Fakta Sejarah Masyarakat, Suku dan Alam Budaya Provinsi Banten, Banyak Pendekar Sakti yang Jago Debus

- 10 Mei 2023, 14:24 WIB
Masjid Agung Banten yang memiliki sejarah
Masjid Agung Banten yang memiliki sejarah /Tangkapan layar YouTube /Daftar Populer

KABAR BANTEN - Banten dulunya adalah kota pelabuhan yang ramai, sebagai tempat huni para orang Kanekes dan memiliki gubernur perempuan pertama di Indonesia, habitatnya badak bercula satu dan tanaman langka kokoleceran.

 

Banten juga sebagai tempat berdiamnya Gunung Halimun, yang jadi saksi kisah cinta pasangan Elang Jawa bernama Prabu dan Ratu

 Baca Juga: Inilah 5 Tempat Wisata Murah di Tangerang yang Belum Banyak Orang Tahu

Seperti dikutip Kabar Banten dari kanal YouTube Daftar Populer, berikut fakta sejarah masyarakat, suku, dan alam, budaya Provinsi Banten.

Banten merupakan lokasi dari tempat-tempat angker yang misterius. Banten adalah bagian dari Jawa Barat hingga berpisah dan menjadi Provinsi tahun 2000.

Banten yang beribu kota Serang, berada di ujung baratnya Pulau Jawa. Banten dulu bernama Bantam, kota pelabuhan yang ramai dan makmur. Dari sejak masa kekuasaan Tarumanegara abad ke-5, ke masa kerajaan Sunda tahun 1510, hingga berdirinya Kesultanan Banten pada tahun 1527.

Bantam bahkan dianggap menjadi kota pelabuhan terbesar se-Asia Tenggara, setara dengan Malaka dan Makasar kala itu.

Abad ke-17, Banten menjadi salah satu pusat perniagaan penting di Asia dalam jalur perdagangan internasional. Setelah bercokol, Belanda membentuk provinsi pertama di Jawa bernama Provinsi West Java dan Bantam menjadi salah satu keresidenan.

Selain Batavia, Buitenzorg atau Bogor, Prianger atau Priangan, dan Cirebon hingga Indonesia menjadi Republik berdaulat.

 

Sedangkan pada tahun 2000, Banten  memisahkan diri, yang sekarang menjadi provinsi tersendiri. Banten terdiri dari 4 kota, 4 kabupaten, 155 kecamatan, 313 kelurahan dan 1238 desa.

Bahasa yang dominan di daerah ini adalah Bahasa Sunda, tapi sebagian wilayah di Banten khususnya Wilayah Selatan, Bahasa Sundanya beda dengan Bahasa Sunda Priangan atau Jawa Barat, seperti yang biasa didengar saat berada di Bandung, Bogor, Garut, Cianjur dan sebagainya.

Tapi juga berbeda dengan bahasa campuran Sunda dan Jawa yang ada di Cirebon. Hal ini dipengaruhi oleh sejarah.

Invasi Mataram yang tidak sampai ke daerah Banten, hanya bisa menguasai daerah Jawa Barat, di Wilayah Priangan di bawah kekuasaan Mataram.

Wilayah Priangan mengadopsi beberapa hal termasuk Bahasa Jawa yang banyak digunakan di Jawa Tengah dan Timur.

Bisa dilihat dari banyaknya serapan Bahasa Jawa dan pembagian bahasa halus dan kasar Banten, otomatis tidak terpengaruh Bahasa Jawa Mataram.

Daerah Banten Selatan adalah wilayah yang cukup tertutup dan masih dihuni masyarakat adat Baduy dan orang Kanekes yang masih menjaga ritual dan budaya lamanya. Mereka malah menggunakan bahasa Sunda kuno.

Di masa modern tiap budaya Banten dan Jawa Barat masih sangat terasa hingga ke masyarakatnya. Jika Jawa Barat menjadi provinsi yang cukup berkembang, Banten dianggap sebagai wilayah yang tingkat kesejahteraannya dibawah standar.


Di Banten terdapat Pulau Tunda. Pulau ini sangat cantik, perairan nya juga sangat bersih, pantainya bisa jadi tempat bersantai yang menenangkan dan warganya bisa makan dari hasil tangkap laut dan pertanian.

Di Banten, Gubernur perempuan pertama di Indonesia Ratu Atut Chosiyah itu terbukti melakukan tindakan korupsi. Akan tapi memang Banten itu bagian utaranya berbatasan dengan Laut Jawa dan berdekatan dengan Ibukota Jakarta.

Banten tiga wilayahnya saja masuk dalam kawasan megapolitan, yakni Kabupaten Tangerang, di Kota Tangerang, dan Kota Tangerang Selatan. Kawasan-kawasan inilah yang dijadikan sebagai pusat industri di Banten.

Dulu Tangerang, masuk dalam kawasan Pelabuhan Sunda Kelapa yang ramai oleh hilir mudik perdagangan global. Wilayah ini sekarang menjadi kota terbesar di Banten dan ketiga di kawasan Jabodetabek, setelah Jakarta dan Bogor.

Banten dulunya adalah kota pelabuhan bagian barat yang berbatasan langsung dengan Lampung. Sebagai pintu gerbang Pulau Jawa dan Sumatera, Banten menjadi penghubung utama jalur perdagangan Jawa Sumatera.

Pelabuhan Merak di Kota Cilegon yang dilintasi jalur Pantura adalah peninggalan kolonial Belanda, yang menjadi kunci lancarnya perekonomian di Pulau Jawa dan bisa menyeberang langsung ke Kota Lampung.

Pelabuhan ini memudahkan hilir-mudik komoditi yang juga banyak dihasilkan di Banten, dari pala, vanili hingga cengkeh juga penghasil kelapa dan melinjo, hingga Banten menjadi wilayah penghasil melinjo yang penting.

Bahkan Kementerian Pertanian sedang menggenjot ekspor komoditas pertanian di Banten. Pelabuhan Merak di Kota Cilegon sangat berdekatan dengan pelabuhan internasional Tanjung Priok. Hal ini memudahkan ekspor komoditi.

Ekspor komoditi di Banten pun meningkat bagian utara Banten ini, juga tempat berdirinya Kesultanan Banten yang bercorak Islam.

Hasil dari perluasan pengaruh dan kekuasaan Kesultanan Demak tahun 1525 di masa kejayaan Kesultanan Banten. Inilah Banten menjadi pusat Islam di masa lalu, sedangkan di bagian selatannya adalah tempat bernaungnya masyarakat adat Baduy, atau lebih tepatnya disebut orang-orang Kanekes berada jauh di pedalaman Lebak.

Orang Kanekes masih menyimpan dan menjaga kearifan lokal mereka, bisa dibaca di banyak laporan yang membahas khusus masyarakat adat di Indonesia

Orang Kanekes dikenal dengan pakaian hitam-hitam, serupa dengan orang Kajang di Sulawesi Selatan. Di Banten juga terkenal dengan seni debus nya atau seni beladiri yang memperlihatkan kemampuan seorang yang kebal terhadap senjata tajam.

Bagian Selatan Banten topografinya berkarakter perbukitan dan sebagian wilayahnya baru merasakan aliran listrik.

Selain wilayah orang Kanekes di Kecamatan Leuwidamar yang memang menolak listrik Desa Sukamulya, di Kecamatan Cibeber baru merasakan listrik pada tahun 2017.

Di Kecamatan Sumur ada juga desa yang baru dialiri listrik, yaitu Desa Legon Pakis yang kondisi jalannya juga tak sebagus di wilayah Utara. Mungkin karena ini masih banyak tempat yang dianggap sangat terpencil, sangat kontras dengan ibukota yang berdekatan dengan bahkan banyak lokasi angker di daerah tersebut.

Lokasi yang dianggap angker dan menyimpan kisah misterius yaitu Kampung Gantarawang, Desa Caringin di Kabupaten Serang.

Alkisah menjadi tempat hunian atau makhluk halus yang  oleh orang Minangkabau Sumatera kabar hilangnya seorang penggembala selama 40 hari di Gantarawang dikait-kaitkan dengan cerita ini.

Mitos tentang negeri Gantarawang ini sangat populer, hingga banyak beredar cerita bahwa orang-orang yang hilang di tanah ini akan kebingungan apa yang sedang terjadi. Jika telah pulang dan syukur-syukur bisa pulang, kabarnya banyak juga yang hilang dan tak pernah kembali.

Badak bercula satu yang terdapat di TNUK
Badak bercula satu yang terdapat di TNUK Daftar Populer

Banten juga tempatnya lokasi wisata yang menarik dari yang bernuansa hijau seperti Taman Nasional Ujung Kulon di Kabupaten Pandeglang. Taman nasional yang memiliki banyak tipe ekosistem, hutan hujan tropika, hutan mangrove, hutan pantai, hutan rawa dan padang rumput.

Taman nasional ini juga tempat berlindungnya flora dan fauna yang beragam, termasuk badak bercula satu dan tanaman langka kokoleceran.

Di Pandeglang ini juga terdapat tempat wisata Pantai Lesung yang cantik. Dan yang lagi hits sekarang adalah Pantai Sawarna, meskipun terbilang baru dalam dunia wisata bahari dan Gunung Krakatau, raksasa lampau yang letusannya menyebabkan perubahan iklim global dan sinar matahari redup selama setahun, juga melewati wilayah administrasi Banten.

Gunung Krakatau ini tepatnya berada di Selat Sunda di antara Pulau Sumatera dan Jawa.

 Baca Juga: Wisata Kuliner di Kota Serang, Ini Rekomendasi Tempat Makan yang Enak dan Patut Dicoba

Itulah beberapa fakta sejarah, masyarakat, suku dan alam budaya Provinsi Banten. Semoga bermanfaat.***

Editor: Maksuni Husen

Sumber: Youtube Daftar Populer


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah