Prediksi Potensi Tsunami di Selatan Jawa, BPBD Banten Sampaikan Ini

- 28 September 2020, 09:10 WIB
bpbd logo
bpbd logo /

KABAR BANTEN - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Banten meminta masyarakat Banten tak panik dalam merespon potensi terjadinya bencana tsunami di selatan Jawa sebagaimana hasil riset peneliti dari ITB.

Hasil riset yang terbit di jurnal Nature Scientific Report itu hendaknya dijadikan peringatan dini atas potensi bencana yang ada khususnya di jalur mega trust, termasuk Banten Selatan.

Diketahui, belakangan ini ramai hasil riset peneliti ITB tentang adanya potensi tsunami di selatan Jawa dengan ketinggian mencapai 20 meter yang terbit di jurnal Nature Scientific Report.

Menurut riset tersebut, potensi tsunami di Jawa bagian barat ini berkisar terjadi di wilayah Sukabumi, dan untuk wilayah bagian tengah terjadi di sekitar pantai-pantai di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

Baca Juga : Santer Isu Tsunami, Warga Lebak Selatan Minta Mitigasi

Kepala BPBD Banten, Nana Suryana mengatakan, riset tersebut dihasilkan pemodelan tsunami yang menunjukkan potensi ketinggian bisa mencapai 20 meter.

”Yang harus kita lakukan adalah di antaranya melakukan edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat, melakukan mitigasi bencana, desiminasi, respon cepat dan monitoring,” katanya saat dihubungi Kabar Banten, Ahad 27 September 2020.

Satu hal yang harus menjadi perhatian bahwa potensi itu ada, tetapi belum ada teknologi manapun yang bisa memprediksi kapan waktunya terjadi gempa.

Untuk itu, perlu ditingkatkan kewaspadaan dengan mitigasi mandiri dan evakuasi mandiri jika aba-aba bencana datang. Tidak kalah penting, hindari zona-zona pesisir yang merupakan zona rawan tsunami jika tanda-tanda atau peringatan dini disampaikan.

”Tetapi masyarakat jangan panik, sehingga malah membuat aktivitas tidak produktif,” ujarnya.

Baca Juga : Baru Bangkit, Wisata Kini Lesu Lagi

BPBD Banten sendiri telah melakukan beberapa upaya mitigasi bencana, antara lain sosialisasi /edukasi/pelatihan evakuasi mandiri. Kemudian, kerja sama dengan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) terkait pemasangan alat deteksi dini tsunami (early warning system).

Kepala Bidang Mitigasi Gempabumi dan Tsunami BMKG, Daryono mengatakan, potensi gempa kuat di zona megathrust di selatan Pulau Jawa hasil kajian para ahli kebumian ITB yang dipublikasikan di jurnal ilmiah Nature baru-baru, diharapkan dapat mendorong untuk lebih memperhatikan upaya mitigasi bencana gempabumi dan tsunami.

"Perlu ada upaya serius dari berbagai pihak untuk mendukung dan memperkuat penerapan building code dalam membangun infrastruktur. Masyarakat juga diharapkan terus meningkatkan kemampuannya dalam memahami cara selamat saat terjadi gempa dan tsunami," katanya melalui siaran pers yang diterima wartawan.

Baca Juga : Operasi Yustisi di Cilegon, Sejumlah Warga Kena Tegur dan Disanksi Nyanyi Lagu Indonesia Raya

BMKG mengapresiasi hasil riset tersebut. Skenario model yang dihasilkan merupakan gambaran terburuk (worst case). Ini dapat dijadikan acuan kita dalam upaya mitigasi guna mengurangi risiko bencana gempa dan tsunami.

"Kita akui, informasi potensi gempa kuat di zona megathrust memang rentan memicu keresahan akibat salah pengertian (misleading). Masyarakat ternyata lebih tertarik membahas kemungkinan dampak buruknya daripada pesan mitigasi yang mestinya harus dilakukan," ujar Daryono.

Informasi potensi gempa kuat selatan Jawa saat ini bergulir cepat menjadi berita yang sangat menarik. Masyarakat awam pun menduga seolah dalam waktu dekat di selatan Pulau Jawa akan terjadi gempa dahsyat, padahal tidak demikian.

"Meskipun kajian ilmiah mampu menentukan potensi magnitudo maksimum gempa megathrust dan scenario terburuk, akan tetapi hingga saat ini teknologi belum mampu memprediksi dengan tepat dan akurat kapan dan dimana gempa akan terjadi," ujarnya.

Baca Juga : MUI Banten Terbitkan Buku Melawan Faham Komunis

"Maka dalam ketidakpastian kapan terjadinya, yang perlu dilakukan adalah upaya mitigasi dengan menyiapkan langkah-langkah konkret untuk meminimalkan risiko kerugian sosial ekonomi dan korban jiwa," sambung Daryono.

Informasi hasil kajian ini hendaknya tidak mempertajam kecemasan dan kekhawatiran masyarakat. Tetapi harus segera direspon dengan upaya mitigasi yang nyata.

Apakah dengan meningkatkan kegiatan sosialisasi mitigasi, latihan evakuasi (drill), menata dan memasang rambu evakuasi, menyiapkan tempat evakuasi sementara, membangun bangunan rumah tahan gempa, menata tata ruang pantai berbasis risiko tsunami, serta meningkatkan performa sistem peringatan dini tsunami.***

Editor: Kasiridho


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x