Jaringan Relawan Kunci Kemenangan Pasangan Capres dan Cawapres Pilpres 2024

26 Oktober 2023, 10:36 WIB
Pengamat Politik dari Populi Center Usep Saeful Ahyar yang menilai kunci kemenangan Pilpres 2024 di daerah ada di jaringan relawan. /Dok. Usep Saeful Ahyar

 

KABAR BANTEN - Partai politik (Parpol) koalisi pendukung Bakal Calon Presiden atau Capres dan Calon Wakil Presiden atau Cawapres sudah jelas, yakni Prabowo-Gibran didukung 9 parpol, Ganjar-Mahfud 4 parpol dan Anies-Cak Imin 3 parpol.

Namun, Pengamat Politik dari Populi Center Usep Saeful Ahyar mengatakan, partai koalisi tidak menentukan kemenangan di Pilpres 2024.

Tetapi justru menurutnya yang menjadi kunci adalah jaringan relawan.

"Memang perolehan di daerah itu suara Capres dan Cawapres itu tidak hanya ditentukan mesin partai itu, tapi itu kadang-kadang relawan menjadi titik kunci kemenangan," ujar Usep kepada Kabar Banten, Rabu 25 Oktober 2023.

Baca Juga: KPU Banten Susun DCT Caleg DPRD, Akhmad: yang Meninggal Tidak Bisa Diganti

Maka dari itu kata Usep, sering kali jaringan relawan Capres dan Cawapres banyak dibentuk oleh partai politik atau tim pemenangan capres dan cawapres itu sendiri.

"Makannya kadang-kadang capres dan cawapres menumbuhkan atau membuat peningkatan kinerja membawa tim relawan, simpul-simpul relawan yang sangat banyak yang tidak terikat dengan partai," katanya.

Hal itu lantaran menurutnya, simpul-simpul relawan Capres dan Cawapres akan lebih fokus menggerakkan mesin politiknya hanya untuk memenangkan capres dan cawapres itu sendiri.

"Karena relawan ini yang lebih fokus Dibandingkan parati politik," katanya.

Sebab partai politik kata Usep, khusunya di daerah lebih pragmatis, dalam artian akan lebih fokus untuk kemenangan Pemilihan Legislatif (Pileg) yang pelaksanaanya bersamaan dengan Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024.

"Jadi partai-partai didaerah itu saya kira lebih pragmatis atau caleg-caleg di daerah itu lebih pragmatis, dia akan berfikir untuk kemenangan untuk partai dan dirinya sebagai caleg dari pada presiden," jelasnya.

Selain itu menurutnya, sosok Capres dan Cawapres yang diusung partai politik, belum tentu juga benar-benar didukung oleh partai ditingkat daerahnya.

Sebab menurutnya kebijakan partai politik dipusat dalam mendukung Capres dan Cawapres belum tentu sesuai dengan harapan warga di daerah pada umumnya.

Maka dari menurut Usep, kadang para Caleg DPRD dari partai pendukung Capres dan Cawapres, tidak memperlihatkan dukungannya terhadap Capres dan Capres yang diusung partai politik ditingkat pusat.

Sebab, dinilai hanya berefek negatif terhadap perolehan suara Pileg.

"Calon Presiden itu sering kali mendongkrak partai dan dirinya (Caleg). Tapi kalau capres dan cawapresnya yang didukung partai itu didaerahnya tidak mendapatkan dukungan yang bagus, itu kadang-kadang partai dan calegnya itu menafikan capres dan cawapresnya, tidak mengkampanyekan capres dan cawapresnya," jelasnya.

Usep kemudian mencontohkan, di Provisni Banten banyak masyarakat yang tidak suka dengan salah satu pasangan Capres dan Cawapres 2023, maka Caleg DPRD rela menyembunyikan dukungannya untuk capres tersebut, demi menyelematkan suaranya di Pileg 2024.

"Jadi memang saya kira koalisi itu ketika dilapangan itu sangat pleksibel. Masing-masing menerjemahkan strateginya dan itu disitu kadang-kadang bercampur aduk berbagai kepentingan, kepentingan celegnya dirinya sendiri juga, karena kemenangan individu sangat diperhatikan," katanya.

Selain menyelamatkan suara sebagai Caleg DPRD, sering kali menurut Usep, kepentingan partai di daerah lebih diutamakan dibanding kepentingan nasional dalam hal ini Pilpres.

Baca Juga: SMPN 19 Kota Serang Jadi Sekolah Penggerak, Ini Manfaat yang Didapat

"Dan menurut pengalaman akhirnya kepentingan yang diutamakan itu yang menjadi dominan. Jadi saya kira kalau di Banten itu saya kira pertimbangan pertimbangan itu ada, apalagi di partai partai," sambungnya.

Terlebih menurutnya segmen pemilih di Provisni Banten untuk Pileg dan Pilpres itu berbeda.

Bahkan pemilih yang mendukung partai pengusung saja belum tentu memilih Capres dan Cawapres yang diusung.

"Pilpres dan Pileg loginya aga berbeda, pemilihnya berbeda, lalu kemudian motivasi untuk memilih atau alasan untuk memilih juga berbeda. Maka sering kali pemilih partai itu tidak sama pilihannya dengan atau pemilih partai tertentu tidak memilih calon yang dicalonkan oleh partai tertentu itu," katanya.

Sebagai contoh pemilih partai A tidak memilih Capres dan Cawapres yang diusung partai A.

Justru memilih Capres dan Cawapres yang didukung partai lain.

Sebab menurut Usep, bicara Pilpres 2024, secara umum masyarakat akan menentukan pilihannya bukan karena partai, tetapi visi dan misi dari Capres dan Cawapres itu sendiri.

"Karena daya tariknya argumentasinya atau alasan memilihnya jadi tidak hanya melihat dari visi misi partai, tetap juga visi misi atau perporma dari calon presiden dan wakil presiden," jelasnya.

Dengan demikian ia menegakan bahwa gemuknya partai koalisi tidak menjamin bisa menang di Pilpres 2024.

Tetapi justru simpul relawan yang menjadi kunci kemenangan.

"Bukan berarti Capres dan Cawapres yang didukung paling gemuk itu otomatis menjadi pemenangnya, itu tidak ada jaminan itu," tegasnya.***

Editor: Yomanti

Tags

Terkini

Terpopuler