Dan hendaknya seseorang mengarahkan kelebihan yang ia miliki dari perkara duniawi untuk meraih keridhaan Allah. Hanya dengan begitulah predikat takwa bisa diraih dan bernilai kemuliaan di sisi Allah.
Banyak yang gagal berpuasa, karena tidak mampu menjaga hati. Banyak orang yang berpuasa, tapi hatinya busuk; suudzhan (buruk sangka), takabur (sombong), hasad (dengki), riya’(ingin dipuji), iri, hipokrit (munafik), ananiah (egois), serakah, ujub (memuji diri sendiri), dan lain-lain.
Akhirnya, untuk menuju kesempurnaan puasa, mari kita berpuasa dengan hati. Dengan menjaga perbuatan hati, dan menyetop perbuatan hati yang tercela serta dengan menghadirkan Tuhan dalam hati, mudah-mudahan Allah SWT menerima puasa kita. Allahu’alam bishawab. (Penulis Machdum Bachtiar, Kepala Bidang Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kanwil Kemenag Provinsi Banten)*