1549852

UNDRR : Dunia Belum Siap Hadapi Erupsi Gunung Anak Krakatau

- 24 April 2022, 17:33 WIB
Ilustrasi letusan Gunung Krakatau pada 1883.
Ilustrasi letusan Gunung Krakatau pada 1883. /Tangkapan Layar Twitter @Jogja_Undercover

Tercatat akibat tsunami saat itu, 300 kota hancur lebur dan sebanyak 36 ribu warga di dua pulau tersebut tewas.

Akhir cerita sejarah pada saat itu, letusan Gunung Krakatau meninggalkan kaldera, sebuah kawah besar di dasar Selat Sunda.

Namun 45 tahun kemudian, muncul Gunung Anak Krakatau dari dalam kaldera itu, usai memuntahkan ribuan kali erupsi di dalam laut.

Kemudian di 2018, Gunung Anak Krakatau memperlihatkan kekuatannya, dimana tumpukan lahar hasil erupsi tumbang ke laut dan mengakibatkan tsunami.

Bencana alam tersebut telah menyebabkan 32 ribu warga menderita luka-luka dan 16 ribu kehilangan rumah tinggal mereka.

Ini pun sebuah bukti, meski pun saat ini sudah memasuki zaman modern namun masyarakat belum siap mengadapi bahaya erupsi Gunung Anak Krakatau.

Tidak hanya itu, banyaknya sistem peringatan tanda bahaya belum di desain untuk mendeteksi tsunami akibat erupsi gunung berapi.

Karenanya, sistem deteksi dini sangat vital dalam melibatkan masyarakat setempat, mereka harus tahu tentang ilmu dan manajemen risiko terkait bencana alam.

Sehingga, masyarakat tahu risiko mereka tinggal di dekat Gunung Anak Krakatau, minimal tahu akan pentingnya berlari ke dataran tinggi ketika tsunami akibat erupsi Gunung Anak Krakatau terjadi kembali.

Menyikapi hal ini, Koordinator Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami pada Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika atau BMKG, Daryono, mengatakan sejumlah hal.

Halaman:

Editor: Kasiridho

Sumber: Instagram @daryonobmkg


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah