Kuliner Legendaris Eksis Sampai Sekarang, Apem Cimanuk Khas Pandeglang Cocok Untuk Tajil Berbuka Puasa

- 19 Maret 2024, 14:45 WIB
Apem Putih Cimanuk, makanan khas Kabupaten Pandeglang Banten.
Apem Putih Cimanuk, makanan khas Kabupaten Pandeglang Banten. /Tangkapan layar/YouTube The Piknikers


KABAR BANTEN - Di bulan Ramadan seperti saat ini, apem Hajah Rumsah yang berlokasi di Cimanuk Pandeglang kebanjiran pesanan untuk dijadikan tajil berbuka puasa.


Bulan suci Ramadan tak lengkap rasanya jika tidak ada kue tradisional khas Pandeglang yang satu ini yaitu kue apem, si putih kenyal legit dicelup gula kinca manis serasa.

Baca Juga: Ada Kisah Unik Menyentuh Sultan Maulana Hasanuddin, Ini Sejarah Ketan Bintul Makanan Khas Serang Banten


Seperti dikutip Kabar Banten dari kanal Youtube Mang Dhepi Channel, kuliner legendaris apem yang cocok disajikan untuk berbuka puasa karena rasanya yang lembut apalagi dipadukan dengan gula merah yang sudah dilarutkan dan diberi daun pandan.

Selain menggunakan gula merah sebagai bahan kinca, bisa juga menggunakan sirup sesuai selera masing-masing, rasanya tetap lembut dan manis.

Rumah produksi pembuatan apem di Cimanuk Pandeglang sudah eksis sejak tahun 1970, dikelola oleh Hajah Rumsah yang saat ini berusia 70 tahun.

Berlokasi di Kampung Kadubungbang, Desa Kadubungbang, Kecamatan Cimanuk, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten, kue tradisional yang satu ini sudah memasuki generasi keempat yang dijalani secara turun temurun tetap dilestarikan pada generasi berikutnya.

Rumsah merupakan generasi ketiga dari mendiang orang tuanya yang melanjutkan usaha apem, sebagai penerus apem generasi keempat.

Kue apem saat ini sudah diturunkan pada anak Rumsah bernama Lina, berusia 30 tahun apem yang sudah dibuat keluarga Rumsah memiliki nama apem Barokah dalam proses pembuatannya.

Bahan dasar yang digunakan adalah tepung beras dan tepung, kemudian kedua adonan diuleni sampai bercampur rata. Selanjutnya adonan dicampur air sambil diaduk dengan kental dan dicampur air kembali sampai adonan pas.

Tidak sampai di situ saja adonan apem harus didiamkan terlebih dahulu selama 8 jam sambil ditutup sebagai proses fermentasi alami, karena usut punya usut apem Barokah Hajah Romsah ini dalam pembuatannya tidak menggunakan pengawet sehingga apem bisa tahan lama satu sampai dua hari saja asalkan penutup bungkus apem dari daun pisang tidak dilepas.

Sebagai bahan utamanya tepung beras dan tape diuleni dan diberi air, terus didiamkan selama 8 jam lalu ditutup. Adonan apem ditutup agar ketika apem dikukus hasilnya mengembang sempurna dan tebal.

Usaha keluarga ini sejak sampai sekarang hanya di rumah Rumsah yang merupakan rumah peninggalan kedua orang tuanya, bahkan menurutnya produksi apem di tempatnya tidak mengenal hari libur terkecuali ada urusan mendesak.

Setiap hari produksi tidak ada liburnya kecuali ada keperluan, bahkan lebaran saja tetap membuat apem.

Bisa sebanyak 5 adonan besar dibuat dari pukul 5 pagi sampai pukul 12 siang namun jadwal tersebut berubah ketika bulan Ramadan.

Banyaknya permintaan apem meningkat saat Ramadan sehingga jadwal pembuatan apem berubah yaitu dari pukul 1 dini hari sampai pukul 6 Magrib, dengan jumlah adonan yang dihasilkan sebanyak 16 wadah besar atau setara dengan 4 karung beras setiap harinya.


Setelah adonan selesai, kemudian didiamkan selama 8 jam proses berikutnya yaitu memasak apem.

Adonan apem dituangkan dalam wadah atau takir yang terbuat dari daun pisang yang sudah dibentuk menyerupai mangkuk, cetakan apem diberi olesan minyak sayur agar tidak lengket setelah matang.


Adapun penggunaan takir dari daun pisang dilakukan agar apem memiliki aroma wangi yang khas, kemudian adonan yang sudah disusun dalam dandang yang terbuat dari anyaman bambu dan daun dadap itu dimasukkan ke dalam kuali besar yang sudah diberi air.

Proses memasaknya menggunakan tungku tradisional dan pengukusan berlangsung 5 menit sampai apem matang, proses memasak apem secara tradisional menggunakan tungku dan kayu bakar masih tetap dilestarikan.


Dan 5 menit setelah apem dikukus kemudian apem siap diangkat dari kuali, dikeluarkan dari wadah satu persatu sambil menggunakan minyak sayur agar tidak lengket di tangan.

Setelah itu apem dibungkus menggunakan kertas nasi yang dilapisi daun pisang untuk menutup atas bungkusan apem. Dengan menggunakan daun pisang dan menghindari penggunaan plastik, dimaksudkan agar apem awet sampai 2 hari.

Maka tak heran jika setiap harinya Rumsah menghabiskan satu karung daun pisang untuk mengukus dan membungkus apem satu bungkus apem isi 10 buah dijual oleh Rumsah seharga Rp10.000 per bungkus.

Jika ingin tambahan gula aren cukup merogoh kocek sebesar Rp5.000 lagi maka pembeli akan mendapatkan dua bungkus gula aren yang telah larut para penikmat.

Apem Barokah tersebar di Kabupaten Pandeglang, Lebak dan sekitarnya, para konsumen Apem Barokah biasanya membeli apem untuk dikosumsi pribadi bersama keluarga, untuk oleh-oleh bahkan ada pula yang membeli apem untuk dijual lagi.

Dulu apem selalu ada dalam acara ulang tahun, pernikahan, selamatan, haul disajikan untuk tamu dan lain sebagainya.

Rumsah juga mengatakan yang membedakan apem Kadubungbang dengan daerah lainnya yaitu memiliki bentuk apem yang tebal dan mengembang.

Dengan tektur itulah, Apem Barokah ini menjadi incaran para pemburu takjil di bulan puasa. Apalagi jika dicocol kinca atau sirop, legit manis meresap ke dalam apem. Dijamin ketagihan, makan satu tidak akan cukup.

Baca Juga: Deretan Kuliner Paling Hits di Kota Bandung yang Bikin Ketagihan Ga Nyesel Ga Pake Hitung Kalori


Itulah Apem Barokah yang berasal dari Kadubungbang, Cimanuk, Pandeglang merupakan kuliner dengan kearifan lokal yang beradaannya melegenda hingga saat ini.***

 

Editor: Maksuni Husen

Sumber: YouTube Mang Dhepi


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah