KABAR BANTEN - Aktivitas Gunung Anak Krakatau (GAK) dikabarkan mulai terlihat sejak akhir 2020.
Sekertaris Desa (Sekdes) Bulakan, Kecamatan Cinangka, Kabupaten Serang, M. Johan Rosadir, mengatakan jika warga telah mencium aroma belerang sejak awal Desember 2020.
"Saya ingat betul, itu satu hari sebelum masa pencoblosan pemilu. Kami mencium aroma belerang, pekat sekali," katanya kepada Kabar Banten, Rabu 20 Januari 2021.
Johan mengatakan, selain aroma belerang, hujan debu vulkanik pun telah terjadi selama beberapa pekan pasca pencoblosan.
"Debu vulkanik pun sudah ada, memang tidak sebanyak yang lalu-lalu. Tapi memang ada," ujarnya.
Terkait hal ini, Johan berharap adanya koordinasi antara aparat desa dengan pihak terkait. Ini dalam rangka deteksi dini terhadap warga sekitar Desa Bulakan.
Baca Juga: Wali Kota Cilegon Terpilih Helldy Agustian Mulai Ukur Baju Dinas, Pelantikan 17 Februari?
"Titik evakuasi bencana tsunami sudah ada, begitu pula jalur-jalur penyelamatan diri. Tapi untuk komunikasi dan koordinasi, sampai sekarang belum ada. Setidaknya kalau ada letusan GAK, lalu berpotensi tsunami, kami bisa beri peringatan kepada warga," tuturnya.
Aktifitas GAK di perairan Selat Sunda dilaporkan mulai meningkat pada Senin, 18 Januari 2021. Warga pun diimbau untuk tidak mendekat dalam radius 2 Kilometer (KM) dari Gunung Anak Krakatau.
Baca Juga: Sosok Irjen Wahyu Widada, Ketua Tim Ahli Visi Misi Calon Kapolri, Rekan Angkatan Komjen Listyo
Informasi yang berhasil dihimpun, Pos Pengamatan Gunung Anak Krakatau di Pasauran, Kabupaten Serang, mengamati adanya kepulan asap putih dari kawah Gunung Anak Krakatau.
Visual CCTV Pos Pengamatan Gunung Anak Krakatau menangkap adanya asap putih dari gunung api yang berada di perairan Selat Sunda tersebut.
Getaran gempa di Gunung Anak Krakatau pun terdeteksi terjadi hingga tiga kali. Dimana per sekali gempa, berkekuatan amplitudo 1-7 milimeter selama 5-7 detik.***