Tidak ada peristiwa tektonik, namun terjadi longsoran dari Gunung Anak Krakatau sebanyak 64 hektare yang memicu goncangan dan berujung tsunami.
Tinggi gelombang tsunami berkisar 90 sentimeter (35 in) di Serang dan 30 sentimeter (12 in) di Lampung, dengan ketinggian maksimal 2 meter (6,6 ft).
Gelombang itu sebenarnya sempat tercatat dalam cuitan Twitter BMKG.
Namun pada akhirnya dihapus pada pukul 01.01 WIB, hingga BMKG memverifikasi bahwa tsunami memang terjadi pada sekitar 21.30 WIB.
Tsunami beriringan dengan kondisi gelombang tinggi karena bulan purnama di Selat Sunda pada 21-25 Desember.
BMKG menyatakan, erupsi Gunung Anak Krakatau menjadi penyebab terjadinya tsunami di Selat Sunda pada Sabtu malam, 22 Desember 2018 sekitar pukul 21.03 WIB.
Tsunami dipicu karena adaya longsor bawah laut akibat erupsi Gunung Anak Krakatau.
Kini di tengah informasi potensi tsunami setinggi 8 meter di Selat Sunda, bagaimana kondisi terkini Gunung Anak Krakatau?.
Dikutip kabarbanten.pikiran-rakyat.com dari magma.esdm.go.id, berikut update kondisi terkini Gunung Anak Krakatau.