Link Live Streaming AS Roma vs Real Betis, Liga Eropa 2022 2023 Grup C, Jumat 7 Oktober 2022 Pukul 02.00 WIB 

Marah besar akhirnya, jendral VOC tersebut menghancurkan keraton Kaibon yang kemudian saat ini meninggalkan sisa-sisa puing bangunannya.

Meskipun telah hancur, beberapa reruntuhan di keraton ini masih terlihat pondasi dan pilar-pilar yang utuh, berbeda dengan kondisi Keraton Surosowan yang bisa dibilang "rata" dengan tanah.***

Editor: Sigit Angki Nugraha

Sumber: cagarbudaya.kemdikbud.go.id


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah