Angka Stunting di Banten Turun 4,5 Persen, Pj Gubernur Banten dan Plt Kepala BKKBN Banten Ungkap Kuncinya

26 Januari 2023, 17:50 WIB
Prevalensi stunting di Banten tahun 2022 berdasarkan data SSGI. /Dokumen BKKBN Banten

KABAR BANTEN - Kementerian Kesehatan pada Rapat Kerja Nasional BKKBN di Jakarta, Rabu 25 Januari 2023, menyampaikan bahwa angka stunting di Banten tahun 2022 turun sebesar 4,5 persen. 

Turunnya angka stunting di Banten tahun 2022 tersebut berdasarkan Data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) Tahun 2022 Kementerian Kesehatan.

Dalam data Kementerian Kesehatan tersebut disampaikan bahwa angka stunting di Banten 2022 turun sebesar 4,5 persen atau menjadi 20 persen dari sebelumnya 24,5 persen di tahun 2021. Sementara angka stunting Nasional tahun 2022 mencapai 21,6 persen.

Kunci turunnya angka stunting di Banten tahun 2022 tersebut diungkap Penjabat Gubernur Banten Al Muktabar dan Pelaksana Tugas atau Plt Kepala Perwakilan BKKBN Banten.

Penjabat Gubernur Banten Al Muktabar mengungkapkan, penurunan angka stunting di Banten sebagai bagian capaian Pemprov Banten dengan menerapkan pendekatan tematik komprehensif integral dalam penanganan stunting dan gizi buruk, kemiskinan ekstrem, pengendalian inflasi hingga pemenuhan pelayanan wajib atau dasar.

"Hal itu merupakan bagian dari tematik agenda yang sejak awal telah didengungkan Pemerintah Provinsi Banten. Semua, secara komprehensif tertuju pada penanganan itu,” kata Al Muktabar usai rapat kerja penanganan stunting di Pendopo Gubernur Banten, KP3B Curug, Kota Serang, Rabu 25 Januari 2023.

"Kuncinya tadi, kebersamaan kita. Kita bersatu dalam rangka menyelesaikan berbagai hal. Tidak hanya stunting, tapi juga inflasi, gizi buruk, kemiskinan ekstrem. Lalu sekarang juga diperintahkan Bapak Presiden Republik Indonesia terkait TKDN (Tingkat Komponen Dalam Negeri), produk dalam negeri,” kata Al Muktabar.

Baca Juga: Percepatan Penurunan Stunting di Banten Melalui Pelayanan KB, Al Muktabar Optimis Angka Stunting Turun

Plt Kepala Perwakilan BKKBN Banten, dr Nurizky Permanajati mengungkapkan, turunnya angka stunting di Banten tahun 2022 sebesar 4,5 persen tersebut merupakan hasil kerja keras semua pihak dalam upaya percepatan penurunan stunting yang melibatkan semua pemangku kepentingan, baik dunia usaha, perguruan tinggi dan masyarakat berdasarkan prinsip sinergis dan kolabolatif.

"Salah satu bentuk kolaborasi yang dilakukan adalah dengan dibentuknya Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS). TPPS ini memegang peranan penting penyelenggaraan percepatan penurunan stunting," ujarnya.

"Tugas TPPS adalah mengkoordinasikan, menyinergikan dan mengevaluasi penyelengaraan percepatan penurunan stunting secara efektif, konvergen dan terintegrasi, mulai dari tingkat pusat, provinsi sampai dengan desa,“ sambungnya.

Selain peran TPPS, dr Nurizky Permanajati menyampaikan bahwa turunnya angka stunting di Banten tahun 2022 juga peran dari Tim Pendamping Keluarga (TPK) yang terdiri dari Bidan, Kader TP PKK dan Kader KB yang tugasnya melaksanakan pendampingan meliputi penyuluhan.

Kemudian, fasilitasi pelayanan rujukan dan fasilitasi penerimaan program bantuan sosial kepada calon pengantin atau calon pasangan usia subur, ibu hamil, ibu pasca persalinan, anak usia 0-59 bulan serta melakukan surveilans keluarga berisiko stunting untuk mendeteksi dini faktor-faktor risiko stunting dan audit kasus stunting sebagai upaya identifikasi resiko dan penyebab risiko.

"TPK ini juga sangat berjasa besar dalam turunnya prevelensi stunting di Provinsi Banten. Di Banten sendiri sebanyak 8.136 TPK yang telah terbentuk” ungkapnya.

Baca Juga: Cegah Stunting Sejak Dini! Berikut 5 Penyebab Stunting pada Anak yang Harus Diketahui

dr Nurizky Permanajati menyakini bahwa yang menjadi kunci keberhasilan turunnya angka stunting di Banten adalah dengan melaksanakan seluruh program dengan baik sesuai Peraturan Presiden (Perpres) nomor 72 tahun 2021 dengan lima pilar.

"Pilar pertama adalah adanya komitmen dari setiap pemangku kebijakan. Kemudian Pilar kedua adalah melakukan massif information system terkait dengan masalah kesadaran dalam mencegah stunting. Pilar ketiga melakukan konvergensi. Pilar keempat menyediakan pangan dengan baik dan kelima, melakukan inovasi, terobosan dan data yang baik," ujar dr Nurizky Permanajati.

dr Nurizky Permanajati menyampaikan bahwa BKKBN juga telah membetuk Satgas stunting yang berfungsi konsultasi dan fasilitasi koordinasi Percepatan Penurunan Stunting nasional dan daerah, serta penguatan penyediaan satu data Stunting.

“Beberapa intervensi pencegahan dari hulu yang dilakukan BKKBN Banten, yakni intervensi penguatan pelayanan KB, sebagai pencegahan stunting melalui pendekatan 4T (terlalu muda, terlalu tua, terlalu sering dan terlalu banyak), lalu melalui program berbasis sosial, seperti Bapak Asuh Anak stunting dan Donasi Telur Peduli Stunting dan Dapur Sehat Atasi Stunting, dan Butik Antik,” ujarnya.***

 

Editor: Kasiridho

Tags

Terkini

Terpopuler