“Sedangkan tsunami tahun 1851, 1883, dan 1889 dipicu aktivitas longsoran. Dan ada 4 potensi ancaman multibencana di Selat Sunda yakni Gempa bumi, Erupsi Gunungapi, Tsunami, dan Longsor,” ujarnya.
Adanya potensi gempa bumi di Kota Cilegon yang cukup tinggi, kata dia, mengharuskan semua perangkat otoritas melakukan siap siaga. Oleh karena itu, BMKG juga berperan dalam hal ini.
“Adalah Pra Bencana untuk tindakan antisipatif dan evakuasi dini. Kemudian saat bencana, mengoptimalkan penanganan dan menghindari korban lebih besar. Dan pasca bencana melakukan grand design mitigasi dan adaptasi,” ucapnya.
Suwardi menambahkan, semua daerah punya potensi bencana dan masing-masing bervariasi bencana tersebut. Dan potensi bencana bukan hanya di Kota Cilegon saja.
“Oleh karena itu, kami hadir di sini bersama-sama dengan para stakeholder terkait untuk menyusun langkah-langkah kontingensi dan draft dalam menanggulangi bencana alam tersebut,” ungkapnya.***