Rumahnya Ambruk, Jahidi Tinggal di Emperan Rumah Tetangga

- 17 Januari 2018, 07:15 WIB
Jahidi dan Ardah berada di rumahnya yang ambruk
Jahidi dan Ardah berada di rumahnya yang ambruk

Jahidi (60) dan istrinya Ardah (55), Warga Kampung Bolang, RT 006/RW 01, Desa Bolang, Kecamatan Lebak wangi, kabupaten Serang, harus rela tinggal di emperan rumah tetangganya sejak Sabtu (13/1/2018). Hal itu dikarenakan rumah miliknya ambruk pasca diterpa angin kencang pada Jumat (12/1/2018), sekitar pukul 21.00.

Rumah terbuat dari bilik yang sudah dipenuhi lobang dengan tiang bambu serba rapuh dan atap welit tersebut tampak telah tersungkur. Kondisinya sudah tidak beraturan. Walau demikian, rumah tersebut masih bisa di masuki kebagian dalamnya. Di dalam rumah tersebut pun tampak beberapa perkakas rumahnya yang turut tertimpa reruntuhan. Sedangkan Jahidi dan istrinya tampak sedang berbincang bersama warga sekitar.

Ardah mengatakan, peristiwa naas itu terjadi pada saat dirinya sedang berada di rumah adiknya untuk menonton televisi. Pada saat itu sekitar pukul 21.00, cuaca memang terhitung ekstrim dimana angin berhembus dengan sangat kencang. Selain itu hujan deras juga terjadi. Tiba-tiba, ditengah hujan deras tersebut dirinya dikejutkan oleh suara rumah ambruk.

Rumah ambruk tersebut tidak lain adalah gubuk tempatnya tinggal. Sontak saja peristiwa itu pun memancing warga sekitar untuk datang ke lokasi dan segera mungkin memberikan bantuan. Warga memastikan bahwa tak ada korban jiwa dalam peristiwa itu. “Jadi kosong rumahnya, mana mati lampu juga setelah itu. Kedengeran kencang suara rumah ambruk,” ujarnya kepada Kabar Banten di lokasi.

Ardah mengatakan, pasca rumahnya ambruk tersebut dirinya pun mengaku kebingungan. Sebab rumah itu adalah satu-satunya tempatnya tinggal selama berpuluh-puluh tahun. Sebenarnya dirinya masih memiliki dua orang anak dan cucu. Hanya saja dua orang anaknya memiliki rumah yang jauh. “Satu kerja di Jakarta, dan satu lagi punya anak (cucu) banyak,” katanya.

Karena kondisi itu, kemudian tak ada pilihan lain dirinya pun tinggal di rumah tetangganya yang tepat berada di depan rumah miliknya. Kebetulan rumah tetangganya tersebut sedang kosong sebab sang pemilik bekerja di Jakarta. “Kalau ada yang punyanya saya tidur di depan rumahnya ngampar, ga enak soalnya. Dingin mah dingin,” ucapnya.

Adik korban Masuhin mengatakan rumah kakanya tersebut ambruk dikarenakan usianya yang memang sudah tua. Oleh karenanya tiang bangunan tersebut sudah tidak sanggup bertahan lagi. “Sudah keropos segalanya itu mah,” ujarnya. Selama ini, kata dia, Jahidi dan istrinya memang serba kekurangan. Jangankan untuk membangun kembali rumahnya, untuk makan sehari-hari pun dirinya kerap kali kekurangan. Sebab mereka sudah tidak bekerja. “Enggak kerja, makan dari tetangganya, cucunya kadang anaknya. Habis enggak kerja, mau kerja di sawah sudah enggak bisa. Kalau pas muda mah kerja dia,” ucapnya.

Sehari-hari, lanjutnya, kakanya tersebut biasa mengurus 2 ekor kambing miliknya. Dari kambing itu lah biasanya Jahidi dan istrinya bisa mendapatkan uang. Namun uang dari hasil jual kambing pun tidak seberapa sehingga tetap saja tidak mencukupi. “Jadi ada 2 ekor kambing, kalau sudah setahun di jual, tapi harganya juga paling Rp. 1,5 juta kambingmah,” katanya.

Sementara itu Ketua RT 06, Desa Bolang, Basir mengatakan, sejauh ini dirinya memang belum pernah melaporkan kondisi rumah warganya tersebut dalam data rumah tidak layak huni. Sebab dirinya pun masih terhitung baru menjabat sebagai ketua RT. “Belum lapor, karena baru satu bulan saya juga,” ujarnya.

Halaman:

Editor: Kabar Banten


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x