1 Januari 2020, Antara Fakta dan Baduy Ngadongeng

- 9 Januari 2020, 19:15 WIB
khatib_mansur
khatib_mansur /

Awal Tahun Baru 2020, ibarat pada posisi "titik nol kilometer" seperti halnya kendaraan bermotor, sebelum berangkat pada umumnya harus ada pemanasan mesin terlebih dahulu (langsam), untuk memastikan mesin dalam keadaan "oke!" dari bunyi suaranya. Kemudian, saat mulai jalan pun terlebih dahulu harus speed (gigi) satu, untuk memompa tenaga sebelum naik pada speed berikutnya dan seterusnya.

Demikian halnya perjalanan manusia dalam setahun. Setiap awal tahun seperti berada pada posisi "titik nol kilometer" (libur massal tahun baru), sehingga perlu refreshing untuk penyegaran pikiran dan suasana. Kemudian, me-recovering kembali rencana kerja dan beraktivitas pada hari berikutnya dan sebagainya.

Akan tetapi, pada Rabu (1/1/2020), sebagai lembaran baru, semangat baru di tahun baru itu, justru seakan "robek"! Bencana banjir bandang menerjang sebagian wilayah Kabupaten Lebak, Banten Selatan menghancurkan ratusan rumah penduduk, sekolah, dan bangunan lainnya, termasuk puluhan kendaraan bermotor milik warga hanyut. Bahkan, tidak hanya itu, jembatan yang membentang berbobot 10 ton pun terseret dahsyatnya aliran Sungai Ciberang setinggi lima meter, bahkan lebih.

Linangan air mata, jerit tangis, badan gemetaran, dan berbagai perasaan memilukan lainnya tak mampu harus berbuat apa? Tak berdaya melihat rumah-rumah penduduk hancur dan tenggelam seketika terseret dahsyatnya aliran sungai yang selama ini digunakan untuk kegiatan arung jeram itu! Selain itu, terjadi tanah longsor di sejumlah titik, (condition sine quanon).

Presiden Joko Widodo bersama rombongan didampingi Gubernur Banten Wahidin dan Bupati Lebak Iti Octavia meninjau lokasi banjir bandang dan para korban di Kecamatan Lebak Gedong, Selasa (7/1/2020) kemarin. Dilaporkan, salah satu sumber bencana tersebut, antara lain akibat penambangan emas liar. "Kami minta oknum penambangan emas liar di hutan Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS) itu ditindak tegas," kata Presiden Joko Widodo.

Ternyata, bencana dahsyat banjir bandang itu tidak hanya terjadi di Banten saja, tetapi hampir merata di sejumlah kota di Pulau Jawa, mulai dari Kota Tangerang, Kota Tangerang Selatan, Ciledug, Bekasi, dan Ibu Kota Negara Jakarta, akibat meluapnya Sungai Ciliwung kiriman dari Bogor. Tidak hanya menggenangi separuh tembok rumah penduduk, bahkan ribuan kendaraan bermotor (ranmor) selain terendam, juga banyak yang hanyut terseret arus air deras.

Satu hal yang menjadi pusat perhatian publik, antara lain ranmor mewah yang harganya miliaran rupiah, sekelas Lamborgini, Ferrari, BMW, Mercedes Benz, dan sepeda motor Harley Davidson - yang selama ini menjadi kebanggan pemiliknya - tak berdaya pula menghadapi kenyataan itu. Pasrah!

Baduy ngadongeng

Artikel ini, terinspirasi dari beberapa fenomena yang secara tidak langsung terkorelasi dengan musibah banjir bandang dahsyat kemarin. Pertama, infrastruktur jalan raya nasional di Pulau Jawa dari Barat ke Timur atau dari Anyer, Kabupaten Serang, Provinsi Banten sampai Panarukan, Jawa Timur itu, "titik nol" kilometernya dari Mercusuar Anyer. Dalam bahasa Belanda disebut: "Grote Postweg" (Jalan Raya Pos) atau dalam istilah adat Baduy Pedalaman disebut "sirah" (kepala) di bagian Barat, dan "dampal" (kaki) di bagian Timur.

Halaman:

Editor: Kabar Banten


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah