KABAR BANTEN-Pulau Jawa sekitar satu juta tahun sebelum Masehi, masih hutan belantara dengan penghuni makhluk-makhluk aneh.
Beberapa makhluk aneh penghuni Pulau Jawa lada zaman dahulu tersebut, antara lain diberi nama gandarwa atau biasa disebut genderuwo.
Selain genderuwo, mahkluk aneh lainnya yang menjadi penghuni Pulau Jawa adalah tetekan, cicet, bahung, dan banaspati.
Saat itu, Pulau Jawa yang masih diliputi hutan belantara dan makhluk aneh seperti genderuwo, dikenal dengan nama Nusa Kendang.
Berdasarkan buku Dunia Mistik Orang Jawa karangan Capt RP Suyono, Cetakan III Maret 2009, nenek moyang suku Jawa dari Koromandel mulai berdatangan pada 450 SM hingga 78 M.
Mereka diperkirakan mendarat pertama kali di daerah Banten, daratan paling barat Pulau Jawa.
Namun, mereka tidak mampu bertahan lama mendiami daratan Pulau Jawa itu. Selain ganasnya gangguan makhluk-makhluk aneh seperti genderuwo.
Selain makhluk aneh dalam bahasa sansekerta disebut gandharva, jenis makhluk aneh lainnya adalah tetekan, cicet, bahung, dan banaspati.
Dikisahkan dalam asal muasa suku Jawa, Pulau Jawa berhasil dikunjungi orang-orang dari Kerajaan Astina atau Kling, Koromandel atas perintah raja mereka yang bernama Arjuna.
Setelah berhasil membabat hutan, mereka juga mampu menaklukan para genderuwa dan kawan-kawanya tersebut.
Sampai akhirnya membangun desa, hingga ke wilayah pedalaman. Dari sinilah keturunan Kerajaan Padjajaran di Jawa Barat dimulai.
Dalam Babad Tanah Jawa dan Serat Kuno Keraton Malang, juga mengisahkan hampir sama tentang para pendatang atau nenek moyang orang Jawa.
Saat itu, Pulau Jawa masih berupa hutan belantara dan dihuni oleh makhluk-makhluk aneh serta binatang buas.
Menurut sejumlah arkeolog, Pulau Jawa satu juta tahun sebelum Masehi, diperkirakan sudah dihuni.
Namun, peradaban manusia kala itu masih sangat primitif atau biasa disebut sebagai manusia purba.
Namun sebagian manusia purba itu mengalami kepunahan ketika Gunung Lawu purba, Gunung Kelud purba, Gunung Krakatau purba, dan gunung berapi purba lainnya di Pulau Jawa, meletus.
Kalaupun ada yang selamat dari letusan-letusan itu, diperkirakan mereka kemudian berhadapan dengan para pendatang dari negeri lain.
Benturan budaya pun terjadi atau bisa pula mengalami proses asimilasi melalui perkawinan.
Hingga Pulau Jawa dihuni beragam manusia, baik dari penghuni yang lebih lama maupun para pendatang.
Sekitar 3000 SM, berdatangan orang-orang dari suku Lingga, Tiongkok Daratan, Yunan atau Funan di Cina Selatan, Kasi di India Selatan.
Termasuk orang dari Dinasti Kusana dari India, orang Siam dari Thailand, orang Turki, dan orang Arab, hingga Campa yang berdatangan secara bergelombang.***