Waspadai PMK di Kabupaten Serang, Bisa Ancam Ketersediaan Hewan Qurban, Berikut Ciri Hewan Ternak Terpapar

10 Mei 2022, 21:41 WIB
Petugas lapangan Dinas Pertanian Kabupaten Serang saat melakukan pemeriksaan terhadap hewan ternak agar bebas dari Penyakit Mulut dan Kuku atau PMK, Selasa 10 Mei 2022. /Dokumen Distan Kabupaten Serang

KABAR BANTEN - Dinas Pertanian (Distan) Kabupaten Serang mulai mewaspadai adanya serangan Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) yang bisa menyerang hewan ternak berkuku genap.

Sebagaimana diketahui, PMK sendiri telah menyerang 124 ekor sapi atau hewan ternak di Jawa timur.

Untuk mengatasi masalah tersebut, Presiden Jokowi meminta menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo memberlakukan lockdown zonasi.

Untuk itu, perlu diketahui ciri ciri penyakit PMK tersebut.

Kepala Distan Kabupaten Serang Zaldi Duhana mengatakan PMK adalah penyakit infeksi virus yang bersifat akut dan sangat menular pada hewan berkuku genap atau belah.

"Hewan pelaku terhadap PMK adalah sapi, kerbau, kambing dan domba," ujarnya kepada Kabar Banten, Selasa 10 Mei 2022.

PMK sendiri memiliki sejumlah gejala, diantaranya demam tinggi mencapai 39-41 derajat Celcius.

Penurunan nafsu makan, lemah dan hewan lebih sering berbaring. Air liur berlebihan dan berbusa.

Terdapat luka lepuh atau sariawan di lidah, area hidung dan sekitar rongga mulut.

"Lepuh kulit di sekitar terlacak yang menyebabkan kepincangan akut. Lepuh di area puting dan penurunan produksi susu," katanya.

Zaldi mengatakan dampak sosial ekonomi PMK sendiri beragam. Diantaranya pertama pertumbuhan populasi hewan ternak ruminansia terhambat.

Kedua, meningkatnya risiko abortus pada ternak dewasa dan kematian pada hewan ternak muda.

Ketiga, penurunan produksi hewan ternak dan produktivitas tenaga kerja.

Keempat, anggaran penanggulangan meningkat berupa biaya pemusnahan, biaya kompensasi, surveilans penyakit, vaksinasi dan pengawasan lalu lintas dan tindak karantina.

Kelima, kehilangan pendapatan karena gangguan pada industri peternakan, peluang ekspor dan peluang masuknya wisatawan.

Keenam, penurunan aktivitas pasar terutama pasar ternak ruminansia. Ketujuh penurunan pendapatan peternak, dan kedelapan harga daging meningkat karena pasokan ternak berkurang.

Zaldi mengatakan untuk saat ini hewan ternak yang terkena masih dalam penelusuran oleh petugas lapangan distan.

Namun demikian untuk mencegah informasi terkait PMK sudah disebar ke seluruh Poktan dan petugas lapangan.

"Kalau kasus belum ada sampai saat ini," tuturnya.

Menurut dia untuk mengatasi masalah PMK karena penyebabnya adalah virus maka seharusnya dilakukan vaksinasi terhadap ternak.

Namun karena tahun 1986 sudah bebas PMK, 1987 oleh ASEAN dan 1990 oleh dunia, maka stok vaksin PMK sudah tidak ada.

"Cara paling ampuh sementara dilakukan zonasi lockdown," katanya.

Ia mengatakan lockdown yang dimaksud misalnya lalu lintas penjualan dari daerah endemik seperti Jatim dilarang masuk ke Banten, kecuali ada SKKH dari dinas Jatim.

Sedangkan untuk vaksin sendiri bial ada pernyataan dari presiden outbreak PMI maka bisa dilakukan impor vaksin dari luar.

"(Bisa divaksin) Tergantung kalau terjadi outbreak ledakan wabah PMK," ucapnya.

Menurut dia kondisi tersebut semakin mengkhawatirkan menjelang idul qurban, sebab lalu lintas qurban sangat masif.

Sementara kebutuhan idul Qurban selama ini 80 persen dipasok dari luar Kabupaten Serang.

"Jatim kemungkinan panic selling karena harga jatuh dan takut sapi gak boleh keluar Jatim. Nah kita agak sulit kontrol karena jalur masuk ke Serang sangat banyak," tuturnya.

Untuk sementara upaya memenuhi kebutuhan hewan ternak saat idul Qurban akan dilakukan dalam waktu dekat dipasok dari daerah daerah yang belum ada kasus PMK.

Saat ini kata dia di Kabupaten Serang terdapat sekitar 1.457 ekor sapi yang berpotensi jadi sasaran PMK.

Namun demikian walau PMK berbahaya, akan tetapi penyakit tersebut tidak menular pada manusia dan tidak mematikan hewan ternak tersebut.

"Enggak (mematikan), gak seperti mad cow atau anthrax," ucapnya.***

Editor: Kasiridho

Tags

Terkini

Terpopuler