Program KKBPK, Pentingnya Sinergitas BKKBN dan IPeKB Hingga Daerah

- 6 Juli 2019, 01:00 WIB
Hasto Wardoyo kepala BKKBN saat membuka kegiatan GenRe 'edu camp'
Hasto Wardoyo kepala BKKBN saat membuka kegiatan GenRe 'edu camp'

KABAR BANTEN - Untuk meningkatkan kesadaran sikap, mutu dan profesionalitas dari penyuluh Keluarga Berencana, perlu adanya sebuah upaya perencanaan program dari organisasi profesi yang menaunginya agar terbentuk standarisasi kerja dan peningkatan kompetensi sehingga Penyuluh Keluarga Berencana semakin memperkuat peran strategisnya dalam keberhasilan Program Kependudukan, Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga (KKBPK).

Kebijakan program Organisasi Ikatan Penyuluh Keluarga Berencana (IPeKB) Indonesia yang semula bergerak sebagai organisasi masyarakat kini bertransformasi menjadi organisasi profesi, sehingga diperlukan adanya sinergitas di semua aspek, baik itu dalam tubuh Dewan Pengurus Pusat (DPP) dan dengan semua Dewan Pengurus Daerah (DPD) yang tersebar di Indonesia.

Penguatan sinergitas dan komitmen dengan BKKBN sebagai instansi pembina diharapkan dapat diimplementasikan sesuai dengan Perka BKKBN No 20/2018 tentang tata hubungan kerja dengan BKKBN yang termaktub pada pasal 13 ayat (1) dan (2).

Hal tersebut diungkapkan Kepala BKKBN dr. H. Hasto Wardoyo, Sp.OG dalam kegiatan konsolidasi DPP IPeKB Indonesia Tahun 2019, di Balai Diklat Kantor Perwakilan BKKBN Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Jumat (5/7/2019).

Dalam kegiatan yang bertema 'Menyusun Strategi Pencapaian Kontribusi Kinerja Penyuluh Keluarga Berencana Tahun 2019 dan Meningkatkan Sinergitas dengan BKKBN untuk suksesnya program KKBPK', Hasto mengatakan, bahwa sebagai penguatan organisasi, maka IPeKB Indonesia perlu melakukan Konsolisidasi Pengurus DPP IPeKB Indonesia tahun 2019.

"Dalam Pasal 21 Anggaran Rumah Tangga IPeKB Indonesia bahwa rapat kerja dilaksanakan minimal 2 (dua) tahun sekali guna membahas evaluasi dan perencanaan program dan Pasal 14 Perka BKKBN No 20/2018 tentang Organisasi Profesi IPeKB Indonesia menyelenggarakan musyawarah dan rapat kerja sebagai kegiatan komunikasi antar anggota secara teratur dan berkelanjutan," ujar Hasto.

Salah satu Progam KKBPK adalah mengatasi permasalahan gizi ganda, yaitu kekurangan gizi seperti wasting (kurus) dan stunting (pendek) pada balita, anemia pada remaja dan ibu hamil serta kelebihan gizi, termasuk obesitas baik pada balita maupun orang dewasa. Sekitar 37 persen (hampir 9 juta) anak balita, mengalami stunting (Rikesdas 2013) dan Indonesia adalah negara dengan prevalensi stunting ke 5 (lima) terbesar di dunia.

"Anak kerdil yang terjadi di Indonesia sebenarnya tidak hanya dialami oleh keluarga yang miskin dan kurang mampu, akan tetapi stunting juga dialami oleh keluarga yang tidak miskin atau yang berada di atas 40 persen tingkat kesejahteraan sosial dan ekonomi. Melalui Program KKBPK, BKKBN terus berupaya meningkatkan sinergitas kegiatan bersama mitra-mitra untuk ketahanan dan kesejahteraan keluarga," ujar Hasto.***

Editor: Kabar Banten


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah