Cerita si Manis Legit Jejorong Sajian Legendaris Tradisional Khas Pandeglang yang Disukai Sampai Sekarang

- 5 April 2024, 15:15 WIB
Ilustrasi terkait kue Jojorong kuliner Khas Pandeglang Banten yang tekenal dengan kelezatannya.
Ilustrasi terkait kue Jojorong kuliner Khas Pandeglang Banten yang tekenal dengan kelezatannya. /Tangkapan layar/YouTube Neneng Tongrepot

KABAR BANTEN - Kabupaten Pandeglang dikenal sebagai daerah yang religius, karena terdapat banyak pondok pesantren dan ulama terkemuka lahir di wilayah ini.

Oleh karenanya Pandeglang dikenal dengan julukan Kota Santri. Julukan ini melekat dari dulu hingga saat ini.

Baca Juga: Kue Pasung Kuliner Khas Pandeglang, Cocok Disajikan Sebagai Hidangan Berbuka Puasa

Seperti dikutip Kabar Banten dari kanal YouTube Mang Dhepi berikut cara membuat kue tradisional Jejorong khas Pandeglang.

Selain dikenal sebagai Kota Santri, Pandeglang juga dikenal akan beragam kuliner tradisional.

Mulai dari Apem Cimanuk, Kue Balok Menes, Emping, Cecuer dan masih banyak lagi.

Di daerah Kampung Citaman, Desa Kadu Madang, Kecamatan Cimanuk, Kabupaten Pandeglang, seorang warga bernama Jumenah atau biasa disapa Menah kerap membuat beragam olahan kue tradisional.

Salah satunya kue Jejorong, dan di dapur sederhana miliknya, ada dua tungku tradisional.

Jumenah menggunakan tungku untuk membuat olahan kue yang dikukus di atas tungku dengan bara api dari kayu bakar.

Menah dibantu suami dan kedua anaknya dalam mempersiapkan olahan kue tradisional Jejorong untuk didagangkan berkeliling kampung.

Masing-masing keluarga ini memiliki pembagian tugas, suaminya bertugas membuat takir atau wadah untuk adonan Jejorong.

Takir terbuat dari daun pisang yang dibentuk dan dibulatkan dan di ujung disemat dengan lidi yang sudah ditajamkan kedua sisinya.

Lidi lalu disematkan pada daun sehingga terbentuklah takir.
Dan setiap takir membutuhkan dua lapis daun yang sebelumnya sudah dipotong menggunakan gunting.

Dengan telaten satu persatu takir dibuat oleh suami Menah.

Sedangkan kedua orang anaknya bertugas mengemas pesanan dan satu lagi memasukkan adonan pada takir.

Meski lelah Menah tetap bersemangat untuk berjualan keliling kampung.

Menurutnya jualan kue tradisional saat puasa merupakan momentum yang ditunggunya, karena hari-hari biasa dia tidak sempat lantaran harus menggarap lahan persawahan.

Para penikmat kue buatannya pun tak tanggung-tanggung ada yang dari Jakarta, Petir, Malimping dan sekitar Pandeglang.

Kue buatan Menah dikenal karena rasanya yang enak, legit dan harum.

Dalam sehari Menah membutuhkan 3 liter beras dalam sehari.
Proses pembuatannya dia mempersiapkan adonan sejak pukul 3 dini hari, sambil menyiapkan makan sahur.

Bahan-bahan yang disiapkan yaitu tepung beras yang sudah digiling, santan kelapa, pewarna makanan berwarna hijau, Aci, gula merah, gula pasir dan garam.

Cara membuat siapkan baskom. Lalu campurkan adonan tepung beras dengan garam dan air.

Uleni adonan sampai mengental, setelah itu adonan dicampur dengan pewarna makanan berwarna hijau.

Cukup tuangkan dua tetes saja agar warnanya muncul. Dan sebelumnya masukkan irisan gula merah yang telah dicampur gula putih sebagai dasar isian Jejorong.

Setelah itu susun rata Jejorong dalam dandang besar, tuang adonan yang sudah dibuat dengan tekstur kental tersebut ke dalam takir dan jangan terlalu penuh karena nantinya bagian atasnya akan diberi adonan berikutnya.

Kukus adonan menggunakan kompor tradisional dan tunggu sekitar 15 menit untuk menuang adonan berikutnya di atasnya.

Setelah setengah matang, buka tutup panci dan tuang adonan satu persatu ke dalam takir.

Usahakan jangan terlalu penuh, setelah itu tutup kukusan dan tunggu sekitar 15 menit lagi agar matang merata.

Adonan kedua untuk pelengkap atas Jaejoong terbuat dari santan kelapa yang dicampurkan dengan Aci dan garam.

Adonan ini memiliki fungsi agar rasa legit ketika memakan Jejorong dapat terasa, sejak sendokan pertama.

Berikutnya setelah matang, angkat dandang yang berisi Jejorong matang dan tiriskan.

Kue Jejorong biasanya disajikan dalam keadaan sudah dingin, karena jika masih panas bentuk Jejorong terasa lembek.

Angkat satu persatu takir Jejorong yang sudah matang dan susun di atas Sair besar agar cepat dingin.

Setelah dingin Jejorong siap untuk didagangkan. Menah biasanya selesai membuat Jejorong pukul 7 pagi.

Setelah itu dia istirahat sebelum berkeliling mendagangkan kue Jejorong menggunakan Sair.

Satu takir kue Jejorong buatan Menah dijual seharga Rp2.000. Dengan cita rasa Jejorong buatan Menah yaitu gurih, legit dan manis di luar terlihat biasa saja karena tampilannya putih.

Namun saat di sendok Jejorongnya akan keluar gula merah cair yang bersatu dengan lapisan putih dan hijau sehingga menghasilkan cita rasa yang manis gurih dan legit.

Hal ini yang membuat pembelinya ketagihan untuk membeli kembali kue Jejorong.

Baca Juga: Wisata Kuliner Nasi Liwet Banjarwangi, Nikmatnya Sajian Berpadu dengan Nuansa Alam yang Indah

Itulah proses pembuatan Jejorong kue khas tradisional yang masih disukai sampai saat ini.***

 

Editor: Maksuni Husen

Sumber: YouTube Mang Dhepi


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah