Peringatan hari pers tersebut dihadiri pula oleh Kabag Humas DPRD Haerofiatna, wartawan harian Kabupaten Serang dan unsur mahasiswa.
Kemudian ia pun memberikan autokritik terhadap media saat ini. Peran media selain sebagai jendela informasi dan alat mencerdaskan masyarakat serta jembatan aspirasi masyarakat, namun sadar atau tidak hari ini di lapisan bawah pemeruntah desa dan kecamatan ada sedikit traumatik.
Oleh karena itu tugas media harus bisa membedakan antara wartawan dan LSM.
"Jujur sadar atau tidak banyak oknum yang mengaku media tapi dia melakukan tindakan tidak terpuji tidak sebagaimana seorang media dan wartawan, masyarakat tingkat bawah tidak bisa bedakan mana media dan LSM. Saya sering ungkapkan pada LSM agar jaga nama baiknya. Ini pekerjaan rumah teman teman media," tuturnya.
Kemudian ia juga berpesan agar wartawan selalu memegang kode etik jurnalistik yang memegang akselerasi perubahan. Sebab jika tidak memegang kode etik ia meyakini akselerator perubahan tidak akan berjalan ke arah yang lebih baik.
"Saya yakin dan percaya maju dan tidaknya pembangunan tergantung frame pemberitaan. Maju tidaknya pembangunan tergantung frame narasi dari wartawan," katanya.
Baca Juga: Senayan Turun Tangan, Abu Janda dan Natalius Pigai Berdamai
Sementara Ketua Pokja Wartawan Harian Kabupaten Serang Fikri Hilman mengatakan, kondisi media hari ini berbeda dengan 10-20 tahun lalu bahkan saat Indonesia baru pertama berdiri. Saat ini media menghadapi perubahan besar-besaran.