Network
KABAR BANTEN – “Kenapa sich Nasywa sayang, gak mau bantuin Mama beres-beres rumah, tuch kayak Rayna dong,” kecenderungan orangtua membandingkan anak dengan anak lain sering sekali terjadi.
Naluri paling dasar manusia memang tidak pernah lepas dari selalu membanding hal satu dengan yang lain, termasuk mendidik anak.
Membandingkan anak dengan anak lain sejatinya merupakan cara berpikir yang rasional, sebagai contoh nyata bisa mengetahui dan membedakan mana yang baik dan buruk.
Tujuan orangtua memang baik, agar anak bisa termotivasi berubah menjadi sosok pribadi yang lebih baik lagi.
Suka atau tidak suka hal ini memang sering terjadi, semua terjadi kadang di bawah alam bawah sadar kita sebagai manusia biasa.
Namun umumnya seorang anak akan menolak jika di bandingkan dengan temannya, tetangganya, sepupunya, bahkan saudara kandung sekalipun.
Membandingkan akan terdengar sangat pahit di telinga si anak dan hanya segelintir kecil saja anak yang meresponnya secara positif.
Nyatanya tidak semua orangtua bisa mencari solusi terbaik untuk membimbing dan mendidik anak menjadi sosok pribadi yang lebih baik lagi sebagai tindaklanjut dari “perbandingan” tersebut.
Dikutip Kabar Banten dari berbagai sumber, berikut dampak negatif sering membandingkan anak dengan anak lain:
