Jika nanti berkembang, kata dia, diharapkan bisa bertambah mesinnya. Bahkan ia punya mimpi bisa seperti di Jepang satu klinik bisa memiliki 100 mesin sehingga bisa dibuka pelayanan tanpa batas.
"Makanya hari ini kami ajak partner kami dari Jepang untuk melihat bahwa disini ada suatu potensi kita bisa menolong orang lebih banyak," ucapnya.
Andreas mengatakan, mesin tersebut berasal dari perusahaannya dan pakai merk Jepang. Untuk pelayanan sendiri akan bekerjasama dengan BPJS. Sebab setiap pasien di Indonesia, rata rata buying power atau daya beli nya lemah.
"Kalau tidak dibantu BPJS pada umumnya gak sanggup bayar. Karena satu tahun setiap orang cuci darah butuh biaya Rp100 juta. BPJS menyantuni itu semua," tuturnya.
Ia mengatakan, proyek klinik Hemodialisa di Banten bukan yang pertama buat dirinya, sebab ia sudah membuat klinik mulai dari Aceh, Danau Toba hingga Timika. Dimana sampai saat ini sudah ada 46 klinik se Indonesia.
Seperti diketahui pembangunan klinik Hemodialisa dilakukan dengan menelan anggaran Rp1,5 miliar yang bersumber dari dana hibah PMI Banten tahun 2022.
Pembangunan dilakukan dalam 153 hari kalender dengan peletakan baru pertama dilaksanakan pada 13 Juli 2022. Gedung klinik Hemodialisa PMI Banten dibangun diatas lahan seluas 224 meter persegi.***