Sejarah Lada, Rempah-rempah yang Membuka Hubungan Dagang Kesultanan Banten dan Inggris

- 13 Oktober 2023, 14:20 WIB
Ilustrasi utusan atau delegasi Kesultanan Banten yakni Kyai Ngabehi Naya Wipraya dan Kyai Wijaya Sedana untuk Kerajaan Inggris dalam sejarah hubungan dagang rempah rempah lada.
Ilustrasi utusan atau delegasi Kesultanan Banten yakni Kyai Ngabehi Naya Wipraya dan Kyai Wijaya Sedana untuk Kerajaan Inggris dalam sejarah hubungan dagang rempah rempah lada. /Dokumen Kemendikbudristek

KABAR BANTEN - Sejak dulu, Kesultanan Banten dikenal sebagai salah satu kerajaan yang memiliki komoditas utama rempah-rempah, yaitu lada. Lada menjadi komoditas utama perdagangan Kesultanan Banten.

 

Hal ini membuat Kesultanan Banten menjadi salah satu bandar perdagangan besar yang disinggahi pedagang dari berbagai negara. Melalui perdagangan rempah-rempah, Kesultanan Banten berhasil menjalin hubungan dagang dengan Kerajaan Inggris.

Sejak tahun 1602, Kesultanan Banten dan Kerajaan Inggris menjalin kerja sama perdagangan dengan Banten sebagai pusatnya. Hubungan kedua kerajaan ini berlanjut ketika kongsi dagang Inggris, East India Company (EIC) mendirikan pos perdagangan dan menempatkan wakilnya di Banten.

Untuk pertama kalinya, East India Company (EIC) berhasil melakukan impor lada dari Kerajaan Banten. Ini menjadi bukti bahwa rempah-rempah khususnya lada menjadi salah satu yang mempererat hubungan antara Kerajaan Banten dengan Kerajaan Inggris.

Pada tahun 1664, hubungan kedua kerajaan semakin erat dengan adanya surat yang ditulis Sultan Abu Al Fath Abdul Fattah atau dikenal dengan Sultan Ageng Tirtayasa kepada Raja Inggris, Charles II.

 

Dalam surat tersebut, Sultan Ageng Tirtayasa memohon agar Kerajaan Inggris bersedia menjual meriam, senapan, dan istinggar kepada Kesultanan Banten. Sebagai gantinya, Kesultanan Banten memberikan hadiah lada hitam dan jahe kepada Raja Charles II.

Pada masa itu, sebagian besar surat yang ditulis oleh Sultan Banten berisi tentang persenjataan yang dibutuhkan oleh Kesultanan Banten. Persenjataan tersebut digunakan sebagai pertahanan dalam menghadapi VOC.

Hubungan diplomasi antara Kesultanan Banten dengan Kerajaan Inggris juga ditandai dengan pengiriman utusan dari Kesultanan Banten ke London. Utusan dari Kesultanan Banten yang dibawa ke Inggris pada tahun 1682, yaitu Kyai Ngabehi Naya Wipraya dan Kyai Wijaya Sedana.

Kedua utusan dari Kesultanan Banten beserta rombongan diterima oleh Raja Inggris, Charles II, di Istana Windsor. Para utusan Kesultanan Banten tersebut membawa hadiah berupa 200 karung lada, perhiasan permata intan, serta emas berukir burung Merak.

 

Keberangkatan utusan Kesultanan Banten ke London tersebut menggunakan kapal dagang milik East India Company (EIC). Kedatangan delegasi tersebut menjadi bukti bahwa Kesultanan Banten memiliki hubungan yang dekat dengan Kerajaan Inggris.

Hubungan dagang dan diplomasi antara Kesultanan Banten dengan Kerajaan Inggris telah dimulai sejak awal abad ke-17. Hal ini menandakan bahwa Kesultanan Banten memiliki peran penting dalam perdagangan mancanegara, khususnya rempah-rempah berupa lada.***

 

Editor: Kasiridho

Sumber: Kemendikbudristek


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah