"Anggarannya cukup besar. Katanya keberadaan floating air mancur itu sebagai ikonik wisata. Tetapi, paktanya mubazir seperti itu," katanya.
Jika faktanya seperti itu, kata dia, ada baiknya dana CSR sebaiknya dialokasikan untuk sektor rill yang berdampak pada kesejahteraan masyarakat. Hal itu, tentu sangat miris, karena faktanya air mancur itu terbengkalai seperti itu.
"Apa manfaatnya?. Melihat dari aspek ikon wisata, faktanya seperti itu. Lebih baiknya ya CSR sebaiknya dialoksikan untuk sektor rill saja," ucapnya.
Baca Juga : Masih Bingung Apa Itu Deals Sekitarmu ShopeePay? Simak Tips & Triknya
Ia menerangkan, pemberian dana CSR tersebut jelas sudah melenceng jauh dari substansi. Karena sejatinya, CSR itu bukan hanya sekedar donasi atau bersifat charity, tetapiprogram CSR harus berdampak pada kesejahteraan masyarakat.
“Bukankah CSR dalam pengelolaanya harus sesuai dengan ISO 26000, harus dilaksanakan dengan pendekatan pembangunan secara berkelanjutan. Bukan malah dibangun hanya untuk memanjakan visualisasi pejabat dan kelompok tertentu. Kami berharap program CSR tdapat menyentuh aspek kesejahteraan masyarakat," paparnya.
Ia mengaku prihatin atas kebijakan yang ditempuh pemerintah daerah yang terburu-buru dalam mengambil keputusan menggunakan anggaran CSR yang begitu besarnya hanya untuk dibelikan air mancur.
Kebijakanan itu jelas-jelas jauh dari mensejahterkan atau membantu perekonomian masyarakat.
"Saya tentu prihatin atas hal ini. Karena saya sebagai warga Lebak dan selaku aktivis di Lebak tentu sangat miris melihat kebijakan yang menurut saya kurang tepat," tegasnya.
Dana CSR sebesar itu sebaiknya digunakan untuk membangun perekonomian masyarakat, seperti mendorong pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMK). Itu lebih baik dan pasti akan bermanfaat bagi masyarakat.