KABAR BANTEN – Sebelum memutuskan menjadi rovinsi sendiri, Banten masuk dalam wilayah Jawa Barat yang letaknya berada di ujung Pulau Jawa. Banten resmi menjadi provinsi ke-30 di Indonesia, pada Tahun 2000 melalui Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2000.
Dilansir KabarBanten.com dari biroumum.bantenprov.go.id, Banten ini merupakan wilayah yang sudah dikenal luas sampai mancanegara sejak abad ke-14 (1330 M).
Letak Banten yang strategis, sejak dulu bahkan pada ada ke 16-17 di bawah kekuasaan Sultan Maulana Hasanudin dan sultan ageng tirtayasa, Banten dikenal sebagai kota rempah-rempah.
Baca Juga: Heboh! Beredar Proyek Rp169 Miliar di Pemprov Banten Lewat Penunjukan Langsung, Begini Faktanya
Selain dikenal sebagai salah satu kota perdagangan rempah-rempah di kawasan Asia Tenggara, Banten juga dikenal sebagai pusat kerajaan Islam dan Negeri para Jawara. Adapun asal usul nama ‘Banten’ sendiri, dalam buku Toponimi Disbupar Banten 2014 yang disusun oleh Juliadi dan Neli Wachyudin, ada banyak versi.
Pertama, dalam keterangan yang diperoleh dari buku pakem Banten karya Tb. H. Achmad dicetak Drukkerij tahun 1935, nama ‘Banten’ diterjemahkan dari asal kata bahasa jawa ‘katiban inten’ yang artinya kejatuhan intan.
Baca Juga: Update 20 Negara Tertinggi Kasus Corona 15 Desember 2021
Latar belakang ‘Katiben Inten’ ini, sejarahnya, awal mula masyarakat Banten menyembah berhala, kemudian memeluk Budha, lalu ajaran Islam masuk mengajarka ilmu umum, hukum fikih, dan ushuludin.
Sehingga, dengan kedatangan Islam, yang memberikan banyak pengajaran, seolah-olah kejatuhan intan biduri yang terang cahayanya. Kata “Katiban Inten’ tersebut, lalu menjadi ‘Banten’.
Kedua, dalam keterangan lain, sebenarnya ‘Banten’ berasal dari kata ‘Bantahan’, yang mana dahulu saat Belanda ingin menguasai Banten, banyak aturan-aturan yang dibuat, dan masyarakat Banten, tidak mau tunduk pada aturan-aturan yang ditetapkan.
Baca Juga: Keren! Punya Bisnis Clothing, Pemuda Asal Lebak Banten Ini Dapat Kejutan dari Raffi Ahmad
Tidak hanya ‘Katiban Inten’, dan ‘Bantahan’ kata ‘Banten’ ini sejak dahulu sudah ada, sebelum berdirinya kesultanan Banten. Dahulu, sebelum berdiri Kerjaan Islam, pernah berdiri kerajaan yang bercorak Hindu/Budha yang dikenal dengan Kerajaan Banten Girang.
Baca Juga: Gubernur Banten Balas Surat Mendagri Tolak Plh, Minta Kepala Daerah Terpilih Dilantik Tepat Waktu
Kata ‘Banten’, dalam kebudayaan masyarakat Hindu, secara etimologi dan maknanya memang cenderung lebih kepada hal yang berbentuk sesajian/sesajen. Sesajen tersebut setiap harinya dirangkai dari daun kelapa diisi kembang, beras, dll untuk pemenuhan kebutuhan spiritual.
Baca Juga: Langka, Kepala Desa di Lebak Ini Inisiasi Kembangkan Ternak Domba, Ini yang Dilakukan
Selain itu, kata ‘Banten’, dulu digunakan untuk menamai sebuah sungai dan daerah sekelilingnya yaitu Cibanten atau sungai Banten. Dataran lebih tinggi yang dilalui sungai ini disebut Cibanten Girang, lalu disingkat dengan Banten Girang.
Baca Juga: Presiden Mulai Melantik Pemenang Pilkada 2020, Jagoan PDIP dan Demokrat jadi yang Pertama
Berdasarkan riset yang dilakukan di Banten Girang pada 1988 dalam program Franco-Indonesia excavations, didaerah tersebut telah ada pemukiman sejak abad 11-12 masa kerajaan Sunda.
Baca Juga: Harap-harap Cemas, MK Putuskan Sengketa Hasil Pilkada Pandeglang Hari Ini
Lalu, daerah tersebut berkembang pesat pada abad ke-16 saat Islam masuk, lalu perkembangan pemukiman meluas ke arah pantai, dan didirikanlah Kesultanan Banten oleh Sunan Gunung Jati. ***