"Kami terus meningkatkan upaya, kita memastikan deteksi kejadian tsunami di Selat Sunda. Dulu 2018 tidak ada sistem begini sejak 2019 Alhamdulillah berbagai upaya baik oleh para peneliti maupun instansi terkait sudah banyak peningkatan," ucapnya.
Secara realtime kata dia, muka air Selat Sunda bisa dipantau langsung hingga level satu detik dan alat tensi cepat hampir lima detik paling telat dua puluh detik.
"Ini akan lebih meningkat kan kemanpuan deteksi tsunami Selat Sunda akibat aktivitas GAK," katanya.
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengatakan, ada tiga hal yang perlu disampaikan pertama telah terjadi peningkatan level aktivitas GAK dari level dua yakni waspada menjadi level tiga yaitu siaga.
Baca Juga: Update Gunung Anak Krakatau, PVMBG : Bahaya Sekunder Adalah Longsor Seperti 2018
Kedua secara historis aktivitas GAK pernah menimbulkan tsunami beberapa kali sehingga perlu disampaikan hal berikut.
Diantaranya antisipasi potensi terjadi tsunami akibat peningkatan aktivitas GAK.
BMKG bersama PVMBG terus memonitor perkembangan aktivitas GAK dan muka air laut Selat Sunda.
Kemudian dengan meningkatnya level aktivitas GAK dari level dua ke tiga yang disampaikan PVMBG badan geologi maka masyarakat diminta untuk waspada terhadap potensi gelombang tinggi atau tsunami terutama di malam hari sesuai informasi yang disampaikan oleh BMKG.
"Kenapa terutama di malam hari karena malam hari sulit untuk bisa melihat secara visual adanya gelombang tinggi mendekati pantai, kalau siang hari masih cukup untuk melihat. Artinya aktivitas masih bisa terus berjalan," ujar Dwikorita.