KABAR BANTEN - Caringin, merupakan nama salah satu desa yang masuk dalam wilayah adminstrasi Kabupaten Pandeglang, yang terletak di wilayah pesisir, di tepi pantai Selat Sunda.
Dilansir KabarBanten.com dari buku sejarah nama-nama tmpat berdarkan cerita rakyat, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten 2014 yang disusun oleh Juliadi dan Neli Wachyudin, dahulu di masa pemerintahan Kolonial Belanda, Caringin merupakan sebuah ibukota kabupaten.
Pada masa pemerintahan Kolonial Belanda di bawah kepemimpinan Van der Capellen, wilayah Banten sendiri dibagi menjadi dua bagian yaitu Banten Utara dan Banten Selatan. Namun karena wilayah Banten yang begitu luas, kemudian Banten dibagi menjadi tiga kabupaten.
Baca Juga: Mengenal Asal Usul Nama Bojonegara, Wilayah Pesisir Kabupaten Serang, Negerinya Para Bajak Laut
Ketiga kabupaten saat itu adalah Kabupaten Utara dengan ibukota Serang, Kabupaten Barat dengan ibukota Caringin, dan Kabupaten Selatan dengan Ibukota Lebak.
Setelah pemerintahan Belanda mengeluarkan undang-undang pemerintahan baru yaitu Reegerings-Reglement (RR) tahun 1854, Banten dibagi menjadi empat kabupaten seperti pada masa pemerintaha Raffles.
Dengan penambahan Pandeglang, sebagai ibukota Kabupaten Tengah. Nama Caringin sendiri, konon katanya diambil dari sebuah nama jenis pohon yakni ‘Waringin’ atau biasa dikenal dengan sebutan pohon beringin.
Dulu, pohon tersebut dimungkinkan banyak tumbuh di daerah tersebut. Sekarang, wilayah Caringin yang merupakan salah satu desa di Kabupaten Pandeglang, dikenal sebagai pusat peziarahan di Banten, yang memiliki masjid tua dengan nama Masjid Salafiyah Caringin yang berdiri tepatnya di Jl. Raya Labuan-Carita.
Selain itu, terkenalnya daerah Caringin ini, dikarenakan di daerah tersebut lahirlah seorang tokoh atau ulama besar bernama K.H Asnawi sekira tahun 1850, yang wafat pada tahun 1937 dan dimakamkam di daerah tersebut, tepatnya di seberang Masjid Caringin.
K.H Asnawi sendiri merupakan murid dari ulama terkenal di Banten yaitu Syekh Nawawi Al-Bantani, yang pernah belajar dan memperdalam ilmu agama di Mekah kepada Sykeh Nawawi Al-Bantani.***