Kunjungi Petani di Ciruas, Rizal Ramli Kritik Kebijakan Impor Beras

- 14 Februari 2018, 13:45 WIB
2---hl
2---hl

SERANG, (KB).- Mantan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Republik Indonesia periode 2015-2016, Rizal Ramli mengkritik kebijakan impor beras yang dilakukan Kementerian Perdagangan. Kebijakan tersebut dinilai tidak tepat, karena dikeluarkan bertepatan dengan masuknya masa panen raya petani. Ia mengatakan, saat ini sudah masuk musim hujan, maka impor tersebut dirasa tidak tepat. Menurut dia, pemerintah tega jika menurunkan impor di saat petani hendak masuk panen raya. “Kok tega-teganya lagi musim panen malah impor. Saya minta pejabat punya hati dikit lah, punya empati sama rakyat petani, nanam beras tuh susah loh. Coba saja pejabat itu suruh nanam beras, mana panas, belum nyangkulnya bisa encok. Jadi, tolong dong simpati dikit,” katany saat menghadiri panen raya di Kampung/Desa Penggalang, Kecamatan Ciruas, Selasa (13/2/2018). Menurut ekonom senior yang akrab disapa RR tersebut, rumus pertanian sederhana, jika musim hujan tiba memang ada kasus produksi turun. Namun, turunnya hanya satu persen atau sekitar 300.000 ton dari total panen petani. Meski demikian, hal tersebut dirasa tidak menjadi masalah. “Tapi, kalau musim kering banget, musim el nino biasanya sekali 6 tahun bisa jadi memang perlu impor,” ujarnya. Meski demikian, dia menuturkan, tidak anti dengan impor beras. Namun, sekarang yang menjadi masalah impor tersebut dilakukan saat petani sudah masuk masa penen. Jika memang diperlukan impor bisa saja dilakukan, namun tetap harus dengan waktu yang jelas. “Kalau musim paceklik boleh, tapi kalau musim panen janganlah. Harga habah jadi jatuh, petani yang tadinya mau untung, jadi bunting,” ucapnya. Menurut dia, ada solusi yang bisa dilakukan untuk menunjang kebutuhan pangan di Indonesia. Solusi tersebut, yakni dengan membangun sekitar 2 juta hektare sawah baru di beberapa wilayah, semisal Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, dan sebagian Sumatera. Jika hal tersebut bisa terwujud dalam 3 tahun, maka dipastikan Indonesia akan mengalami surplus pangan. “Jadi, walaupun ada el nino, el nino itu anjlok 10 persen sekitar 3 juta ton. Sisanya kami gunakan untuk bantuan negara lain, kami itu jadi mangkuk pangan Asia Tenggara sama Asia Selatan. Jadi, harus ada jangka pendek bagaimana supaya pemerintah betul-betul menegakkan harga,” tuturnya. Ketua Kelompok Tani Sahabat Tani, Desa Penggalang, Kecamatan Ciruas, Nasrulloh mengatakan, sepakat dengan pendapat Rizal Ramli terkait impor beras. Sebab, jika impor beras dilakukan sekarang yang menjadi korban, adalah para petani. “Tolak (impor), karena kasihan petani di sini sudah kehujanan dan kepanasan. Kalau impor turun ke sini kasihan petani. Kalau musim tanam mah enggak apa-apa, kalau musim kaya gini (panen) mah jangan, tolong pejabat di sana tolak impor itu, katanya mau panen raya,” ujarnya. Ia menuturkan, selain diterpa isu impor, musim panen kali ini petani mengalami penurunan produksi dibanding tahun lalu. Hal tersebut dikarenakan faktor cuaca yang tidak bersahabat. “Produksi sekarang menurun. Karena cuaca, ada hama. Kalau sebelumnya itu 5-7 ton per hektare, kalau sekarang kurang,” ucapnya. Selain cuaca, tutur dia, masalah pengairan sering menjadi kendala petani. Masa tanam petani yang seharusnya bisa tiga kali dalam setahun menjadi terbatas hanya dua kali dan itu sering disebabkan masalah pengairan yang kering. “Saya minta kepada pejabat, agar bangunin irigasi di Pasar Dukuh, biar enggak jebol. Kalau di sini pas musim kemarau suka kering padinya. Jadi, tanaman itu separonya doang yang kepanen,” katanya. (DN)***

Editor: Kabar Banten


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x