Ancaman Tsunami 20 Meter, Kabupaten Lebak Wilayah Potensi, Infrastruktur Evakuasi Perlu Disiapkan

- 3 Januari 2021, 18:07 WIB
Ilustrasi gelombang tinggi.
Ilustrasi gelombang tinggi. /Pexels/Emiliano Arano

KABAR BANTEN - Hasil riset BNPB dan ITB mengenai bahaya tsunami di Selatan Jawa, kembali ramai di masyarakat. Meski tidak tahu kapan terjadi, namun ancaman gelombang tinggi dengan energi dahsyat setara magnitudo 9,1 itu, menjadi misteri.

Dalam hasil riset itu, potensi gempa dapat membangkitkan tsunami di dua lokasi selatan Jawa yakni di Lebak, Provinsi Banten dan Pangandaran Provinsi Jawa Barat.

Di Kabupaten Lebak diidentifikasi dua lapisan Paleotsunami yang diketahui berdasarkan keterdapatan lapisan pasir di antara lapisan gambut. Sedangkan di Pangandaran, dijumpai tiga lapisan Paleotsunami. Tsunami endapan tertua di kedua tempat tersebut berumur 600-300 tahun yang lalu.

Temuan itu juga mengungkap segmen yang berada di selatan Banten–Jawa Barat dengan potensi energi hingga magnitudo 8,8. Sedangkan segmen Jateng–Jatim, berpotensi memiliki energi magnitudo 8,9 yang jika terlepas secara bersamaan akan menghasilkan potensi energi setara magnitudo 9,1.

Baca Juga : Ungkap Asal Nama Pegantungan, Sejarawan Sebut 11 Pejuang Geger Cilegon Digantung, Ini Lokasinya

Ketinggian tsunami yang dihasilkan di Sepanjang Pantai Selatan Jawa kemungkinan besar terjadi di wilayah antara 105 ° Dan 106 ° BT. Wilayah itu adalah di pulau-pulau Kecil Yang terletak 11-15 km dari garis pantai terdekat dengan ketinggian 20,2 m.

Skenario ini menghasilkan ketinggian tsunami rata-rata 3,23 m di sepanjang pantai selatan Jawa. Ketinggian tsunami maksimum 11,7 m dapat terjadi pada 113,65 ° BT di sepanjang pantai selatan Jawa Timur.

Zona retakan yang luas wilayah ini telah menghasilkan ketinggian puncak tsunami yang hampir sama di sepanjang pantai antara 110 ° BT dan 114 ° BT dibandingkan dengan lebih jauh ke barat, tetapi dengan ketinggian tsunami rata-rata yang lebih rendah dari 2,43 m.

Baca Juga : Aktivis Sebut Sampah Masker Covid-19 Ancaman Bagi Lingkungan

Menurut geolog UGM, Dr. Gayatri Indah Marliyani, ST., M. Sc., yang juga perlu diketahui di daerah subduksi aktif seperti di Sumatra dan Jawa, gempa dengan magnitudo kecil-sedang (< M4) terjadi hampir setiap hari.

Dengan begitu, jika ada yang membuat prediksi yang sangat umum, misalnya akan terjadi gempa dengan magnitudo M4 pada daerah sepanjang subduksi Jawa-Sumatra dalam waktu beberapa hari maka belum bisa disebut prediksi tersebut berhasil karena memang terjadi meski tanpa diprediksi.

“Meski begitu studi tentang prediksi gempa bumi ini layak untuk terus dilakukan, sebab jika berhasil akan memberikan kemaslahatan sangat besar bagi kehidupan manusia," ucap Dr. Gayatri Indah Marliyani, dikutip Kabar-Banten.com dari ugm.ac.id.

Baca Juga : Jangan Macam-macam, Gerak-gerik di Kota Serang Terpantau CCTV

Dia berpandangan terhadap berbagai pemberitaan tersebut yang perlu digarisbawahi yaitu hasil-hasil studi yang disampaikan masih berupa skenario kejadian gempa dan tsunami yang masih berupa potensi bukan prediksi.

Terkait potensi bencana ini, kata dia, yang terpenting adalah bagaimana pemerintah perlu menyiapkan infrastruktur yang mendukung proses evakuasi baik evakuasi mandiri maupun terkoordinir untuk antisipasi kejadian gempa dan tsunami.

“Ini perlu dipikirkan dan direncanakan secara jangka panjang, dan berkelanjutan, tidak hanya dalam masa menanggapi isu-isu yang sedang hangat saat ini,” ucapnya.***

Editor: Kasiridho


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah